PDT. WEINATA SAIRIN: SUARAKAN SUARA SUARA BERMAKNA

0
789

 

Oleh Weinata Sairin

_”Sonare inani voce. Bicara dengan suara kosong”_

Salah satu ciri menonjol dari seorang manusia adalah bahwa hidupnya diwarnai oleh “kata”, oleh aktivitas “bicara”. Orang tua bisa merasa sangat kuatir jika anaknya pada usia tertentu yang seharusnya sudah lancar berkata-kata ternyata sang anak lebih banyak diam karena ia terhambat bicara. Sebaliknya orang tua sangat bangga jika anaknya yang masih amat belia ternyata tidak hanya lancar menyebut “papa” dan “mama” tetapi juga kata-kata lain dengan jumlah vokabulari yang cukup banyak.

‘Kata’, ‘bicara’ kemudian menjadi identitas yang melekat dengan kedirian manusia. Dalam konteks itu tidaklah sebuah kebetulan jika kedua agama yaitu Islam dan Kristen secara eksplisit memberi tekanan yang amat kuat pada dimensi ‘kata’. Dalam kekristenan dikenal frasa “pada mulanya adalah kata”, “pada mulanya adalah firman”; dalam Islam dikenal diksi “Iqra”, “bacalah”. Adanya diksi “bacalah” dan “kata” dalam agama Islam dan Kristen telah menjadi sumber motivasi dan daya dorong yang amat kuat bagi hadirnya gerakan literasi di kalangan masyarakat luas.

Dalam konteks membangun relasi dan atau merawat sebuah relasi pada level apapun maka aktivitas bicara, aktivitas berkata-kata menjadi sesuatu yang amat urgen. Bayangkan jika dalam sebuah rumah tangga suami dan istri tidak pernah bicara; atau sepasang kekasih kehabisan vokabulari untuk dituangkan sebagai wujud pernyataan cinta kasih mereka. Apa yang terjadi jika dalam sebuah komunitas para anggota komunitas tidak saling bertegur sapa; mereka sibuk dengan diri sendiri dan atau dengan gadgetnya.

Kata-kata yang penuh cinta kasih, elegan, bernuansa simpati dan empati, kata-kata cerdas bernas berhikmat amat dibutuhkan dalam sebuah dunia yang berlumur kebencian, hoax dan fitnah. Narasi-narasi perdamaian yang bersumber dari ajaran agama, nilai luhur budaya, lokal wisdom harus digaungkan disemua sektor kehidupan sehingga tercipta dan terwujud suasana damai dan sejahtera dalam kehidupan masyarakat kita.

Kata, words, menjadi jembatan yang menghubungkan manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam berbagai latar belakang bahasa dan budaya. Kata, mengekspresikan pemikiran manusia ke ruang publik. Kata, menjadikan manusia itu benar-benar manusia. Para senimanlah yang telah berhasil untuk mengolah dan mendayagunakan kata secara efetif. Para sastrawan; novelis, penulis cerpen, penyair, komika bahkan melalui kata-kata berhasil menggerakkan publik mengelaborasi berbagai imajinasi dalam dirinya dengan bertolak dari “kata” yang diungkap para penyair, komika atau sastrawan.

Coba simak puisi “mbeling” yang ditulis Ariana Peg berikut ini.

*”Panggilan*
Ada tiga panggilan yang selalu membuatmu kelojotan
namun bisa kau akali kerna kau pemilik 1000 alibi:
Panggilan telpon suami pacarmu
Panggilan dari kantor pajak
Panggilan petugas KPK
Tapi kali ini lain
Panggilan langsung dari Sang Khalik”.

(Sumber : buku “Suara-suara yang terpinggirkan”, ed. Heru Emka, Kelompok Studi Sastra Bianglala bekerjasama dengan Mata Bangsa, Jakarta, 2012)

Rangkaian kata yang tertuang dalam puisi diatas tadi menyindir dengan sangat keras betapa manusia tak mampu menolak panggilan Sang Khalik. Manusia bisa berkelit dalam menerima panggilan dari yang lain, tetapi sama sekali tak bisa mengelak ketika Sang Khalik memanggil.

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini mengingatkan kita agar kita tidak bicara dengan suara kosong. Suara kosong adalah suara yang tak bermakna, “asbun”, jauh dari niat edukasi. Suara kosong adalah suara-suara mubazir, suara nir makna; suara kontra produktif dalam konteks sebuah NKRI yang majemuk. Dalam dunia yang bergerak maju di era digital, kita sudah melewati era “hari-hari omong kosong”, kita semua sebagai bangsa yang beragama setiap saat harus memproduk kata-kata dan bicara yang cerdas bernas, berhikmat, elegan penuh kasih sayang yang melahirkan suasana talisilaturahim, penuh persaudaraan sejati. Mari kita wujudkan pembicaraan dengan suara yang bermakna,suara kebenaran, bukan suara kosng tanpa makna !

Selamat Berjuang. God Bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here