Umat Kristen di Timur Tengah Sedang Menghadapi “Krisis Eksistensial”

0
2306

Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto, M.M, M.Th

Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto, M.M, M.Th
Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto, M.M, M.Th

“Saat ini umat Kristen di Timur Tengah sedang menghadapi “krisis eksistensial” karena adanya konspirasi jahat untuk melenyapkan Kekristenan dari wilayah Timur Tengah. Ada usaha dan gerakan konspiratif untuk melakukan pemusnahan terhadap orang Kristen dan Kekristenan di Timur Tengah.  Fenomena berbahaya pembersihan agama (Kristen) ini harus segera direspons AS, Eropa dan PBB,” Hal ini disampaikan Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto, M.M, M.Th,. dalam diskusi bulanan dengan tema ,”Masa Depan Minoritas Kristen di Timur Tengah”, yang diselenggarakan oleh Akademi Protestan Indonesia (API),

“Kekristenan lahir di Timur Tengah pada abad 1 Masehi. Sebelum penaklukan Muslim Arab pada pertengahan abad ke-7 M, Kekristenan merupakan salah satu agama utama di wilayah itu. Pada awal abad XX, populasi Kristen mencapai 25% dari total populasi Timur Tengah. Akan tetapi saat ini, populasi Kristen kini telah anjlok menjadi sekitar 5%. Anjloknya populasi Kristen khususnya dalam dua dekade terakhir ini disebabkan karena banyak orang Kristen yang eksodus keluar negeri maupun mengalami mati syahid karena penganiyaan. Populasi Kristen di Timur Tengah saat ini berjumlah sekitar 22 juta jiwa. Umat Kristen Timur Tengah umumnya berpendidikan tinggi, kaya, moderat dan sangat aktif dalam aspek sosial, ekonomi, olahraga dan politik.

Umat Kristen sering menjadi korban penganiayaan dan diskriminasi, baik oleh negara maupun masyarakat di Timur Tengah,- melalui serangan-serangan dan pembatasan-pembatasan pada komunitas-komunitas Kristen, pendeta dan gereja-gereja. Terutama setelah kaum radikal menguasai pemerintahan-pemerintahan. Penghilangan Umat Kristen dari dunia Arab merupakan tragedi kemanusiaan yang harus dicegah. Sudah ada 1 juta lebih orang Kristen yang eksodus keluar Timur Tengah dalam 1 dekade ini. Kalau tren ini dibiarkan maka komunitas-komunitas Kristen di Timur Tengah dalam generasi ini akan mengalami kematian. Hanya tersisa sedikit orang Kristen di Timur Tengah, seperti sisa-sisa sedikit komunitas-komunitas Yahudi. Karena hal itu akan mengancam semangat pluralisme beragama di seluruh dunia, di dunia Kristen khususnya. Agama Kristen merupakan agama pribumi di Timur Tengah, bahkan lebih dahulu lahir sebelum Islam. Jadi, Kekristenan juga mempunyai hak dan otoritas untuk hidup dan berkembang di Timur Tengah,”tegas Pdt. Drs. Harsanto  dengan sangat ekspresif.

Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto mengecam sikap diam dan kurangnya perhatian AS, Barat dan PBB atas penganiyaan dan teror yang dialami umat Kristen di Timur Tengah. “Bagaimana mereka bisa diam menyikapi krisis kemanusiaan ini? Kita harus mendesak dunia internasional bersikap tegas dalam hal HAM. Dunia internasional bisa dan harus membantu proses transisi menuju demokratisasi di dunia Arab, khususnya dalam hal pembangunan demokrasi dan hak-hak asasi manusia (hak-hak kaum minoritas dan wanita khususnya). Bila perlu jatuhkan sanksi ekonomi bagi negara-negara yang melecehkan nilai-nilai ini,”serunya lagi dengan semangat.

