ALLAH SETIA DAN TEGUH PADA JANJI-NYA

0
8052

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Kejadian 9:8-17

(8) Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: (9) “Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, (10) dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. (11) Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” (12) Dan Allah berfirman: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: (13) Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. (14) Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, (15) maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. (16) Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” (17) Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi.”

 

Pada ayat 16 Tuhan berkata: “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” Ini berarti selama kita melihat pelangi di atas, selama itu pula Tuhan mengingat perjanjian-Nya. Ayat ini menjadi acuan dasar bagi kita untuk berbicara mengenai kesetiaan Allah. Bagaimana Allah setia pada kita? Jawabnya: dengan mengingat janji-Nya! Allah bukan saja ingat janji tapi juga tepat janji.

Kesetiaan adalah cerminan integritas pribadi yang kuat. Pribadi yang dapat diandalkan dan dipercaya! Namun sayang, kesetiaan menjadi ‘barang’ yang sulit ditemukan sekarang ini. Banyak pegawai tidak setia (loyal) pada perusahaannya. Karena diiming-iming uang ia langsung pindah ke perusahaan lain. Tapi sebaliknya juga pimpinan perusahaan tidak loyal pada pegawainya. Banyak pegawai diberhentikan hanya karena perusahaan tidak mau membayarnya mahal.

Banyak rumah tangga hancur karena suami atau istri tidak setia pada pasangannya. Banyak orang yang tadinya sahabat karib, jadi berlawanan karena yang satu tidak setia kepada yang lainnya.

Anggota gereja juga banyak yang tidak setia. Karena tidak puas dengan gerejanya ia lalu pindah ke gereja lain. Terus begitu, ketika tidak puas di tempat yang baru, ia pindah lagi ke gereja lain.

Jika manusia tidak setia, Allah tetap setia dan bahkan teguh pada janji-Nya. Dulu, ia membinasakan bumi dan manusia dengan air bah karena dosa-dosa dan kejahatan manusia. Hanya keluarga Nuh yang diselamatkan. Setelah air bah reda, Tuhan membuat janji: tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.

Apakah Allah menepati janji-Nya? Ya! Padahal kalau kita pikir-pikir, kejahatan manusia sekarang jauh lebih dahsyat dari kejahatan manusia pada zaman Nuh. Sekarang ini manusia sudah sepantasnya dihukum dengan air bah yang jauh lebih besar lagi. Bumi kita sudah sepantasnya ‘dibersihkan’ dengan air bah lagi karena dosa dan kejahatan yang semakin berkembang tak terkendali. Tapi mengapa Tuhan tidak melakukannya? Adakah Tuhan cukup toleran dengan dosa manusia sekarang ini? O tidak! Alasan kenapa Tuhan tidak melakukannya lagi adalah: Karena Ia mengingat dan setia pada janji-Nya!

Karena Allah setia pada janji-Nya, Alkitab menceritakan begitu banyak tokoh-tokoh yang mengimani Allah sampai akhir hayatnya. Mereka mengimani-Nya dengan setia karena mereka yakin janji-janji Tuhan akan digenapi, baik kepada mereka maupun kepada anak cucunya. Mereka yakin bahwa janji Tuhan itu pasti, walau belum dirasakan sekarang.

Sekarang ini banyak orang yang mulai meragukan kesetiaan Allah. Akibatnya mereka menajuh Allah dan  berpaling kepada yang lain. berhati-hatilah! Pada saat seperti itu Iblis yang terus memantau kita akan bertindak dan menggoda kita. Ya seperti ia menggoda Hawa. Hawa yang muali kurang setia itu akhirnya jatuh. Apa yang terjadi sesudah itu? Penderitaan melanda dunia.

Terus terang, setia kepada Allah itu memang sulit. Apa sebabnya? Sebabnya adalah karena kita tidak dapat menerka pikiran Tuhan. Kita juga tidak dapat menerka waktunya Tuhan. Karena itu kita sering menjadi kurang sabar. Kalau terlalu lama menunggu, kita berpikir Tuhan tidak menghiraukan kita. Tuhan tidak tepat janji. Kita pun ngambek dan merajuk. Hati-hatilah! Pada saat seperti itu Iblis akan masuk dan menguasai kita. Iblis akan menawarkan hal-hal yang tampaknya praktis dan langsung dinikmati. Jika kita ikuti godaannya, maka disitulah kita jatuh dalam kehancuran!

Camkanlah: Tuhan itu setia. Karena Ia setia, Ia minta kita pun setia kepada-Nya. Barang siapa setia sampai akhir kepadanya mahkota kehidupan akan diberikan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here