Oleh: Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id
“Sejak websitenya mayoritas memuat berita dan informasi yang berorientasi kepada pengunjung, bukan kepada diri sendiri, jumlah kunjungan ke website lembaga Alkitab Uganda meningkat tajam. Dampak selanjutnya, dukungan terhadap program-program juga merangkak naik,” ungkap Michelle G. Held (MetroNY-USA) salah satu fasilitator pelatihan Digital Academy di Taipei 23-28 April 2018.
Uganda, sebuah negeri Afrika yang sangat terkenal dengan kekejaman Idi Amin di masa lampau dan sampai saat ini masih belum dapat digolongkan sebagai negeri modern, namun kesadaran pengembangan digitalnya bisa menjadi contoh yang baik. Setidaknya dari apa yang dilakukan oleh lembaga Alkitab disana.
Saya sangat terkesan dengan data-data lain yang ditayangkan oleh fasilitator yang menunjukkan betapa teknologi digital sangat produktif dalam penggalangan dukungan. Meski saya hanya mengikuti beberapa sessi pelatihan karena harus menghadiri rapat AAA 26-28 April 2018, namun saya banyak belajar khususnya aspek strategis penggalangan dukungan melalui media digital.
Disampaikan bahwa dalam pengembangan website hal yang paling pertama dan strategis adalah menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Ada empat hal yang sangat penting diperhatikan agar website yang dibuat dapat mendukung penggalangan dukungan, yaitu: (1) untuk meningkatkan kesadaran publik, (2) Untuk mendapatkan sebanyak mungkin alamat email, (3) Meneruskan berbagai postingan ke media sosial, dan (4) Untuk mengetahui demografi pengunjung.
Untuk mencapai empat tujuan di atas maka harus ada langkah-langkah detail dan terukur. Sangat penting ada tim khusus yang memiliki wawasan, kemampuan dan passion di bidang digital. Bidang digital adalah bidang yang sangat dinamis dan harus menciptakan sebanyak mungkin kesempatan interaktif dengan pengunjung.
Desain, warna, kutipan-kutipan, gambar, video dan semua konten harus mengikuti akidah-akidah terbaru berbasis riset dan data-data yang relevan. Intinya, website harus membuat pengunjung senang, menikmati dan jatuh cinta sehingga akan tergerak membantu semua program yang dijalankan.
Disamping website, menurut data survey di Amerika, penggalangan dukungan melalui media sosial yang paling besar adalah melalui Facebook, disusul kemudian oleh Youtube. Twitter termasuk media sosial yang cukup efektif untuk menyalurkan informasi penggalangan dukungan karena loadingnya tercepat di mobile apps.
Yang harus diperhatikan dalam pengembangan desain media sosial adalah kemudahan pengunjung menemukan kolom “donasi”, “alamat”, dan “interaktif”. Website yang komunikatif adalah menempatkan kolom “donasi” di pojok paling kanan atas. Sedangkan untuk Facebook harus diuraikan serinci mungkin tentang identitas pemilik akun. Dengan demikian pengunjung tidak meragukan terhadap keberadaan pemilik akun.
Dalam sessi diskusi, saya sampaikan bahwa di Indonesia pemakaian Whatsapp sangat populer dan banyak hal dapat disampaikan melaluinya serta dapat menggerakkan dukungan dari berbagai kalangan. Fasilitator mendukung dan menambahkan perlunya masing-masing negara memiliki data keberadaan media sosial agar dapat mengoptimalkan dalam rangka penggalangan dukungan.
Apapun media digitalnya, penggalangan dukungan tetap harus pararel dengan upaya di media non digital. Data menunjukkan secara umum 62% donator masih lebih suka berdonasi melalui offline, dan 38% sisanya sudah melalui online.
Fundraising is friendraising. Teknologi digital menolong kita untuk berteman dengan Milyaran orang penghuni planet bumi ini. Semakin banyak kawan, akan semakin banyak dukungan.
*#SalamAlkitabUntukSemua*