Oleh: Reinhard Samah Kansil
Siang tadi saya menjenguknya. Langkah kaki memasuki ruangan tempat pertemuan digayuti rasa trenyuh, kasihan. Tapi ketika tangan bersalaman dengannya dan mata ini melihat wajah putih bersih tersenyum ramah dengan tubuh yang kekar berisi, hilang rasa trenyuh. Berganti dengan rasa senang bercampur kagum.
Kok bisa, terpenjara tapi nampak damai dan sabar?
Ia membuka percakapan dengan senyum kecilnya bercerita tentang nama bandnya yang berubah dari de’ Napi menjadi BTP. “Ada yang protes”. “Kan anggota band saya itu ada yang polisi, gue bukan napi”. “Jadilah namanya berubah ‘Band Teman Penjara’ (BTP)”.
Kapan keluar Pak?
“Ga tau nih”. “Saya ga ngerti hitungan remisinya”. “Mungkin akhir Desember atau awal Januari”.
Mau ngapain kalau sudah d iluar?
“Saya sudah tanda tangan kontrak dengan Metro TV dua tahun untuk sebuah program khusus”. “Ada unsur kejiwaan, komedi, yah… hiburanlah”.
Sambil ia bercerita, saya diam-diam membaca pesan yang dituliskannya kepada saya: “Sehat, penuh sukacita dan damai sejahtera Allah menyertai hidup saya dan keluarga saya”.
Sungguh engkau kuat dan tegar. Bagaimana bisa orang yang terpenjara bukan karena kesalahannya berharap damai dan sukacita bagi orang lain?
Saya tercenung.
Sama tercenungnya ketika ia berkata: “Kepala kita akan sakit berkepanjangan dan dada ini sesak apabila kita tidak memaafkan perbuatan jahat orang lain kepada kita”. “Disini saya dilatih bukan saja untuk sabar tapi juga untuk memaafkan”.
Kalau kepada saya diberikan pilihan, memimpin kota selama lima tahun atau berada di Mako Brimob ini? Saya akan menjawab, saya memilih berada di Mako Brimob ini. Karena memimpin kota sangat mudah. Tapi mengalahkan diri sendiri sangat sulit. Berada disini membuat saya mampu mengalahkan diri saya sendiri.
Lama saya terdiam mencerna kata-katanya sampai saya digugahnya untuk memimpin doa sebelum berpisah. Saya berdoa: “Tuhan, jaga dan lindungi dia. Jangan tinggalkan perbuatan tangan-Mu. Pelihara dia sepanjang waktu di sini dan sampai selama-lamanya.
Senyum ramah dan jabat hangat salam perpisahannya di pintu keluar membuat hati saya tertinggal disini.
Mako Brimob, 2 Oktober 2018