Hidup Sebagai Tentara Keselamatan

0
1618

Setelah 2 tahun kapal Titanic tenggelam, tahun itu adalah tahun 1914,
ada sebuah kapal lain yang tenggelam, namanya kapal “empress ireland”

Waktu itu kapal ini akan berlabuh dari Canada ke London. Di kapal ada sekitar 1,400 lebih penumpang.

Namun ada ratusan orang telah mati tenggelam, mereka hanya dapat menyelamatkan sekitar 400 orang lebih.

Tetapi kapal ini ketika tenggelam sangat berbeda dengan kapal Titanic, tenggelam nya sangat cepat, dalam waktu 14 menit seluruh kapal tenggelam. Sama sekali tidak mempunyai waktu untuk menurunkan kapal penyelamat.

Di dalam kapal ini, ada banyak pebisnis, banyak orang kaya, orang yang terkenal.

Di dalam kapal ini kebetulan ada 170 orang pemimpin muda dari Salvation Army / “Tentara Penyelamat” (organisasi misi). Mereka akan ke London untuk menghadiri konferensi Salvation Army.

Pada saat kapal tenggelam adalah di malam hari. Kabin mereka kebetulan berada di samping tempat penyimpanan jaket pelampung. Setiap anak segera meraih dan memakai jaket pelampung, lalu terjun ke dalam air.

Mereka sangat beruntung, seluruh kapal hanya ada 400 orang lebih yang selamat.

Setelah orang yang hidup berhasil diselamatkan, mereka lalu mencari 170 pemimpin anak muda ini, satu pun dari mereka tidak berhasil ditemukan, mereka semua telah gugur. Mereka sangat heran dan menyelidiki kejadian ini. Apa yang terjadi kepada 170 pemuda ini?

Mereka mengumpulkan orang-orang yang hidup dan mengadakan sebuah pertemuan. Orang-orang ini mulai membagikan cerita mereka.

Cerita mereka semua sama, ada yang melihat langsung, ada yang mengalami langsung, semua berkata hal yang sama

Anak muda — seorang laki-laki, seorang perempuan berenang ke arah saya, menanggalkan jaket pelampungnya dan menyerahkan kepada saya, mengorbankan dirinya sendiri.

Ketika jaket pelampung sudah habis, anda tahu apa yang dilakukannya?

Mereka tahu bahwa waktunya terbatas, karena air laut sangat dingin. Mereka berenang dan menanyakan kepada tiap orang: Apakah kamu pengikut Kristus? Membawa orang-orang ini untuk percaya Yesus, berdoa untuk orang-orang ini, haleluya!
Sampai pada akhirnya ke 170 pemuda ini semuanya mati.

Diantara orang yang hidup ada seorang pria yang menceritakan kisahnya, ia adalah seorang yang berbadan kekar dan seluruh badannya penuh tato. Ketika ia ada di dalam air, ada seorang pemudi berumur sekitar 17 / 19 tahun berenang ke arahnya, menanggalkan jaket pelampung dan memberikan kepadanya.
Dia langsung mengenakan, namun sesaat kemudian, dia mengatakan: saya adalah pria sejati, masa mengambil pelampung dari seorang wanita…

Lalu dia berenang kembali kepada pemudi tsb dan mengembalikan jaket pelampung kepadanya.

Pemudi ini bertanya, apakah kamu pengikut Kristus? Dia menjawab: saya bukan pengikut Kristus. Kamu mau tidak menjadi pengikut Kristus? Tidak, saya tidak siap menjadi pengikut Kristus.

Dia mengatakan pemudi ini lalu marah, mengambil jaket pelampung dan melemparkan kepadanya: lebih baik saya yang mati daripada kamu yang mati, setelah mati saya ke surga, tetapi kalau kamu mati kamu tidak ke surga, kamu harus tetap hidup!

Pria ini menangis, ia mengatakan malam itu saya diselamatkan dua kali: satu kali dari dalam air, satu kali dari dosa, ia menyerahkan hidupnya pada Yesus.

Ketika saya mendengar cerita ini, saya berpikir masih adakah generasi seperti ini di jaman sekarang? Karena saya setiap kali mendengar keluhan dari para ortu bahwa generasi muda sangat egois. Mengapa kita tidak melihat ada generasi muda seperti anak-anak muda ini?

Kemudian saya menggali dan melakukan penyelidikan yang lebih dalam. Mereka semua adalah pemimpin muda dari Salvation Army, sebuah organisasi kemanusiaan Kristen Protestan terbesar di dunia.

Salvation Army didirikan oleh William Booth. Salvation Army di tahun-tahun itu sangat powerful. Mereka benar-benar adalah tentara yang menyelematkan jiwa-jiwa.

Pada tahun 1912-1914, umur William Booth sudah sangat tua. Setiap tahun William Booth menulis surat kepada seluruh tentaranya yang ada di berbagai belahan dunia.

Umurnya semakin tua, surat yang ditulis pun semakin pendek. Sebelum kematiannya, dia menulis surat terakhirnya. Hanya ada 1 kata, kata itu adalah “orang lain”

Hidup untuk orang lain! Hai anak muda..hiduplah untuk orang lain! Sekarang Kristus hidup di dalam saya. Semua anak muda karna Allah hidup, hidup lah untuk orang lain!

Hari ini setelah 100 tahun, adakah generasi baru yang rela memberikan hidupnya, mimpinya dan hidup untuk orang lain?

Saya percaya ada, di Singapura saya sudah menemukan, saya tahu di Taiwan juga ada! Generasi baru yang hidup untuk orang lain..

Di negara ini, di gereja, di kota, dan di mana pun juga, Tuhan sedang memanggil generasi baru untuk bangkit, mereka mempunyai berbagai mimpi, mereka akan membawa perubahan, merubah dunia ini dan menciptakan sejarah!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here