PDT.WEINATA SAIRIN: *MENYUARAKAN KATA ELEGAN, MENCIPTAKAN PERDAMAIAN*

0
1040

 

_”Unum bonum verbum tres hiemale menses calefacere potest. Sepatah kata yang manis dapat membuat hangat tiga bulan musim dingin”._

Dunia dan manusia hidup dan menghidupi _kata_. Kata, _word_, bisa mengubah dunia, bisa mengubah manusia. *Kata* tidak pernah bisa lepas dari pemaknaan, tafsir. ‘Kata’ juga memiliki aspek hukum, punya konsekuensi yuridis. ‘Kata’ tak bisa berdiri secara netral, mandiri. ‘Kata’ memiliki dimensi konotatif, yang memiliki makna spesial.

Dunia dan peradaban manusia dikuasai oleh ‘kata’; ‘kata’ memerintah dunia, ‘kata’ bahkan mengintervensi ruang-ruang privat manusia dan manusia bisa saja terbelenggu oleh ‘kata’. Dalam banyak kasus, kesalahan menggunakan ‘kata’, memilih dan atau mengetik sebuah ‘kata’, bisa menimbulkan persoalan besar. Penerbit Penguins Books Australia pernah menerbitkan buku masakan berjudul “Pasta Bible”. Didalam buku masakan itu dengan bangga Penguins Books memperkenalkan menu baru “Freshly Ground Black Pepper” .

Ternyata tanpa kecermatan dan profesionalisme tinggi pada buku “Pasta Bible” nama menu yang tercetak bukan “Freshly Ground Black Pepper” tetapi *Freshly Ground Black People*. Para pembaca buku itu dengan agak kecewa melaporkan adanya _typho_ pada buku itu yang amat mengganggu. Penerbit mengecek dengan teliti dan cermat laporan itu dan Penerbit mengakui kesalahan mereka. Demi menjamin kepuasan pelanggan dan masa depan Penerbit, maka manajer Pebguins Books memusnahkan 7000 eks buku itu.

Setiap hari berjuta _kata_,words, _logos_ berhamburan memenuhi isi bumi. Di Kantor, di ruang publik, di rumah-rumah ibadah, di terminal, di stasiun, di ruang parlemen, di ruang DPD, di bandara, di sekolah, di kampus, ya dimana-dimana di lorong-lorong kehidupan, ‘kata-kata’ menampilkan wajahnya : bisa amat mesra penuh ungkapan kasih sayang, tetapi bisa juga kata-kata keras yang merendahkan harkat dan martabat manusia.

Kata-kata hadir mewujud dalam buku: buku puisi, novel, buku teks pelajaran, buku nyanyian, kitab suci agama-agama. ‘Kata’ ada juga dalam gadget kita, apapun type dan merknya, tersimpan rapi yang selalu kita baca dan kita gunakan. Gadget walaupun ada yang menjulukinya setan atau berhala; tapi tanpa kita munafik dan moralis, gadget menjadi instrumen penting dalam kehidupan orang modern baik untuk urusan sekuler maupun urusan agama.

Para penyair, komposer, penulis novel telah menjadikan _kata-kata_ untuk mengingatkan manusia agar tetap berjalan di jalan lurus, jangan belak-belok. Di ruang parlemen _kata-kata_ digunakan untuk mengesahkan anggaran, untuk menetapkan UU, untuk meminta klarifikasi dari banyak pejabat. Pada hari Minggu, kata-kata di rumah ibadah digunakan untuk memuliakan nama Tuhan, untuk memanjatkan doa berjamaah bagi dunia yang makin tidak damai; warga bangsa yang dililit derita akibat gempa; bagi persaudaraan sejati antar warga bangsa yang harus makin menguat.

Kyai Mustofa Bisri amat terkenal dengan kepiawaian merangkai kata menjadi sebuah puisi. Ia tidak hanya mahir memilih dan memainkan _kata_ tetapi juga clever menetapkan _konten_. Mari nikmati salah satu puisinya berikut.

“Sajak Atas Nama”
“Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan/
Ada yang atas nama negara merampok negara/
Ada yang atas nama rakyat menindas rakyat/
Ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia/

Ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan/
Ada yang atas nama persatuan merusak persatuan/
Ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian/
Ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan/

Maka atas nama apa saja atau siapa saja/
Kirimlah laknat kalian/
Atau atas namaKu perangilah mereka !/
Dengan kasih sayang/

Rembang, Agustus 1997.
(Sumber : Antologi Puisi Mbeling “Suara-suara yang Terpinggirkan”, Ed. Heru Emka, Kelompok Studi Sastra Bianglala, Semarang, 2012)

Para penyair, penulis, komposer, pengkotbah, chatib, pembicara seminar, pemimpin bangsa, politisi, negarawan semua warga bangsa sejatinya menggunakan kata-kata untuk membangun kehidupan, membangun bangsa, menghidupkan atmosfir cinta kasih, mengungkapkan narasi-narasi perdamaian yang bermuara pada penguatan masyarakat majemuk di negeri ini.

Kata-kata berfungsi untuk mengedukasi, memberikan _remind_, peringatan, berkomunikasi dengan orang lain. Kata-kata manis, penuh empati, akan menembus kebuntuan relasi dan akan menghadirkan perspektif kehidupan yang baru. Sebagai umat beragama, dan sebagai warga bangsa, kita terpanggil untuk terus menerus berupaya mengungkapkan kata-kata yang sopan, elegan, penuh cinta kasih dan persaudaraan sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita masing-masing.

Selamat Berjuang. God Bless.

*Weinata Sairin.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here