Oleh: Pdt. Andreas Loanka
BGA dari Kejadian 38:1-30
Allah bukan mencari orang yang paling baik dan sempurna untuk melakukan tujuan dan rencana-Nya. Pada saat membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Allah seringkali memilih orang kecil dengan segala kelemahannya untuk melakukan karya-Nya yang besar. Semua itu terjadi karena anugerah-Nya.
Yehuda dan Tamar dipilih Allah menjadi leluhur sang Mesias yang dijanjikan-Nya. Yehuda dan Tamar bukan orang yang sempurna. Mereka adalah orang biasa yang penuh kelemahan dan dosa. Kejadian 38:1-30 dengan gamblang menceritakan kesalahan dan dosa Yehuda dan Tamar. Tetapi toh dari keturunan merekalah sang Mesias dilahirkan (Mat. 1:3-16; Luk. 3:23-33).
Kesalahan pertama Yehuda adalah meninggalkan persekutuan orang-orang percaya, yang diikuti dengan kesalahan bergaul, kesalahan mengambil istri, dan kesalahan dalam mendidik anak-anaknya. Ia meninggalkan sanak-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam, yang namanya Hira (Kej. 38:1). Di tempat itu ia setiap hari bergaul dengan orang-orang yang tidak percaya yang tentu saja sangat mempengaruhi iman dan cara pandangnya. Tanpa mengindahkan perintah Tuhan, ia tertarik pada perempuan Kanaan yang bernama Syua dan kawin dengan perempuan itu (Kej. 38:2-5). Setelah memiliki keturunan, anak-anaknya tidak dididik dengan baik sehingga kedua anaknya yang tertua berbuat jahat di mata Tuhan dan mati karena murka-Nya (Kej. 38:6-10).
Kesalahan Yehuda yang tidak dapat diabaikan adalah malakukan hubungan badan dengan menantunya sendiri. Tamar adalah istri anak sulungnya yang bernama Er. Er mati tanpa keturunan, maka sesuai dengan adat di sana pada masa itu (Ul. 25:5-6), Onan, adiknya disuruhnya memperistri Tamar untuk melahirkan keturunan bagi Er. Onan juga mati tanpa keturunan. Setelah itu Tamar disuruh pulang dengan janji, “Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar” (Kej. 38:11). Tetapi setelah Syela besar, Yehuda tidak mengawinkannya dengan Tamar, karena pikirnya: “Jangan-jangan ia mati seperti kedua kakaknya itu.” Mengetahui hal itu, Tamar sengaja menyamar sebagai pelacur dengan bertelekung dan berselubung untuk memperdaya Yehuda ketika ia datang ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya (Kej. 38:12-14). Ketika Yehuda melihat dia, dikiranya dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi wajahnya. Yehuda menghampiri perempuan itu dengan upah mengirimkan kepadanya seekor anak kambing, dan sebagai panjar ia menitipkan cap materai, kalung dan tongkatnya. Dari hubungan itu, Tamar pun mengadung (Kej. 38:15-18).
Yehuda telah melakukan kesalahan, namun ia mau mengakui segala kesalahan yang sudah diperbuatnya. Pada awalnya, saat Yehuda mendengar bahwa Tamar mengandung, ia mengirim orang menjemputnya untuk dihukum (Kej. 38:24). Tetapi setelah Tamar mengeluarkan barang bukti, yaitu barang panjar darinya berupa materai, kalung dan tongkatnya, maka ia segera menyadari akan segala kesalahannya sendiri dan bersedia mengaku salah di hadapan orang banyak (Kej. 38:25-26).
Tamar yang mengandung itu melahirkan dua orang anak kembar bagi Yehuda, yang diberi nama Peres dan Zerah, dan dari keturunan Peres inilah kemudian dilahirkan raja Daud dan sang Mesias. Yehuda tidak lebih baik dari semua saudaranya dan laki-laki lain. Tamar tidak lebih baik dari Syua dan perempuan-perempuan lain. Malah mereka punya banyak kelemahan dan melakukan banyak kesalahan. Tetapi mereka toh dipilih Allah dan dipakai oleh-Nya untuk suatu karya yang besar. Semua ini adalah karena anugerah Allah.
Belajar dari kehidupan Yehuda, maka arahkanlah pandanganmu pada anugerah dan kasih karunia Allah. Pada saat Saudara hanya melihat kepada diri sendiri yang penuh salah dan dosa, Saudara akan merana dan putus asa. Maka pandanglah kepada tangan kasih Allah yang penuh anugerah dan akuilah segala dosa dan kesalahanmu dihadapan-Nya. Ingatlah firman-Nya: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1Yoh. 1:9). Pada saat Saudara hanya melihat kepada diri sendiri yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, Saudara akan menderita dan merasa tidak berdaya. Maka arahkanlah matamu kepada kepada Allah yang penuh kasih karunia. Oleh karena kasih karunia-Nya, Saudara yang telah diselamatkan-Nya (Ef. 2:8-9), juga diciptakan baru dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10).
Salam dari,
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong