Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yesaya 55:1-5
(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. (3) Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. (4) Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa; (5) sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
Guna memberi pengertian kepada kaum laki-laki akan beban sang istri ketika sedang mengandung, dr. Linda Ware, dari Amerika Serikat, membuat alat simulator. Alat itu berbentuk seperti korset yang dilengkapi dengan “perut gendut dan payudara” . Jika seorang bapak mengenakannnya, ia dapat merasakan beban di perut dan dapat merasakan seolah-olah ada gerakan bayi. Alat itu membuat si pemakai sering ke toilet, seperti ibu-ibu yang sedang mengandung. Selain itu ada 20 gejala kehamilan tiruan yang akan dirasakan oleh seorang laki-laki atau bapak yang memakainya. Dengan alat itu, seorang laki-laki atau bapak diharapkan dapat memahami bagaimana beratnya tugas seorang ibu dalam merawat dan menggendong anak mereka selama sembilan bulan itu.
Sebagai orang Kristen, kita harus juga memahami penderitaan orang lain sehingga kita lebih peka dan tidak menganggap ringan penderitaan sesama itu. Kita dapat membantu mengurangi beban dan penderitaan yang ditanggung orang lain sesuai dengan kemampuan kita.
Sebagai orang percaya, melakukan kebaikan dalam hidup ini adalah sebuah keharusan karena itulah tanda kehadiran kita dalam memahami dan memenuhi panggilan serta tugas pelayanan kita sebagai pengikut Kristus. Namun, kebaikan yang dilakukan itu harus meneladani kebaikan Kristus, bukan berdasarkan pemikiran manusia. Jika dikatakan berdasarkan Kristus, maka kebaikan itu akan ada dan terjadi dimana saja dan terhadap siapapun. Tapi jika berdasarkan pemikiran manusia, maka pertimbangannya adalah lihat dulu apa yang akan saya dapat. Atau, lihat dulu siapa dia dan dimana dia tinggal. Seterusnya akan berderet seribu satu macam alasan sebagai pertimbangan bertindak baik kepada sesama.
Padahal, Tuhan Yesus sendiri dalam Mat. 9:12 mengatakan bahwa “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit”. Ini adalah sebuah pernyataan maksud kedatangan Tuhan Yesus, tiada lain adalah untuk kebaikan semua orang yang. Ia datang kepada mereka yang sakit (berdosa), bukan kepada orang-orang yang merasa diri mampu dan kuat. Ini senada dengan tawaran-Nya, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Ia datang kepada semua orang yang berbeban berat.
Yesaya memperluas wawasan kita dengan mengatakan bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan. Apa yang kita miliki semuanya adalah titipan Tuhan. Dalam setiap hal yang kita miliki, di dalamnya ada hak orang miskin. Artinya, kalau kita memiliki sesuatu maka bagikanlah juga itu kepada orang lain yang membutuhkan. Kalau yang diperlukan adalah air karena dia haus, berilah! Kalau yang diperlukan adalah makanan karena dia lapar, berilah! Atau kalau dia butuh uang untuk kehidupannya, berilah! Ingatlah apa yang diberikan kepada mereka tidak akan membuat kita menjadi miskin, malah kata Tuhan melalui Yesaya, kamu akan memakan yang baik, dan menikmati sajian yang paling lezat (Yes. 55:2). Tuhan akan menambahkan berlipat-ganda apa yang kita berikan kepada mereka.
Dengan kata lain, kebaikan yang harus dilakukan oleh kita adalah kebaikan yang selalu membawa rahmat, kebaikan yang mampu menghadirkan sukacita di hati orang yang menerimanya, kebaikan yang dilakukan bukan dengan keterpaksaan, bukan dengan ketidakrelaan, tapi kebaikan yang mampu membuat orang lain bahagia dan memuji-muji Tuhan.