PDT.WEINATA SAIRIN: *”TATKALA ORANG SALEH HABIS…”*

0
939

*REFLEKSI ALKITAB*

_”Tolonglah kiranya, Tuhan sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia”._ (Mazmur 12 : 2)

Salah satu kekayaan narasi-narasi spiritual yang amat puitis yang dimiliki umat kristiani adalah Kitab Mazmur. Mazmur, _mizmor_ pujian, sahabat-sahabat kita tetangga sebelah biasa menyebutnya kitab Zabur, memang sangat populer di lingkup Gereja-gereja. Mazmur dinyanyikan dalam ibadah hari Minggu, dibaca oleh umat secara responsoria juga dalam ibadah hari Minggu. Ada nilai khusus dan amat spesifik pada Kitab Mazmur baik pada aspek bahasa/sastra, maupun pada isinya. Kesemuanya memberikan investasi spiritual yang amat besar bagi penguatan keimanan umat.

Menurut literatur tentang Kitab Mazmur, Mazmur 12 ini termasuk dalam kategori *Mazmur Keluhan Umat*. Dalam analisis seorang ahli Mazmur dari pendekatan Sastra, ternyata Kitab Mazmur itu terdiri dari beberapa kategori : Nyanyian Pujian, Keluhan Umat, Keluhan Pribadi, Nyanyian Syukur Pribadi, Mazmur Kerajaan, Mazmur Hikmat. Pola pendekatan seperti itu memang sangat membantu untuk memahami kekayaan dan kedalaman isi Kitab Mazmur sehingga bisa bermakna bagi penguatan keimanan umat.

Ada beberapa Mazmur yang termasuk kategori Mazmur Keluhan Umat, yaitu Mazmur 12, 44, 58, 60, 74, 79-80 dan sebagainya. Dalam Mazmur Keluhan Umat, menurut para ahli selalu mengandung unsur: Seruan kepada Allah; Keluhan yang mencerminkan derita umat; Pengakuan akan kuasa Allah; Permohonan untuk pembebasan; Seruan yang mengingatkan nama baik Allah; Nazar Pujian. Dalam Mazmur 74 hal-hal seperti itu amat terlihat dengan jelas.

Mazmur 12 yang dikutip dibagian awal artikel ini termasuk Mazmur Keluhan Umat yang perikopnya diberi judul oleh LAI ” Doa minta tolong terhadap orang yang curang”. Pemazmur dengan lantang menyatakan keluhannya kepada Allah dengan bahasa yang sangat keras dengan pilihan diksi yang benar-benar menjelaskan kondisi yang dihadapi. Dalam ayat 3-5 realitas itu dinyatakan tanpa eufemisme sama sekali. Kata-kata “dusta”, “bibir yang manis dan hati yang bercabang” mencerminkan kualitas (kebobrokan) manusia yang dihadapi Pemazmur di zamannya. Realitas empirik seperti itu yang menjadikan Mazmur 12 lahir dan hadir menjadi bagian dari ibadah umat.

Ungkapan pada ayat 4 yang antara lain berbunyi “biarlah Tuhan mengerat segala bibir yang manis dan lidah yang bercakap besar” mencerminkan sebuah keluhan dahsyat agar Tuhan melakukan tindakan yang radikal terhadap manusia yang pada dirinya tidak lagi memuliakan anggota tubuh sesuai dengan fungsinya yang hakiki. Ayat 9 yang memberitakan bahwa “orang fasik berjalan kemana-mana sementara kebusukan muncul diantara anak-anak manusia” menjelaskan betapa virus kefasikan itu telah menyebar ke berbagai wilayah dan sejalan dengan itu juga *kebusukan* telah muncul diantara umat manusia. Harkat dan martabat manusia telah mengalami degradasi di zaman itu yang sangat berpengaruh dalam pembangunan peradaban manusia.

Allah tidak membisu. Allah tidak membiarkan manusia yang Ia ciptakan dan disebut imago dei itu makin merosot harkat dan martabat kemanusiannya. Orang Saleh, orang yang taat dan setia kepada Allah tidak boleh habis (2). Orang saleh harus “di produksi” lagi hingga mewarnai kehidupan dunia. Kesalehan ritual, kesalehan status, kesalehan pribadi harus ditanggalkan diubah di transformasikan menjadi kesalehan sosial yang miris dan trenyuh serta bertindak mengasihi orang yang menderita ditengah dunia tanpa harus mengecek agama mereka.

Ayat 6-8 Mazmur 12 ini memberi narasi positif bahwa Tuhan bangkit; Ia bangkit untuk menyelamatkan. Dan itu bukan janji gombal manusia para kontestan. Janji Tuhan adalah janji murni dan teruji bahkan tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan. Tuhan akan menjaga umatNya senantiasa ditengah menguatnya virus kefasikan dan kebusukan di era itu.

Janji Tuhan bukan janji tak bertepi. Janjinya tentang keselamatan telah mewujudnyata dalam diri Yesus Kristus yang benar-benar menjadi Juru Selamat umat manusia. Yesus Kristus bukan Guru Selamat yang mengajar dan berteori tentang keselamatan. Ia sejatinya adalah Juru Selamat yang oleh dan didalam diriNya keselamatan itu dinikmati, dikecap oleh manusia!

Kita umat kristiani kini hidup dalam era digital, dalam era Post Truth, di zaman Now. Mazmur Keluhan Umat ini penting kita baca ulang di zaman ini dengan lebih cermat. Ketika ujaran kebencian selalu kita baca dalam ruang-ruang privat kita, ketika ibadah dan rumah ibadah tidak selalu mendapat tempat di wilayah wilayah tertentu di NKRI; ketika regulasi kurang memberi ruang bagi seluruh komponen bangsa; ketika “orang saleh telah habis”; ketika virus kefasikan dan kebusukan merajalela, sebagai umat Allah kita tidak boleh terpenjara pada realitas empirik yang ada. Kita yakin dan percaya bahwa sesuai dengan rencana dan kairosNya, Tuhan akan bangkit, bertindak dalam sejarah dan menyelamatkan umat manusia. Umat Kristen Indonesia harus tetap menampilkan kekristenan elegan, bebas dari sikap inferior dan kompleks minoritas, menebar cinta kasih kepada seluruh warga bangsa, mewujudkan empati bagi warga Lombok, Sulteng yang dilanda gempa, bagi keluarga korban kecelakaan Lion Air, bagi mereka yang di dera derita dalam berbagai bentuk.

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless.

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here