EDITORIAL MEDIA INDONESIA
Tetap Patuh Jangan Lengah
*PERANG kita melawan covid-19 belum jelas kapan bakal berakhir.* Hingga kini, belum ada metodologi yang dapat memprediksi secara presisi ujung dari pandemi ini. _Yang pasti, akhir perjalanan covid-19 di setiap negara berbeda-beda_. *Kapan itu? Tergantung kebijakan yang dipilih pemerintah dan kepatuhan serta kedisiplinan semua elemen bangsa menjalankan kebijakan tersebut.*
*Sejak akhir Maret 2020 lalu pemerintah Indonesia memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)*. Semestinya tak perlu lagi ada perdebatan soal itu. Toh tidak ada satu pun model penanganan yang bisa diklaim paling benar, paling tepat untuk perang melawan pandemi ini. *Tugas anak bangsa ini ialah memastikan aturan dan kebijakan itu bisa dijalankan dengan tingkat kepatuhan tinggi.*
*Dalam beberapa hari terakhir, kepatuhan itu tampak mulai menunjukkan hasil*. Contoh paling nyata di DKI Jakarta, daerah pertama yang mengajukan dan menerapkan PSBB. _Pada awal April lalu DKI Jakarta menyumbang 50% kasus secara nasional_. *Di awal Mei, setelah menerapkan PSBB, kontribusi pasien terkonfirmasi secara nasional turun menjadi 39%.*
*Di Jakarta pula kasus positif yang dirawat di rumah sakit terus menurun*. Kini, setidaknya menurut catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, tidak ada fasilitas kesehatan yang kewalahan karena mengalami kapasitas yang kepenuhan. *Ini menunjukkan bahwa pasien sembuh semakin banyak. Sebaliknya, semakin sedikit pasien yang mengalami gejala berat dan butuh perawatan intensif.*
*Fakta itu memang belum menjadi pertanda bahwa virus korona mulai meninggalkan Jakarta*. Bukan pula isyarat bahwa kita mulai boleh tidak serius menanggulangi covid-19. *Namun, setidaknya itu dapat membuktikan bahwa PSBB pun dapat berjalan efektif selama semua pihak mematuhinya, menaatinya.*
*Kita tahu, dalam hal penyebaran covid-19 di Indonesia, Jakarta ialah episentrum*. Kiranya ketika pergerakan virus di episentrumnya sudah sedikit melambat, walaupun masih fluktuatif, kita bisa berharap daerah-daerah lain pun segera mengikutinya. *Syaratnya, pemerintah daerah melaksanakan PSBB dengan konsistensi dan koordinasi yang kuat, serta di sisi lain, warga mesti memegang tiga kata sakti; taat, patuh, dan disiplin.*
*Dalam skop nasional, melambatnya penambahan kasus di DKI sejatinya ialah kabar gembira yang harus disikapi pemerintah pusat dengan bijaksana*. Ini bukan kabar gembira yang boleh direspons dengan sukacita yang kelewat batas. *Ini fakta yang mestinya menjadi penguat komitmen pemerintah dalam peperangan melawan covid-19, bukan malah membuat lengah dan menjadikannya alasan untuk melonggarkan pembatasan.*
*Pembatasan ketat harus terus dilakukan karena, sekali lagi, kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir*. Persoalannya ialah pelaksanaan PSBB tidak merata di semua wilayah. _Bahkan banyak daerah belum menerapkan PSBB_. *Padahal, ketika di Jakarta melambat, yang dikhawatirkan ialah potensi perpindahan peningkatan jumlah kasus ke daerah lain.*
*Gugus tugas sudah menyarankan daerah lain yang mengalami peningkatan kasus positif covid-19 segera mengajukan PSBB kepada Menteri Kesehatan*. Akan tetapi, itu sangat tergantung inisiatif pemerintah daerah. *Yang mesti dipastikan saat ini ialah pemerintah harus meminimalkan perpindahan penduduk antarprovinsi, antarkota dan kabupaten.*
*Dalam konteks ini, kita ingin mengingatkan pemerintah, jangan pernah melonggarkan aturan pelarangan mudik sebab pada momen itulah puncak perpindahan orang dari satu daerah ke daerah lain terjadi*. _Bahkan, untuk alasan lain pun, pelonggaran dan relaksasi_ *mestinya menjadi langkah yang terakhir dilakukan setelah pemerintah mampu mengendalikan pandemi covid-19 terlebih dahulu.*