Ada pendapat umum yang menyatakan bahwa mereka yang dianggap dan diasumsikan bijaksana adalah orang-orang yang sudah banyak ubannya, sudah lanjut umurnya bahkan lebat jenggotnya. Penampilan luar seperti itu dan umur yang sudah lanjut acapkali sudah dikategorikan sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan. Apakah yang dimaksud ‘bijaksana’? Bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas.
Acapkali terjadi kerancuan penggunaan kata ‘kebijakan’ dan ‘kebijaksanaan’. ‘Kebijakan’, policy bisa dibedakan penggunaannya dengan kata ‘kebijaksanaan’, wisdom. Pembedaan penggunaan antara kata ‘kebijakan’ dan ‘kebijaksanaan’ nampak dalam contoh kalimat berikut ini. “Kebijakan pemerintah dalam penggunaan uang elektronik belum final”
“Sebagai orangtua ia memiliki kebijaksanaan yang tepat dalam mendidik anak-anaknya”
Dalam perspektif agama-agama, kebijaksanaan, wisdom, hikmat, itu adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Dalam Alkitab (kitab suci umat kristiani) dinyatakan dengan eksplisit bahwa Allah menganugerahkan kebijaksanaan kepada Salomo sehingga ia dapat melaksanakan tugas pelayanannya dengan optimal.
Memang dalam doanya kepada Tuhan, Salomo memohon kiranya Tuhan menganugerahkan “hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat”. Dan Tuhan mengabulkan permohonan Salomo karena permohonan itu baik adanya. Salomo meminta sesuatu yang amat penting dan fundamental yaitu wisdom. Ia tidak memohon umur panjang, kekayaan atau nyawa musuhnya, permohonan “standar” yang biasanya diajukan kepada Tuhan oleh sosok manusia selevel Salomo.
Secara spesifik pengalaman religiusitas Salomo diangkat karena memang Tuhan menganugerahkan hikmat kepada Salomo dengan sangat luar biasa dan sikapnya yang penuh hikmat dan wisdom itu yang benar-benar dipraktekkan dalam pelaksanaan tugasnya.
Tentu saja ada banyak orang dengan berbagai kapasitas yang mendapat anugerah wisdom dari Tuhan.
Kebijaksanaan, mewujud dalam kata-kata, sikap dan perbuatan, bahkan bisa juga mewujud dalam _bahasa tubuh_. Kebijaksanaan tertuang dalam bahasa lisan, juga dalam dokumen tertulis. Roh kebijaksanaan selalu memberi peluang, solusi, alternatif, perspektif, prospektif. Spirit hikmat selalu melahirkan damai sejahtera, harmoni, keutuhan, rekonsiliatif.
Dalam sebuah dunia yang keras, yang sering terjadi kegaduhan yang tak perlu, sebuah dunia yang gelisah, yang kadang melupakan sejarahnya sendiri, kebijaksanaan itu amat perlu. Kebijaksanaan yang berasal dari orang bijaksana akan menghadirkan sesuatu yang lain dalam sebuah dunia yang sudah dirasuki roh barbar dan demonis.
Kebijaksanaan bisa dianugerahkan Tuhan kepada setiap orang yang Ia tentukan sesuai dengan rancanganNya. Kebijaksanaan bisa terjadi melalui edukasi, pembelajaran, pembiasaan, teladan orangtua, pengalaman. Pengalaman adalah kekayaan dan investasi tak ternilai bagi setiap orang. Mari toreh dan ukir pengalaman positif dan konstruktif demi kehidupan yang makin berkualitas.
Selamat berjuang. God bless.
Weinata Sairin