Pdt. Jacobus Manuputty: Nyanyian/Puji-pujian Untuk Mempermuliakan Allah (1Tawarikh 6:31-47).

0
6911

 

Ibadah bagi umat Allah sejak masa Perjanjian Lama(PL) sampai Perjanjian Baru(PB) tetap memiliki nilai yang sama yaitu, untuk mempermuliakan Allah. Tidak ada Ibadah yang dilakukan hanya untuk mencari kemuliaan diri manusia. Demikian halnya dengan semua unsur yang digunakan didalam Ibadah umat,  semuanya untuk “mempermuliakan nama Tuhan”. Kalau ada puji-pujian yang diungkapkan hanya untuk mencari kemuliaan manusia, maka itu bukan lagu pujian Ibadah, mungkin itu konser musik atau festival. Karena itu nyanyian dan puji-pujian punya tempat yang khusus didalam Ibadah-Ibadah umat, bukan hanya sekedar sebagai pelengkap tetapi merupakan bagian penting. Karena nyanyian dan puji-pujian itu adalah sarana untuk mempermuliakan Tuhan. Mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian. Itulah yang menyenangkan hati Tuhan, karena “Tuhan bertahta diatas puji-pujian”.

Apa makna Nyanyian/Puji-an dalam Ibadah-Ibadah kita? Ada minimal 3(tiga) makna penting :

 

1. MEMPERMULIAKAN NAMA TUHAN(Mazmur 66:2) :

Nyanyian/Puji-pujian adalah sarana mempermuliakan nama Tuhan. Mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian(Mazmur 66:2), itulah makna penting dari nyanyian/puji-pujian didalam Ibadah. Karena punya arti dan makna penting maka Raja Daud mempersiap-kan para penyanyi terpilih dan profesional dari berbagai suku di Israel(1 Tawarikh 6:31). Jadi setiap nyanyian/pujian didalam Ibadah yang tidak untuk mempermuliakan nama Tuhan, adalah kesia-siaan belaka,  karena Tuhan tidak berkenan. Jadi jangan ada yang menyanyi untuk cari nama dan kemuliaan diri sendiri.

 

2. SEBAGAI UNGKAPAN SYUKUR KEPADA TUHAN(Mazmur 103:2)

Lewat nyanyian dan pujian kita mau menyatakan rasa syukur dihadapan Tuhan atas segala kasih dan kebaikan-Nya. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah melupakan segala kebaikan-Nya(Mazmur 103:2). Ibadah kita juga adalah wujud dari ungkapan syukur kita kepada Tuhan yang telah memimpin dan memelihara hidup ini, sehingga setiap inci Ibadah kita adalah bentuk ungkapan syukur kita. Disinilah nyanyian dan puji-pujian kita bermakna, karena semuanya untuk menyatakan syukur dihadapan Tuhan. Tidak boleh ada motivasi kepentingan terselubung, rasa syukur itu harus benar-benar tulus dari hati.

 

3. MENYANYI DENGAN ROH DAN AKAL BUDI(1 Korintus 14:15c) :

Karena nyanyian/pujian adalah untuk mempermuliakan Tuhan, maka orang harus menyanyi dengan roh dan akal budi.. “aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku(1 Korintus 14:15c). Artinya nyanyian/pujian yang disampaikan itu tidak boleh asal-asalan, asal jadi atau asal nyanyi. Harus dipersiapkan dengan baik, dinyanyikan dengan roh dan akal budi, yaitu menyanyi tidak hanya keluar dari mulut, tetapi harus dengan sepenuh hati dan jiwa. Penuh dengan penghayatan dari hati sanubari, sehingga mampu mengundang kehadiran kuasa Roh kudus.

 

Bagaimana dengan praktek Ibadah-Ibadah kita selama ini, khusus dalam menyanyi dan memuji Tuhan, sudahkah kita lakukan semuanya sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga semua berkenan dihati-Nya. Kenyataan yang ada kadang nyanyian/puji-pujian untuk mencari popularitas, saling bersaing secara kurang sehat. Cuma ramai kalau ada konser/pertandingan paduan suara, sesudah itu Gereja sepi.

 

Ada beberapa pertanyaan :

1. Apakah nyanyian /puji-pujian kita benar-benar untuk mempermuliakan Tuhan?

2. Apakah nyanyian/pujian kita sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan?

3. Sudahkah kita menyanyi/memuji Tuhan dengan roh dan akalbudi?

 

Selamat Hari Minggu, selamat ber-Ibadah! Gb.  jm.  221017.

Ibadah Minggu di GPIB “IMMANUEL” Bekasi, Pospel Karang Satrya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here