“YA TUHAN, BERITAHUKANLAH KEPADAKU AJALKU, DAN APA BATAS UMURKU, SUPAYA AKU MENGETAHUI BETAPA FANANYA AKU! ” (Mazmur 39:5)

0
5024

Oleh; Pdt. Weinata Sairin

Salah satu misteri yang dihadapi manusia dalam menjalani kehidupannya adalah usia, umur. Usia, umur itu bukan domain, ranahnya manusia, itu jelas ranah bahkan hak prerogatif dari Sang Khalik, Tuhan Yang Maha Esa. Tuhanlah yang menetapkan berapa durasi perjalanan hidup manusia dalam berziarah dibumi ini. Tuhan dalam rencana agungnya pasti punya semacam ‘daftar’ tentang batas usia dari setiap orang yang ada didunia ini. Bisa saja jumlah usia itu bersifat ‘tentatif’, tidak ‘definitif’ artinya atas kemurahan Tuhan bisa jumlah itu berubah dan kriteria perubahan itu berada pada Tuhan (dan confidential!). Ya ini sebuah pengandaian saja dan belum ditelusuri ulang basis teologinya.

Tentu Tuhan punya maksud mengapa batas usia itu “dirahasiakan” sehingga tidak seorangpun yang mengetahui. Kita bisa membayangkan apa yang terjadi jika setiap kita tahu batas usia kita masing-masing. Seseorang bisa saja, misalnya, membuat program yang disusun hingga saat ia mencapai titik akhir dari usia yang ditetapkan oleh Tuhan. Mungkin bisa kita bayangkan program itu dibagi dalam beberapa fase. Fase terakhir dari program itu akan mengarah pada aspek devosional, pemantapan spiritualitas, aspek penyerahan diri kepada Tuhan. Tanpa kita tahu batas usia kita masing-masing, dan maut itu mendatangi manusia tanpa memandang yang muda atau yang tua, maka “program” itu tidak secara eksplisit dapat dibuat.

Aspek “positif” bahwa batas usia itu adalah misteri memposisikan manusia dalam kondisi yang siap sedia. Kondisi stand by, siaga seperti itu penting agar manusia menjalani kehidupan ini dengan penuh perhitungan, terutama sangat cermat terhadap dimensi waktu. Manusia yang stand by tidak pernah bisa terjebak atau terpenjara pada konteks kekiniannya., ia terhindar dari posisi diri yang terbelenggu establishment. Manusia yang tak tahu kapan deadline usianya itu, memang didera perasaan tension, ketegangan dan dalam kondisi seperti itu ia akan menjadi sosok yang dinamis, kuat, cerdas, trengginas dan tangguh.

Menurut data BPS umur harapan hidup orang Indonesia tahun 2016 ini berkisar pada angka70 tahun-an. Data itu mengalami perubahan dari tahun ketahun dan akan sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan masyarakat yang makin tinggi. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada tahun 2030an nanti umur harapan hidup itu akan mencapai angka 72 tahunan. Kaum lanjut usia akan makin bertambah namun mereka adalah para lanjut usia yang sehat dan segar, dan lebih berpengharapan.

Sangat menarik bahwa Pemazmur 39 ini memohon kepada Tuhan tentang kapan ajalnya datang dan berapa batas usia yang ia miliki. Permohonan itu dilakukan tidak dalam konteks agar ia bisa mempersiapkan diri lebih mantap menghadapi saat maut merenggut dirinya, tetapi agar dia lebih memahami kefanaannya, kesiapaan dan kediriannya yang temporer. Penyadaran tentang hakikat diri yang fana penting agar Pemazmur punya sense of time yang tinggi, yang tidak abai terhadap visi dan misi yang Allah rancang bagi dia, sehingga optimal memanfaatkan waktu yang
tersedia.

Sebagai warga gereja kita amat faham bahwa kita adalah makhluk fana, kita diciptakan dalam ruang dan waktu oleh Khalik yang tak fana, yang berada diluar frame of time. Tugas kita adalah bagaimna dalam kurun waktu dan batas usia yang tersedia bagi kita, kita mengerjakan pekerjaan yang diamanatkan Allah tanpa lelah.

Mari terus berkarya mengukir sejarah dipentas dunia milik Allah.

God bless

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here