NAMA TUHAN : NAMA YANG MENYELAMATKAN

0
1351

Oleh: Weinata Sairin

_”Nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat”_ (Amsal 18:10)

Sejak berpuluh tahun yang lalu sebuah lagu gerejawi dengan lyrik yang khas sangat populer dikalangan umat kristiani. Lagu itu amat mudah dihafal dan dimengerti serentak dengan itu memberi kekuatan spiritualitas baru bagi umat. Lagu itu berjudul “Jangan lupa nama Tuhan”. Syair lengkapnya bait 1 berbunyi sebagai berikut. “Jangan lupa nama Tuhan yang menara yang teguh. Nama itu perteduhan bagi jiwa yang keluh”.

Reff :
Indahlah nama Hu
perlindungan yang teguh
Indahlah nama Hu
perlindungan yang teguh”.

Pada tahun 50-an tatkala buku nyanyian gereja “Dua Sahabat Lama” masih dipergunakan oleh Gereja-gereja secara aktif, artinya digunakan setiap hari Minggu dalam ibadah Minggu, lagu “Jangan lupa nama Tuhan” hampir selalu dinyanyikan.

Baik Amsal maupun lagu dari Dua Sahabat Lama itu memberi penegasan tentang begitu penting dan fundamentalnya nama Tuhan, bahkan bahwa di dalam nama itu ada dimensi _keselamatan_. Di dalam dunia ada berjuta nama pribadi, nama diri, dan nama-nama lain, tapi nama-nama itu hanya penanda sebuah benda, penanda kedirian, semua nama yang ada, pernah dan akan ada tidaklah akan menjadi _menara yang kuat_, tidak bisa berada pada posisi ‘yang menyelamatkan’.

Kita bersyukur sebagai warga Gereja sejak usia dini orang tua kita telah memperkenalkan _nama_ itu dalam kehidupan kita, melalui berbagai cara. Melalui doa yang mereka ajarkan pada saat kita kanak-kanak, pada saat kita melihat ciptaan Allah, mindset kita selalu diisi dengan pemahaman bahwa ada nama Tuhan yang menciptakan dan Ia melalui Yesus Kristus, menyelamatkan umat manusia. Teologi kita makin bertumbuh tentang adanya Tuhan, tentang nama Tuhan yang menyelamatkan ketika kita mulai mengikuti kelas-kelas Sekolah Minggu. Cerita para guru SM, lagu-lagu rohani yang mereka ajarkan makin mengukuhkan kita bahwa ada nama Tuhan, ada Tuhan Allah yang mengasihi, yang mencipta, yang memelihara dan melindungi kehidupan kita.

Baca juga  RPA Berhasil Membawa Pulang Poningah ke Indonesia

Dalam hidup, kita menghidupi dunia ini dan kita mengenal banyak nama: nama-nama dalam keluarga kita, nama-nama dikomunitas orgnisasi, nama-nama di pemerintahan di berbagai level. Dalam ruang lingkup yang luas kita mengenal entah berapa ribu nama. Kita memiliki nama dan kita berelasi serta berinteraksi dengan nama-nama. Generasi milenial memiliki nama plus no hp, alamat email, akun FB, dan berbagai akun yang dikenal di medsos. Kita punya nama partai, nama timses, nama-nama calon dengan no urut 01 dan 02: nama DCT utk DPR, DPD ya kita memiliki daftar nama, termasuk nama TPU tempat peristirahatan kita terakhir di dunia fana ini, dan atau nama krematorium. Amsal mengingatkan bahwa *nama Tuhan adalah menara yang kuat*. Amsal tidak berhenti disitu, ia melanjutkan dengan butir penting : *kesanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat*. Orang benar, orang yang beriman kepada Tuhan akan *berlari* menuju menara itu dan ia akan *selamat*.

Kata *menara* berasal dari kata Arab _manarah_ ; menara telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah. Menara batu bundar di dinding kota Yericho menurut catatan beraasal dari tahun 8000 SM, zamanNeolithic. Menara dibangun untuk memelihara ruang dan tanah. Secara praktis kita mengenal adanya banyak menara. Ada menara masjid (masih ingat buku The Call of the minaret/Kenneth Cragg, pernah diterbitkan BPK GM sekitar th 50an “Panggilan dari Menara Masjid”, dan dilarang); ada menara pengawas di pantai, di hutan, di lapas, di bandara.

Hidup kita dalam beberapa tahun terakhir ini tidak lagi menjadi hidup yang nyaman, terutama bagi warga Gereja. Kesulitan mendapat izin pembangunan gedung Gereja, kesulitan beribadah, intoleransi, pelecehan agama, persekusi, gangguan keamanan pada saat ibadah, penyegelan/penutupan pembongkaran gedung Gereja adalah hal-hal rutin yang dialami kekristenan dinegeri ini dari zaman ke zaman. Tetapi kekristenan tak pernah tumbang dan menyerahkalah oleh guncangan apapun yang mendera dirinya. Kekristenan makin kukuh dan solid, makin bersatu, makin *mengesa* dan makin lantang bersuara mengingatkan peran negara bagi kehidupan warga negara.

Baca juga  OJK Gelar Pertemuan Tahunan (Ijtima’ Sanawi) Dewan Pengawas Syariah 2024

Kita juga tetap prihatin terhadap gempa, tsunami dan tanah bergerak di Palu dan Donggala yg
pernah menimbulkan banyak korban, termasuk warga Gereja. Kita berdoa dan melalui komunitas kita telah memberi bantuan untuk meringankan derita mereka. Firman Tuhan dalam Amsal mengingatkan kita bahwa menara yang kuat adalah Nama Tuhan. Mari kita berlari dan memohon keselamatan kepada Tuhan.

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless!.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here