KEDEWASAAN HIDUP TERWUJUD KARENA PENGALAMAN

0
1230

Oleh: Weinata Sairin

_”Empta dolore docet experientia. Pengalaman yang dibayar dengan kesusahan mengajar seseorang (untuk menjadi lebih bijak)_

Ada peribahasa yang di zaman kita masih di Sekolah Rakjat dulu amat populer : “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Pak Guru menjelaskan tentang makna peribahasa itu antara lain bahwa bukan hanya pelajaran formal yang diberikan guru di ruang kelas yang harus diingat dengan baik, tetapi juga pengalaman apapun yang ditemui dan dihadapi dalam hidup ini adalah sebuah pelajaran yang berharga. Oleh karena itu kata pak guru catat dan hayati dengan baik hal-hal yang dialami itu, dan jadikan semuanya itu sebagai ‘guru’ dalam kehidupan. Guru dalam konteks peribahasa ini tidak dibayangkan hanya sosok yang berdiri di depan kelas, menulis di papan tulis dan menjelaskan panjang lebar berbagai hal diseputar pelajaran yang baru diberikan. Guru adalah juga rangkaian aktivitas kita dalam menjalani kehidupan, respons dan interaksi kita dengan berbagai hal dalam kehidupan itu, yang per terminologi kita definisikan sebagai “pengalaman”.

Pengalaman itu sangat penting artinya bagi kehidupan seseorang. Pengalaman memberikan pembelajaran berharga bagi setiap orang sehingga berdasarkan pengalaman itu seseorang tak akan mengulangi kesalahan yang sama dan atau terperosok pada lubang yang sama. Apa sebenarnya pengalaman itu? Menurut para ahli pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indera manusia. Berdasarkan pengalaman itu seseorang menjadi tahu, dan dari sinilah muncul “pengetahuan”.

Dalam dunia kerja pengalaman amat menentukan. Pada saat penerimaan pegawai di suatu lembaga/perusahaan ada yang mempersyaratkan tentang pengalaman. Acap ada perusahaan yang cukup ketat, mereka yang belum memiliki pengalaman apapun di sesuatu bidang, tidak akan diterima bekerja di perusahaan itu. Dalam dunia kerja pengalaman merujuk pada pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui keterlibatan atau berkaitan dengan sesuatu hal selama periode tertentu. Pengetahuan berdasarkan pengalaman adalah pengalaman _empirikal_ atau pengetahuan _posteriori_.

Pengalaman bisa diperoleh jika seseorang mau dan berani mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah ia lakukan. Pada saat anak kita masih kecil dan mulai belajar berjalan, biasanya nenek/opahnya yang agak cerewet terhadap sang cucu agar mau dan berani berjalan, walaupun seringkali ia terjatuh. Omah bilang “biar saja ia jatuh nanti ia bangun dan berjalan lagi. Dengan begitu ia akan punya pengalaman dan nanti akan pandai berjalan”.

Ketidakmauan dan atau ketidakberanian untuk melakukan sesuatu hal membuat kita tidak akan mempunyai pengalaman. Jika anak kecil itu malas atau tidak berani memulai langkah maka ia tidak akan pernah punya pengalaman dan kepandaian dalam berjalan. Presiden Roosevelt dicatat sebagai orang yang sangat luar biasa keberaniannya. Ia dilahirkan dengan kedua mata yang lemah, ia menjadi seorang pemburu bermata tajam, seorang pembaca dengan pengetahuannya yang luas, dan kemampuan alamiah meskipun kehilangan fungsi dari salah satu pendengarannya, ia masih mampu membedakan kicauan berbagai burung. Walaupun tubuhnya terasa sakit yang amat sangat ia tetap mengerjakan surat menyurat sampai jatuh pingsan. Pada saat akhirnya dokter pribadinya menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan kursinya, Roosevelt menanggapinya dengan bersenda gurau : “Baiklah Aku juga bisa hidup dengan cara itu !”

Kita yang hidup sejak kecil hingga masa dewasa bahkan hingga masa tua telah memperoleh begitu banyak sekali pengalaman, baik pengalaman indah maupun pengalaman buruk. Kita tidak pernah bisa _membeli_ pengamalan, kita memperoleh pengalaman itu melalui kehidupan bagaimanapun kondisinya.

Pengalaman itu kita rajut melalui air mata, tawa ria, hempasan derita dan berbagai realitas lainnya. Pengalaman dalam masa perang, ditengah konflik, dalam berhadapan dengan masa-masa sulit memberi makna yang sangat signifikan bagi kematangan kepribadian kita. Pengalaman itu apapun bentuknya harus memberi edukasi yang mengubah hidup kita untuk menampilkan sesuatu yang lebih baik. Sebagai orang beragama kita bisa berkata bahwa Tuhan bisa saja mendidik kita melalui serangkaian pengalaman hidup. Kita harus syukuri pengalaman hidup dan Berkat Tuhan sepanjang tahun 2018. Berdasarkan pengalaman itu kita mesti membangun kehidupan yang lebih baik pada tahun 2019, ditengah berbagai turbulensi, tatkala agama cenderung direduksi menjadi instrumen politik dan pemicu pemecahbelah!

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here