MENGATASI LANGKAH AWAL YANG SULIT

0
1137

Oleh:  Pdt. Andreas Loanka

BGA dari Keluaran 4:18-31

Segala sesuatu perlu langkah awal, dan langkah awal itu tidaklah mudah.  Ada pepatah Tiongkok kuno yang mengatakan, “Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama” (Lǚ xíng qiān lǐ zǒng shì shǐ yú zú xià); dan “Melakukan apapun, untuk memulainya adalah sulit”  (Wàn shì kāi tóu nán).

Inilah yang dialami oleh Musa pada saat ia mau melangkah untuk menjalani panggilan Tuhan. Langkah awal itu sulit bagi Musa.  Ia sudah menerima panggilan Tuhan untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir, tetapi pada saat mau memulainya ada hal-hal yang membuatnya mengalami kesulitan.  Kesulitan itu datang dari diri dan orang-orang lain, keluarga, dan konsekwensi karena belum melakukan ketentuan dari Allah.

Musa menghadapi kesulitan yang berasal dari dalam dirinya dan orang-orang lain.  Ia dahulu melarikan diri dari Mesir dan datang ke Midian karena banyak orang-orang Mesir mau menangkap dan membunuhnya setelah mengetahui bahwa ia telah membunuh satu orang Mesir.  Namun pada saat ia mau menjalani panggilan Allah maka dia harus kembali ke Mesir.  Untuk itu ia akan menghadapi kesulitan dari luar,yaitu  ada orang-orang  Mesir yang ingin membunuhnya. Selain itu,  ia pun menghadapi kesulitan dari dalam dirinya, yaitu rasa takut dan kuatirnya.  Faktor eksternal dan internal itu menjadi penghambat langkahnya.   Itulah sebabnya Tuhan berfirman untuk meneguhkan hatinya di dalam menjalani panggilan Tuhan, “Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin mencabut nyawamu sudah mati” (Kel. 4:19).

Musa menghadapi kesulitan karena takut menyampaikan kenyataan kepada keluarganya.  Tidak mudah memberitahu mertuanya, Yitro, bahwa dia akan membawa istri dan anaknya kembali ke Israel untuk menjalani panggilan Tuhan. Ia tidak berani menyampaikan dengan terus terang keadaan yang sesunggguhnya.  Ia hanya minta ijin untuk kembali kepada saudara-saudaranya di Mesir untuk melihat keadaan mereka, namun ia sama sekali tidak menceritakan kepada Yitro perihal panggilan Tuhan (Kel. 4:18a).  Mungkin Musa takut kalau-kalau Yitro akan seperti Laban, mertua Yakub, yang mempersulit menantunya (Kej. 31:22-42).  Namun, atas anugerah Tuhan, respon Yitro diluar dugaan. Ia mengijinkan Musa pergi dengan membawa keluarganya dengan memberikan berkat: “Pergilah dengan selamat” (Kel. 4:18b).

Musa menghadapi kesulitan karena tidak melaksanakan ketentuan Allah.   Allah mau memakai Musa dan Ia menyertainya dengan kuasa-Nya (Kel. 4:21), namun ada hal yang menjadi penghalang bagi Musa, yaitu  ia belum melaksanakan ketentuan Allah berkenaan dengan sunat. Ia belum menyunatkan anaknya.  Bahkan ada sebagian penafsir yang manjelaskan dari Keluaran 4:25b-26 bahwa pada saat itu Musa sendiri belum disunat. Hal ini cukup masuk akal karena Musa dibesarkan di Mesir, dalam lingkungan keluarga Firaun. Untuk menjalani panggilan Tuhan, Musa tidak boleh berkompromi dalam ketentuan Allah tentang sunat, sebab sunat merupakan tanda perjanjian Allah bagi umat Israel pada masa itu, sama seperti baptisan bagi umat Allah pada masa kini.  Pada waktu itu Allah hendak mendatangkan hukuman bagi Musa (Kel. 4:24).  Tetapi istri Musa, Zipora, segera menyadari hal itu dan segera melaksanakan perintah Allah tentang sunat itu bagi anaknya dan Musa (Kel. 4:25-26).

Meskipun langkah awalnya sulit, namun Musa memiliki komitmen untuk melakukan panggilan Tuhan. Semua kesulitan dapat dihadapi dengan pertolongan Tuhan dan bantuan orang-orang di sekitarnya. Kemudian Musa melanjutkan langkah-langkahnya dengan konsekwen, konsisten dan kontiniu di dalam menjalani panggilan Tuhan.  Ia dapat menyampaikan dengan setia apa yang diperintahkan Allah kepada Harun, lalu kepada bangsa Israel (Kel. 4:27-30).  Hal itu dilakukannya dengan konsisten dan terus-menerus sehingga bangsa itu menjadi percaya, lalu berlututlah mereka dan sujud menyembah kepada Allah (Kel. 4:31).

Mengawali bukanlah suatu yang mudah, karena banyak penghambat dari luar maupun dari dalam diri.   Perlu kebersandaran pada anugerah Allah dan komitmen diri untuk melangkah di dalam menjalani panggilan Tuhan.  Setelah memulai langkah awal, lanjutkanlah dengan konsekwen, konsisten, dan  kontiniu dengan tetap bersandar kepada Tuhan di dalam menjalani panggilan-Nya.

Salam dari

Pdt. Andreas Loanka

GKI Gading Serpong

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here