Hidup Terarah Kepada Allah

0
3973

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Yohanes 6:16-21

(16) Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu (17) dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, (18) sedang laut bergelora karena angin kencang. (19) Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. (20) Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” (21) Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

 

Kompas merupakan alat penunjuk jalan dan arah bagi kita ketika, kita berada di tengah hutan, di padang belantara, bahkan di tengah-tengah lautan yang luas. Dengan kompas, kita bisa tahu harus jalan ke kanan atau ke kiri, dengan kompas kita dapat mengetahui mana jalan yang benar, yang harus  kita tempuh, utara atau selatan, sehingga kita tidak salah jalan. Lalu apakah alat penunjuk jalan dan arah bagi kehidupan orang percaya dalam dunia ini?

Alat penunjuk jalan dan arah yang baik serta benar dalam kehidupan orang percaya tidak lain dan tidak bukan, hanyalah “Yesus”. Lihat, apa yang terjadi dengan murid-murid Yesus ketika mereka berlayar sendiri? Mereka, memang mempunyai kekuatan untuk mendayung perahu mereka ke tengah-tengah laut sendiri, tapi ketika terjadi angin  kencang, mereka menjadi kelelahan, mereka menjadi kepayahan (bnd. Mrk. 6:48a), dan Yesus yang tahu akan hal itu, datang menghampiri mereka. Yang menarik disini, untuk menghampiri mereka, Yesus tidak memakai alat bantu apa-apa, Yesus tidak menyuruh mereka untuk kembali karena angin yang kencang itu, dan Yesus juga tidak datang dengan menaiki sebuah perahu seperti mereka.

“Yesus berjalan diatas air”, sesuatu hal yang sangat mencengangkan murid-murid-Nya pada saat itu dan sekaligus membuat mereka merasa takut. Mereka takut karena apa yang dibuat oleh Yesus berbeda dari biasanya, mereka takut karena mereka tidak pernah melihat seorang manusia dapat berjalan diatas air, yang bisa berjalan diatas air hanyalah “hantu” menurut mereka (Mrk. 6:49).  Namun, Yesus yang tahu akan  hal itu mengatakan kepada mereka “Aku ini, Jangan Takut!”. Aku datang untuk memberikan kehidupan  kepadamu (baca: Yoh. 10:10). Dan, dengan perkataan Yesus itu, murid-murid tidak lagi merasa takut, malah mereka mau menaikan Yesus ke dalam perahu mereka. Dan, setelah Yesus ada di atas perahu mereka angin pun berhenti dan mereka dapat tiba di pantai yang mereka tuju dengan selamat.

Orang percaya seringkali dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sama seperti murid-murid Yesus, pertama-tama dayung sendiri usaha dan kerja kita, andalkan dulu kekuatan sendiri, usaha dulu sendiri, nanti kalau sudah gagal baru panggil Tuhan, nanti sudah ada masalah baru panggil Tuhan, nanti kalau ada penderitaan, tantangan dan pergumulan baru ingat Tuhan. Disini, Yohanes mencoba memberikan gambaran bahwa hidup ini sekali-sekali akan ada gelombang dan badai yang kencang, karena itu arahkan kehidupan ini pertama-tama kepada Tuhan, awalilah segala sesuatu dengan Tuhan,  karena jika kita berjalan dengan Dia dan mengundang Dia untuk ada dalam kehidupan kita, maka badai sekencang dan sekeras apa pun tidak akan pernah membuat kita hancur, karena Dia yang telah menghadapinya terlebih dulu, dan Dia berhasil keluar sebagai Pemenang (1Kor. 15:57).

Hidup terarah kepada Tuhan, berarti hidup ini harus dipakai untuk melayani dan mengagungkan nama dan pekerjaan-Nya melalui kata dan perbuatan kita setiap hari. Hidup terarah kepada Tuhan, berarti mengutamakan kehendak dan maksud-Nya dalam setiap kehidupan kita. Karena itu, segala sesuatu yang sedang dan akan kita buat, arahkanlah kepada Tuhan, jangan andalkan kekuatan sendiri, jangan takut, jangan bimbang, penunjuk jalan kita jelas sekali, undang Dia untuk ada dalam perahu kehidupan dan pelayanan kita, dan biarkan Dia yang mengatur dan mengarahkannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here