“There is no calamity greater than lavish desire. There is no greater guilt than discontentment. And there is no greater disaster than greed” (Lao Tzu)

0
1419

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

Manusia adalah makhluk yang fana dan lemah. Kekuatan fisik, keunggulan dalam bidang tertentu, kekayaan dan kepandaiannya tak pernah bisa meniadakan posisinya sebagai manusia fana dan lemah. Dalam kefanaan dan kelemahannya manusia tetap menjalankan tugasnya yang telah diamanatkan Allah sejak awal penciptaan yaitu mengelola bumi ciptaan Allah. Kemampuan yang dimiliki manusia, intelektualitasnya kesrmuanya secara simultan difokuskan untuk mengelola bumi karya agung Sang Maha Pencipta.

 

Kita mengetahui karya-karya besar manusia melalui buku, bangunan arsitektur, produk seni, hasil-hasil penelitian dan lain sebagainya. Kita banyak mmbaca pikiran-pikiran cerdas setiap orang yang ahli dibidangnya. Dan pikiran-pikiran cerdas mereka telah dijadikan pemikiran dan sumber acuan untuk mengembangkan sebuah kehidupan yang lebih baik.

 

Hal yang amat menakjubkan adalah bahwa dalam realitas kefanaan dan kelemahannya manusia telah mengukir karya yang terbaik di banyak bidang sehingga terjadi kemajuan peradaban manusia dari zaman ke zaman.

 

Cukup menarik bahwa para pemikir besar dibidang filsafat juga berbicara hal-hal yang kita anggap sebagai sesuatu yang tidak absurd dan tinggi tetapi sesuatu yang agak teknis tetapi menjadi impian dan obsesi manusia. Goethe misalnya pemikir besar Jerman memberikan 9 tip agar manusia mengalami _hidup bahagia_.

 

Inilah 9 hal yang menurut Goethe penting :

 

Cukup sehat agar pekerjaanmu menjadi menyenangkan;

 

Cukup makmur agar semua kebutuhanmu terpenuhi;

 

Cukup kuat agar bisa melawan kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasinya;

 

Cukup doa untuk mengakui segala dosa-dosa dan meninggalkannya;

 

Cukup sabar untuk bekerja keras membanting tulang hingga beberapa hal baik terselesaikan;

 

Cukup dermawan untuk melihat ada beberapa kebaikan dari tetanggamu;

 

Cukup cinta agar dirinya tergerak untuk berguna dan bermanfaat bagi orang lain;

 

Cukup meyakini akan keberadaan Tuhan;

 

Cukup harapan untuk melenyapkan kekhawatiran pada hari depan.

 

Lepas dari kita setuju atau tidak terhadap tip bahagia dari Goethe ini tetapi kita tetap perlu mengapresiasi orang selevel Goethe juga bicara soal bahagia! Kedirian manusia secara amat dahsyat dikupas oleh budayawan Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaan tahun 1970an di TIM. Walaupun uraian itu membuat banyak orang marah pada waktu itu, namun kenyataan bahwa manusia Indonesia antara lain *munafik* tak bisa ditolak, bahkan kenyataan itu tetap hidup hingga kini.

 

Kelemahan yang dihadapi manusia mengharuskan manusia terus menerus hidup dalam penyerahan diri kepada Allah, berdoa dan menjalankan perintahNya.

 

Dengan cara itu manusia akan mampu dalam tuntunan Tuhan Yang Maha Esa mewujudkan diri sebagai  _imago dei_ atau sebagai _chalifah Allah_.

 

Ungkapan Lao Tzu menggugah kedirian manusia, keinginan untuk bermewah-mewah adalah bencana besar; taka da rasa bersalah yang lebih besar dari pada ketidakpuasan; keserakahan adalah bencana yang amat besar. Itu kata Lao Tzu! Mari renungkan kata-kata itu dan tampilkan kemanusiaan baru yang berbasis ajaran agama.

 

Selamat Berjuang! God bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here