Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Zefanya 3:9-20
(9) “Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu. (10) Dari seberang sungai-sungai negeri Etiopia orang-orang yang memuja Aku, yang terserak-serak, akan membawa persembahan kepada-Ku. (11) Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan dari padamu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus. (12) Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN, (13) yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya.” (14) Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! (15) TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. (16) Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu. (17) TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, (18) seperti pada hari pertemuan raya.” “Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela. (19) Sesungguhnya pada waktu itu Aku akan bertindak terhadap segala penindasmu, tetapi Aku akan menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar dan akan membuat mereka yang mendapat malu menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi. (20) Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.
Tentu, masih hangat dalam ingatan kita tentang peristiwa-peristiwa konflik atau kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah Indonesia beberapa waktu lalu, bahkan masih menyisahkan dampaknya sampai sekarang ini. Menurut para pakar ada tiga faktor penyebab yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ketidakmampuan institusi negara menegakkan hukum dan ketertiban akibat lemahnya legitimasi aparat penegak hukum.
Sebagian besar pemimpin politik cenderung bukan menyuarakan kepentingan bangsa, melainkan kepentingan kelompok kecil yang merusak dan menghambat jalannya roda reformasi di Indonesia.
Kemerosotan ekonomi secara luar biasa sehingga masyarakat banyak mengalami penderitaan.
Ketiga faktor ini membawa bangsa Indonesia pada waktu ke jurang krisis yang amat dalam dan sulit diatasi dalam waktu singkat. Beberapa waktu ke depan kita akan diperhadapkan dengan kondisi yang hampir sama. Setidak-tidaknya belajar dari suatu proses demokrasi (pilkada) yang sudah dselenggarakan di beberapa daerah. Gesekan antar kelompok masyarakat begitu terasa. Kita berdoa supaya ada keamanan di daerah-daerah yang melaksanakannya tahun depan. Semoga masing-masing kontestan memiliki jiwa patriotik untuk mengedepankan kepentingan bersama ketimbang kepentingan kelompok atau pribadi. Berhasil tidaknya pergulatan kita melewati ketegangan yang muncul sangat dipengaruhi oleh jiwa patriotis para pemimpin. Jika mereka mencintai rakyatnya, tentu mereka akan memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Kita masih menunggu hal ini, oleh karena kita akan melampaui dulu beberapa momen sebagai ajang pembuktian diri para pemimpin bangsa. Salah satunya adalah Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
Siapakah yang akan tampil sebagai pemimpin bangsa? Kita belum tahu. Yang kita tahu sekarang adalah betapa maraknya upaya-upaya yang ditempuh berbagai-bagai pihak agar mereka muncul sebagai pemimpin rakyat nantinya. Tidak dapat disangkal bahwa dalam proses itu ada yang hanya berpikir bagaimana mereka dapat berkuasa dan mendapatkan segala keuntungan bagi dirinya. Coba bayangkan, jika yang seperti ini terpilih dan menjadi pemimpin, bagaimana jadinya bangsa kita? Apakah kekacauan akan berulang lagi? Apakah kekristenan kita akan diporak-porandakan lagi? Mengerikan jika ini benar-benar terjadi!
Hal ini bukan untuk menakut-nakuti kita, melainkan untuk menjadi renungan bersama bilamana kenyataannya terjadi seperti itu. Toh, kita tidak mungkin hanya berkata: cukuplah penderitaan yang kemarin terjadi pada kita sementara situasi hidup kita amat rawan dengan kekerasan. Belum lagi jika kita memikirkan suburnya gerakan-gerakan keagamaan yang bertitik tolak dari penghayatan agama yang sempit dan tingginya fanatisme. Telah terbukti bahwa gerakan-gerakan seperti ini dapat bertindak brutal dan tidak memberi ruang bagi keyakinan lain untuk bertumbuh. Hal ini juga sangat mengerikan bila tidak segera diatasi!
Jika gambaran hidup kita ke depan belum dapat ditebak dengan jelas, lalu bagaimana sikap kita dalam beriman? Pertama-tama dengarkanlah suara Tuhan dari firman hari ini: “Jangan takut…!” (ay 6). Bacaan hari ini menceritakan bagaimana sulitnya situasi yang dihadapi umat Israel berkaitan dengan banyaknya ancaman-ancaman yang mengitari hidup mereka. Tetapi Tuhan memberi jaminan kepada mereka. Tuhan akan sanggup mengubah hati para penindas menjadi baik. Bibir mereka yang penuh kebencian dapat ditaklukan sehingga menjadi bersih (ay 9). Jaminan paling agung lagi adalah bahwa Tuhan tidak akan membuat umat-Nya dipermalukan (ay 11). Tetapi harus diingat bahwa dalam jaminan ini Tuhan tetap tidak berkompromi dengan orang-orang yang berbuat jahat yang terdapat di dalam umat-Nya sendiri. Mereka akan disingkirkan (kecuali mereka bertobat) dari kehidupan umat-Nya, agar kemuliaan Tuhan terpancar dengan terang dari umat-Nya itu.
Penjaminan Tuhan atas umat-Nya datang sebagai anugerah yang besar dan memenuhi umat-Nya, karena Dia hadir di tengah-tengah mereka. Inilah cara Tuhan yang dahsyat dalam memelihara umat-Nya sendiri. Cara ini akan kembali kita renungkan dan rayakan beberapa waktu lagi (ingat, Oktober ini adalah bulan “BER” yang pertama, tanda bahwa Natal akan segera disongsong), di mana Yesus datang ke dunia sebagai “Imanuel”, artinya Allah beserta dengan kita. Tidak usah takut dan jangan ragu-ragu menyongsong kehidupan kita ke depan. Jika Tuhan bersama-sama dengan kita, maka Dialah yang akan menjamin kehidupan kita.