Oleh Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id IG: lembagaalkitabindonesia
Data jumlah orang Kristen Protestan (P) dan Katolik (K) di Korea Selatan sejak tahun 1985 sampai 2010 tercatat sebagai berikut: 1985 (P=16,1%, K=4,6%); 1995 (P=19,7%, K=6,6%); 2005 (P=18,3%, K=10,9%); 2010 (P=24,0%, K=7,6%). Protestan pernah mengalami penurunan pada tahun 2005, namun naik lagi di tahun 2010. Sedangkan Katolik justru mengalami penurunan cukup signifikan di tahun 2010.
Secara umum bila dijumlahkan persentase orang Kristen (Protestan dan Katolik) di Korea Selatan terus meningkat. Dengan jumlah penduduk 50 jutaan maka orang Kristen (Protestan dan Katolik) di Korea Selatan saat ini sekitar 15,8 Juta orang. Jumlah ini tidak lebih banyak dibanding jumlah orang Kristen Protestan dan Kristen Katolik di Indonesia yang sekitar 26,3 Juta orang (10% dari penduduk Indonesia). Pertanyaannya, mengapa KBS bisa lebih “wah” dibanding LAI?
Hari ini, meski masih berasa letih setelah terbang 7 jam, saya melakukan orientasi di kompleks Ross Memorial Hall milik KBS di pinggir kota Seoul yang berisi (1) Bible Exhibition Hall, (2) Institute for Biblical Text Research, (3) The Center for Bible Education & Culture, (4) Information Resources Center For Biblical Studies, and (5) KBS Warehouse. Kompleks seluas lebih dari 18.000 M2 didedikasikan untuk mengenang Rev John Ross (1842-1915) dari Scotland yang membawa kabar baik pertama ke Korea dengan menerjemahkan Injil Markus dalam Bahasa Korea dan mempublikasikannya pada tahun 1882.
Dari KBS Warehouse yang luasnya lebih dari 2.000 meter persegi bisa dilihat betapa “wah’nya KBS. Semua serba komputerisasi sehingga hanya membutuhkan tenaga kerja 6 orang meski harus menyimpan dan mengirim sekitar 8 (delapan) juta Alkitab dan bagian-bagiannya setiap tahun!! Manajer KBS Warehouse termasuk bertanggung jawab terhadap seluruh kompleks Ross Memorial Hall. Betapa sangat efisiennya mereka. Bible Exhibition Hall, Institute for Biblical Text Research, The Center for Bible Education & Culture, dan Information Resources Center For Biblical Studies, dikelola dengan sangat rapi, efisien dan profesional oleh sangat sedikit tenaga kerja. Semua berbasis teknologi komputerisasi.
Yang lebih “wah” lagi adalah penerbitan dan distribusi Alkitab dan bagian-bagiannya tidak hanya untuk negeri Korea Selatan, namun juga untuk 93 negara di Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Latin. Ini menandakan semangat pelayanan dan kesaksian ke luar negeri dari gereja-gereja di Korea Selatan sangat tinggi. Di tahun 2000an tercatat ada 10,646 misionaris dari Korea Selatan pergi ke 156 negara di seluruh dunia. Salah satu hasilnya adalah Alkitab dan bagian-bagiannya di negeri dimana misionaris Korea Selatan berada diterbitkan oleh KBS.
Dari perjalanan sejarahnya KBS juga memiliki perjalanan lebih panjang dibandingkan dengan Lembaga Alkitab Indonesia yang lahir tahun 1954. Korea Bible Society berdiri tahun 1895 dengan nama “Korean Agency of the British and Foreign Bible Society” delapan tahun sesudah mereka menerbitkan Alkitab utuh pertama pada tahun 1887. Kenmure tercatat sebagai Sekretaris Umum pertama “BFBS Korean agency.” Pada tahun 1945 sesudah mengalami banyak kesulitan oleh karena pendudukan Jepang, KBS berdiri meneruskan karya BFBS Korean Agency yang ditutup tahun 1941.
Perjalanan yang lebih panjang, pengalaman yang lebih banyak, keberadaan ekonomi negara yang lebih makmur, semangat pelayanan dan kesaksian para misionaris Korea Selatan ke berbagai negeri, semuanya memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan KBS sehingga mampu mencapai kemajuan yang “wah” saat ini.
Pelajaran yang dapat dipetik dari KBS agar LAI lebih hebat dalam berkarya melayani umat di Indonesia dan dunia adalah: (1) Etos kerja yang harus terus menerus meningkat agar semakin efisien dan efektif, (2) Penggunaan teknologi terkini, (3) Pemanfaatan peluang-peluang sejalan dengan perkembangan kemakmuran negara, dan (4) Mendorong pelayanan serta kesaksian para misionaris ke berbagai negeri.
LAI tidak bisa sendirian melakukan pelayanan di bidang penerjemahan, produksi dan penerbitan, penyebaran serta upaya agar Alkitab menjadi pedoman hidup sehari-hari umat. Sinergi dengan seluruh denominasi dan konfensi Gereja-gereja di Indonesia adalah suatu keharusan.
Itulah mengapa saya diutus LAI untuk datang dan belajar dari KBS sekaligus mengikuti sessi-sessi pembelajaran “UBS Church Relations” yang berlangsung 28-30 Agustus 2018 ini. Sub topik yang dibahas adalah: (1) Church Relation in the Bible Societies, (2) The Bible in the Christian Traditions, (3) The Major Trends and Development in Churhes, (4) How Can Bible Societies Help the Churches (5) ) How The Churches Can Help the Bible Societies, (6) Bible Society Communications With Churches, (7) Creating a Local Church Realtion Strategy.
Dalam perebutan Medali Emas Asian Games, Indonesia masih sedikit di bawah Korea Selatan, namun semakin mendekatinya. Dalam hal kualitas layanan Alkitab, pastinya Indonesia akan mampu mendekatinya juga.
*#SalamAlkitabUntukSemua*