Oleh: Pdt. Santoni Ong
BGA, 12 Maret 2019 Kis. 27:14-44
Paulus dalam Kisah Para Rasul 27:1-13 berlayar ke Roma. Itu adalah harapannya dan cita citanya pergi ke Roma. Baru saja kapal itu akan berangkat (Kisah Para Rasul 27:14) menghadapi angin haluan akibat angin badai yaitu angin timur laut yang melanda. Badai itu mengakibatkan kapal terombang ambing.
Sering kali ketika kita mulai ingin mencapai harapan dan cita cita tiba tiba datang badai yang menghantam kapal kehidupan kita. Bagaimana cara menghadapinya? Dalam sebuah buku diceritakan cara menghadapinya dalam Kisah Para Rasul 27:17 yaitu :
Pertama, Memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal dengan tali agar kapal tidak mudah pecah dihantam badai. Apa alat penolong kita itu? Memperkuat iman dan harapan kita kepada Tuhan.
Kedua, Menurunkan layar. Biasanya ketika kapal dilanda badai maka layar kapal akan diturunkan, agar dapat melawan mengikuti arus yang terjadi. Ini mengajak kita merenungkan diri kita, refleksi diri atas apa yang terjadi kepada kita.
Ketiga, membuang muatan kapal ke laut. (Kis 27:18). Agar kapal menjadi ringan menghadapi badai maka kita harus membuang isi kapal itu. Ketika badai yang kuat menghantam kapal kehidupan itu maka kita perlu membuang muatan muatan hidup kita yang gak perlu agar kapal kehidupan kita menjadi ringan.