Jangan Mendua Hati

0
7265

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Kejadian 19:15-29

(15) Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: “Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.” (16) Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. (17) Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” (18) Kata Lot kepada mereka: “Janganlah kiranya demikian, tuanku. (19) Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku. (20) Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara.” (21) Sahut malaikat itu kepadanya: “Baiklah, dalam hal ini pun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. (22) Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana.” Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar. (23) Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. (24) Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; (25) dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. (26) Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam. (27) Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, (28) dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan. (29) Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.

 

Setiap orang perlu memeriksa dan meneliti, ke dalam dirinya, kalau-kalau ada unsur yang menyebabkab kita mendua hati dalam hidup beriman. Kita harus menyingkirkan unsur itu, kalau tidak kita akan mengalami kerugian yang amat besar. Dikatakan dalam Yakobus 1:8, “Orang yang mendua hati tidak tenang dalam hidupnya.”

Contoh yang paling jelas mengenai sikap mendua ini dapat kita lihat pada diri istri Lot. Ketika Sodom dan Gomora dibinasakan oleh Allah, Lot dan keluarganya dituntun keluar oleh malaikat. Mereka telah berada di luar kota itu dan selamat. Tuhan menyuruh mereka untuk melangkah ke depan dan jangan menoleh ke belakang. Tetapi sayang, istri Lot, walau kakinya melangkah ke depan, namun hatinya terarah (terikat) ke belakang. Hatinya tak tahan, dan ketika ia menoleh ke belakang, seketika itu juga ia menjadi patung garam.

Tragedy yang dialami istri Lot menjadi peringatan agar setiap orang yang percaya kepada Tuhan, janganlah mendua hati. Orang-orang yang mnedua hati, menurut Yesus, tidak layak untuk Kerajaan Allah (baca Lukas 9:62).

Di India Selatan ada sebuah kuil, yang salah satu pintunya selalu tertutup dan tidak pernah digunakan untuk upacara keagamaan. Konon penyebabnya adalah ketika mulai dibangun, orang kaya yang membiayai pembangunan pintu gerbang itu pernah menghentikan untuk sementara pembangunannya. Ia mau menghitung-hitung dulu apakah biaya yang ia keluarkan akan seimbang dengan manfaat yang ia akan peroleh. Melihat caranya itu, para dewa tersinggung dan marah. Mereka menolak persembahan orang kaya itu, yang selalu memperhitungkan untung rugi dari apa yang dilakukannya.

Yesus sendiri, memang pernah menganjurkan agar sebelum seseorang mengikut Dia, ia harus berpikir dulu apakah sanggup membayar harga dan resikonya. Tetapi ketika orang sudah bersedia, maka tak ada pilihan lain selain menyerahkan segala-galanya bagi-Nya tanpa berhitung tentang untung rugi mengikut Dia. Dalam Lukas 9:23 dan 26 Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku… Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”

Jika kita ingin mengalami keselamatan dan damai sejahtera Allah sepenuh-penuhnya, janganlah mendua hati seperti istri Lot. Serahkan hati kita sepenuhnya, jangan setengah-setengah.

Berbaktilah kepada Tuhan sekuat jiwa dan semampu tenaga kita. Ingat: “Barangsiapa menabur sedikit, ia akan menuai sedikit juga” (2 Korintus 9:6).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here