Kelompok Persaudaraan Muslim Mesir misalnya saat ini mulai memaksa sekitar 15.000 orang Kristen Koptik di desa Dalga untuk membayar pajak jiszya (upeti), atau kalau tidak harus pindah agama. Nilai upeti atau pajak dan cara pembayarannya berbeda-beda antara satu desa dengan desa yang lain. Ada yang harus membayar 200 pound Mesir per hari, ada yang harus membayar 500 pound Mesir per hari. Keluarga Kristen yang tidak mampu membayar seringkali diserang kelompok radikal ini. Sudah banyak keluarga Kristen Koptik yang melarikan diri dari desa ini.

“Fenomena meluasnya konflik Sunni-Syiah di wilayah Timur Tengah, seperti terlihat dalam kasus Suriah dan Irak, juga akan menentukan masa depan umat Kristen di Timur Tengah. Kelompok-kelompok garis keras Sunni seperti Alqaeda sedang terlibat konflik massif dengan kelompok Hizbullah (dari Libanon) yang Syiah di Suriah. Konflik Syiah dan Sunni yang semakin meluas juga bisa diredusir kalau worlview Timur Tengah dibangun di atas nilai-nilai demokrasi universal dan humanisme universal,-bukan dengan kediktatoran religius

“Sekarang saatnya merumuskan dan mencari solusi bagi krisis dan tragedi kemanusiaan di negara-negara Timur Tengah ini.”

“Sistim pendidikan di Arab perlu direformasi. Pendidikan di Arab harus menekankan “humanisme universal, toleransi, kebebasan beragama, kebersamaan dan kemitraan” untuk menciptakan “masyarakat sipil yang beradab” di wilayah Timur Tengah sehingga bisa mengelola dan mengatasi masalah pluralisme beragama dan konflik sektarian. Dengan sistim demokrasi yang egaliter/universal, ancaman tirani mayoritas dan “politik mayoritas” bisa dihindari; semua manusia dianggap sederajat, sama hak dan kedudukannya di hadapan hukum dan konstitusi, apapun agama dan kepercayaannya, apapun jenis kelaminnya. Tidak ada manusia yang menjadi warga negara berstatus kelas satu atau kelas dua. Prinsip “Satu hukum untuk semua”, “Persamaan di hadapan hukum”  dan “kewarganegaraan biasa” harus diterapkan bagi setiap wanita, laki-laki dan semua agama.

Umat Kristen di Arab tidak menganggap diri mereka sebagai kaum minoritas, tetapi memahami diri mereka sebagai warga negara penuh, yang memiliki tugas, tanggung-jawab dan hak penuh di negara mereka masing-masing, dan senantiasa pro-aktif menunjukkan solidaritas, advokasi dan dialog antar agama untuk perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Kaum Kristen Arab mempunyai sejarah yang panjang hidup dalam masyarakat yang plural, yang menghormati keragaman, yang memahami bahwa semua orang diciptakan sama/sederajat oleh Tuhan.

Pdt. Drs. Harsanto Adi Soekamto menegaskan bahwa kehadiran dan kesaksian orang Kristen di Timur Tengah harus terus dipelihara dan dipertahankan. Karena Timur Tengah merupakan tempat lahir Yudaisme, Kekristenan dan Islam. Bagi orang Kristen, wilayah ini merupakan tempat inkarnasi Tuhan kita Yesus Kristus, berkotbah, disalibkan dan bangkit. Wilayah ini juga tempat dimana Kabar Baik disebarluaskan ke seluruh dunia. Iman Kristen berakar di negeri ini dari sejak zaman rasul-rasul. Karena itu, orang Kristen di Timur Tengah selalu berkomitmen untuk membangun masyarakat baru paska Musim Semi Arab.

Jadi, tantangan bagi bangsa Arab saat ini adalah membuktikan pada dunia bahwa wilayah itu mampu menerima dan menghormati kebebasan beragama, pluralisme, egalitarianisme dan humanisme universal. Dan mampu mengatasi ekstrimisme,” paparnya lagi. (Hotben Lingga)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here