Oleh: Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak
(Ulangan 32:2)
Mudah-mudahan pengajaranku menitik laksana hujan, perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan.
Ada banyak orang ketika berbicara semaunya saja tanpa mempedulikan ucapannya itu telah menyakiti hati orang yang mendengarkan. Orang yang berbicara kasar dan asal keluar dari mulutnya tentu akan lebih sering membuat orang yang mendengarnya tersinggung dan sakit hati.
Tidak demikianlah halnya dengan Musa, justru sebelum mulai bicara ia meminta agar orang-orang memasang telinga dan siang mendengarkan dengan baik. Musa saat myampaikan pengajaran, ia lakukan dengan perkataan yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya.
Pengajaran yang dilakukan oleh Musa untuk menyampaikan tentang tindakan dan kebenaran Allah dilakukannya bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Jauh dari kesan sikap kasar, memaksa, tapi sebaliknya setiap perkataan yang disampaikan selalu memuaskan dan menyejukkan pendengarnya bagaikan menerima tetesan air disaat haus.
Dibalik pengajaran yang menyejukkan hati setiap pendengarnya, ternyata Musa berhasil untuk menyampaikan setiap pesannya, yaitu agar setiap orang benar-benar mau meninggikan Nama Allah di dalam hidupnya. Berbicara lembut namun tegas ternyata membuat hati para umat senang dan ini tentu sangat berpengaruh untuk membangkitkan semangat kehidupan bergereja semakin tinggi.
Setiap pengajaran yang disampaikan oleh Musa sungguh menyejukkan bagaikan sinar fajar di waktu pagi hari, pagi yang indah tidak berawan, yang sesudah hujan membuat tampak berkilauan rumput muda yang hijau di tanah. Pengajaran Musa yang menyejukkan itu juga
disampaikan bagaikan Firman yang menyembuhkan dari setiap luka akibat dosa serta meluputkan mereka dari liang kubur.
Pengajaran Musa yang menyejukkan itu justru dapat membuat orang yang congkak dan tinggi hati berubah dan menjadi orang yang baik dan ramah. Karena setiap orang merasakan kesejukan bagaikan embun dipagi hari, seperti dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang menantikan tetesan air.
Sama seperti pemazmur yang yang merasakan suka citanya dengan mengtakan: Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya dan Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.
Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah, Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang.
Kiranya ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti dirus hujan yang menggenangi bumi.
Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput.
Hindarilah berbicara kosong tanpa arti, berhati-hatilah berbicara dan berpikirlah “sejuta” kali sebelum berbicara, karena setiap kata sia-sia yang kita ucapkan harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan pada saatnya. “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum (Matius 12:36-37).
Mari kita belajar dari Musa, yang berusaha sedemikian rupa untuk menjaga setiap ucapan atau perkataannya, sehingga yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang menyenangkan, membangun, menguatkan serta menyejukkan, karena hanya dengan demikian maka setiap orang akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi kesukaan Allah, amen.
SELAMAT PAGI
DAN
SELAMAT BERAKHIR PEKAN
(Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak-Jkt)