Oleh: Pdt. Andreas Loanka
Nehemia 8:1-13
Umat Israel yang berbakti di halaman Pintu Gerbang Air mengalami kebaktian yang memuliakan Allah dan mendatangkan berkat bagi umat. Mereka ikut kebaktian dari pagi sampai tengah hari, tetapi tidak merasa bosan atau lelah. Sebaliknya mereka begitu antusias memuliakan Allah dalam kebaktian dan pulang dengan pembaharuan hidup dan sukacita (Neh. 8:10-13).
Bagaimana menghadiri kebaktian yang memuliakan Allah dan mendatangkan berkat bagi umat? Nehemia 8:1-13 mengajarkan empat hal yang penting untuk mengikuti kebaktian yang memuliakan Allah dan mendatangkan berkat bagi umat.
Pertama, menyiapkan hati sebelum kebaktian. Mereka membereskan segala persoalan di antara mereka, sehingga bisa ”serentak berkumpul di halaman di depan pintu gerbang Air” (ay. 2a). Tidak ada yang terlambat ikut kebaktian, karena seluruh umat sudah hadir di tempat ibadah sejak pagi (ay. 4a). Mereka menyiapkan hati untuk mendengarkan Firman Allah dan berbakti kepada-Nya. Mereka yang meminta Ezra untuk membawakan Firman Tuhan (ay.2b) dan ketika Firman Tuhan dibacakan mereka telah siap untuk mendengarkannya (ay. 4b).
Mempersiapkan hati sebelum mengikuti kebaktian itu penting. Persiapan hati sudah dimulai sejak berada di rumah dan di dalam perjalanan. Berdoalah untuk kebaktian yang akan diikuti. Hindari datang terlambat dalam kebaktian, karena keterlambatan itu tidak baik untuk diri sendiri, dapat mengganggu orang-orang lain, dan tidak memuliakan Tuhan.
Kedua, menghormati Allah dalam kebaktian. Mereka menghormati Allah dan mau bersujud menyembah-Nya (ay. 7). Bukan hanya sujud secara lahiriah, tetapi hati dan jiwa mereka sujud kepada-Nya. Hormat kepada Allah itu juga dinyatakan dengan menghormati Firman-Nya, sehingga mereka bangkit berdiri pada saat Ezra membuka Alkitab (ay. 6).
Di mana pun kita berada kita harus menghormati Allah, terlebih lagi di ruang kebaktian, di tempat kita sedang beribadah dan menyembah-Nya. Orang yang punya kebiasaan mengobrol, mengemil, melamun, atau main HP waktu kebaktian, sudah tentu harus berusaha meninggalkan kebiasaan lamanya itu. Kita harus ingat bahwa Allah yang Mahakudus dan Mahamulia hadir di dalam kebaktian. Fokuskan diri untuk menyembah Tuhan dan pusatkan perhatian untuk mendengarkan sabda-Nya.
Ketiga, mengikuti seluruh acara kebaktian dengan sepenuh hati. Mereka ikut memuji Tuhan dengan segenap hati. Pada saat Ezra memuji Tuhan, mereka menyambut dengan seruan, ”Amin, amin!” (ay. 7a). Mereka memperhatikan pemimpin ibadah (ay. 6) dan mendengarkan khotbah dengan sepenuh hati (ay. 4b).
Ikutilah seluruh acara kebaktian dengan sepenuh hati, dari awal sampai akhir. Liturgi kebaktian adalah rangkaian ibadah yang utuh. Liturgi itu sudah digumulkan dan disusun sedemikian rupa dalam bentuk dialog antar Allah dan umat yang beribadah. Kita akan mengalami kerugian besar bila selalu datang terlambat (setelah kebaktian dimulai) atau pulang lebih cepat (sebelum kebaktian selesai).
Keempat, berusaha memahami Firman Tuhan yang diuraikan. Alkitab dibacakan dengan jelas dan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti (ay. 8-9). Umat Allah juga mau berusaha memahami Firman Tuhan yang dibacakan dan diterangkan. Mereka saling berbagi
dan bersukacita karena mereka mengerti segala firman yang diberitakan kepada mereka (ay. 13).
Tuhan berbicara melalui Firman-Nya. Firman Tuhan itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16). Firman-Nya itu adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105). Tuhan Yesus berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk. 11:28). Oleh karena itu, penting bagi umat untuk mendengarkan dan memahami firman Tuhan yang disampaikan dalam kebaktian.
Tuhan memberkati.
Salam dan doa dari
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong