Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yeremia 18:1-17
(1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! (7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (9) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. (10) Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. (11) Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (12) Tetapi mereka berkata: Tidak ada gunanya! Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri dan masing-masing hendak bertindak mengikuti kedegilan hatinya yang jahat.” (13) Sebab itu beginilah firman TUHAN: “Cobalah tanyakan di kalangan bangsa-bangsa: siapakah yang telah mendengar hal seperti ini? Anak dara Israel telah melakukan hal-hal yang sangat ngeri! (14) Masakan salju putih akan beralih dari gunung batu Siryon? Masakan air gunung akan habis; air yang sejuk dan mengalir? (15) Tetapi umat-Ku telah melupakan Aku, mereka telah membakar korban kepada dewa kesia-siaan; mereka telah tersandung jatuh di jalan-jalan mereka, yakni jalan-jalan dari dahulu kala, dan telah mengambil jalan simpangan, yakni jalan yang tidak diratakan. (16) Maka mereka membuat negerinya menjadi kengerian menjadi sasaran suitan untuk selamanya. Setiap orang yang melewatinya akan merasa ngeri, dan akan menggeleng-gelengkan kepalanya. (17) Seperti angin timur Aku akan menyerakkan mereka di depan musuhnya. Belakang-Ku akan Kuperlihatkan kepada mereka dan bukan muka-Ku pada hari bencana mereka.”
Tuhan menyuruh Yeremia ke rumah tukang periuk, untuk menerima pelajaran berharga. Yeremia masuk dan melihat proses pembuatan periuk. Sang tukang mulai dengan memilih tanah liat, kemudian membentuknya menjadi periuk. Proses ini tidak selalu berjalan mulus. Kadang-kadang terjadi kerusakkan, sehingga tukang periuk harus merombaknya dan memulai lagi dari awal. Perlu ketrampilan, kesabaran dan kemauan yang kuat untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Setelah mengamati pekerjaan tukang periuk tersebut, Tuhan berkata kepada Israel, melalui Yeremia: “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (ay. 6). Artinya, seperti tukang periuk yang terampil, sabar dan berkemauan tinggi, demikianlah Tuhan bersikap kepada Israel. Bahkan, Tuhan, malah lebih terampil, sabar dan lebih tinggi kemauan-Nya dibandingkan tukang periuk. Ini nyata ketika bangsa Israel makin jauh dari Tuhan dan tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, Tuhan dengan ‘sabar’ membentuk mereka. Ketika mereka dikenal sebagai orang yang “tegar tengkuk”, dengan terampil Tuhan merombak mereka dan membangunnya kembali.
Perombakan Tuhan atas Israel berhubungan erat dengan pemberontakan-pemberontakannya. Pemberontakan dan dosa pasti akan dihakimi. Namun, bila Israel menyesal dan bertobat, Tuhan akan menarik hukuman-Nya dan mengubahnya menjadi berkat (ay. 7-8). Akan tetapi, jika tidak mau berubah, Tuhan akan bertindak dan membinasakan mereka. Semua ini dilakukan untuk membangun kembali dan membaharui kehidupan umat Tuhan. Ia berkuasa melakukannya sesuai dengan pikiran dan rencana-Nya. Jadi, kuasa Tuhan bukan hanya pada mendatangkan hukuman atau berkat, tapi juga dalam mengubah (‘merevisi’) keduanya. Kalau manusia bertobat, hukuman dapat diubah menjadi berkat. Sebaliknya, kalau manusia tetap “tegar tengkuk”, berkat dapat berubah menjadi hukuman.
Sebagaimana sikap Tuhan terhadap Israel, demikian jugalah Tuhan bersikap kepada kita (gereja) sampai sekarang ini. Kita adalah bejana buatan tangan-Nya. Bila hidup kita rusak atau tercemar oleh dosa, maka Tuhan akan ‘merombak’ kita. Untuk itu kita perlu melatih kepekaan kita terhadap apa yang baik (benar) dan apa yang jahat (dosa). Kita harus mampu membedakan dan memilihnya. Jika kita hidup dalam kebenaran, Tuhan menjamin kita untuk hidup dalam berkat-berkat-Nya. Jika kita jatuh dalam dosa, sudah pasti kita akan menerima hukuman. Akan tetapi, pertobatan menyelamatkan kita, manusia berdosa, dari hukuman Tuhan.
Betapa indah dan berharganya sebuah pertobatan, bukan hanya sanggup membawa kita kepada hidup yang baru, tapi juga sanggup “mengubah” hati Allah yang murka menjadi berbelas kasih. Hati Allah luas dan penuh rahmat. Itu dinyatakan kepada kita, bejana buatan tangan-Nya. Bejana yang mau hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Bejana yang merendahkan diri dan berkata, “Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu” (Yes. 64:8).