Oleh: Oka Bagas S
_1 Petrus 4:1-2 (TB) Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa —, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah._
*Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian* — Surat Petrus merupakan surat yang ditujukan kepada jemaat-jemaat di perantauan yang mengalami penganiayaan. Di dalam pasal-pasal awal (1, 2 , 3) Rasul Petrus selalu menasehati bahwa penderitaan memiliki sisi yang positif. Salah satu fungsi penderitaan ialah memurnikan iman setiap orang percaya (1:7). Selain itu, Rasul Petrus juga memberitahu mengenai penderitaan Yesus Kristus. Yesus Kristus merupakan satu-satunya orang yang tidak pernah melakukan dosa tetapi menderita aniaya. Ketika Yesus Kristus menghadapi berbagai macam penderitaan, Ia tidak menyalahkan Allah. Tetapi Ia memberikan kesempatan kepada Allah untuk mengakimi dan membalas perbuatan mereka.
_1 Petrus 2:22-23 (TB) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil._
_Roma 12:19 (TB) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan._
Nasehat Petrus ialah “Jika Kristus saja menderita sedemikian rupa, bukan hal yang tersembunyi lagi bahwa orang Kristen juga bisa mengalami hal serupa.” Tetapi harus diingat oleh setiap orang Kristen bahwa “Berikan tempat bagi murka Allah untuk membalas kejahatan kepada mereka.”
*Karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa* — Bagian ayat ini sangat menarik untuk dibahas. Ayat ini seolah-olah mengajarkan Kekristenan untuk “Askese.” Askese mengajarkan upaya penyiksaan terhadap diri sendiri, supaya tidak berdosa lagi. Sebenarnya motivasinya benar, tetapi prakteknya salah. Askese merupakan pengajaran yang tidak berasal dari Alkitab. Alkitab mengajarkan sangkal diri bukan askese. Sangkal diri artinya tidak mementingkan hak sendiri.
_Kolose 2:23 (TB) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi._
Jadi apa yang Petrus ajarkan? Apakah benar menderita badani berarti tidak berdosa lagi? Kapan peristiwa seperti itu terjadi? Pada saat orang percaya mengalami aniaya sampai mati. Setelah mati secara badani, maka tubuh orang percaya tidak berbuat dosa lagi. Jadi, apakah selama orang percaya Kristus hidup di dunia masih bisa berbuat dosa? Bukankah sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus? Mengapa masih bisa berdosa? Jawabannya ialah sudah pasti ada kemungkinan berbuat dosa. Karena tubuh orang percaya ketika bertobat dan percaya kepada Yesus belum diubahkan menjadi tubuh kemuliaan. Alkitab sendiri mendukung pandangan ini, salah satu contohnya ialah jemaat Korintus.
Kematian bagi orang percaya PB merupakan suatu keuntungan. Paulus pernah berkata kepada jemaat Filipi bahwa lebih baik pergi bersama-sama dengan Kristus (mati). Tetapi Paulus tegaskan lebih perlu tinggal di dunia dan memberitakan Injil supaya banyak orang diselamatkan. Kematian juga membawa keuntungan bagi orang percaya agar tidak semakin banyak jatuh ke dalam dosa. Jatuh ke dalam dosa, mengakibatkan upah yang Tuhan berikan kepada orang percaya menjadi berkurang. Jika seperti itu akibatnya, apa yang seharusnya dilakukan oleh orang percaya?
*Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah* — Ketika seseorang telah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, seringkali lupa mengenai waktu. Waktu yang dimaksud ialah sisa waktu hidup. Semua manusia tidak mengetahui berapa banyak durasi waktu yang Tuhan berikan. Tetapi terkadang karena ketidaktahuan akan sisa durasi hidup inilah orang Kristen seringkali lupa untuk memaksimalkan waktu dengan tindakan yang pas (berbuat baik dan menjauhi dosa). Dalam kehidupan ini garis waktu berjalan linear dan tidak bisa mundur lagi (diulang). Paulus dalam Surat Efesus mengajarkan tebuslah waktumu.
_Efesus 5:16 (TB) dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat._