Oleh: Stefanus Widananta
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga
Matius 5;3
Kata “miskin” juga pernah dipakai oleh Yesus dan kata Yesus, berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, apa maksudnya? Apakah mereka yang miskin di dalam roh (mereka yang bersikap rendah hati, tidak congkak di hadapan Allah), seperti yang Lukas tuliskan, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan”.
Ataukah mereka yang miskin dalam harta yang disebut berbahagia? Seperti Lazarus yang menanti-nantikan remah-remah roti yang jatuh dari meja si kaya, namun ketika Lazarus mati, dia dibawa ke pangkuan Abraham, alias masuk sorga.
Kitab Amsal menuliskan bahwa miskin dan kaya bukanlah persoalan utama, “Orang kaya dan orang miskin bertemu yang membuat mereka semua ialah Tuhan”.
Jadi yang dimaksud miskin dihadapan Allah adalah sikap hati dari orang yang merasa tidak punya apa-apa untuk dibanggakan di hadapan Allah, orang yang tidak mampu membawa atau memberi apa-apa untuk dipersembahkan kepada Allah, kecuali dirinya sendiri.
Allah memang selalu memihak dan menjadi pembela mereka yang lemah dan miskin serta tertindas, namun Allah tidak anti orang kaya, Allah tidak anti kekayaan.
Dalam buku, “Iklan bagi anak hilang”, dikatakan bahwa kita membutuhkan sikap “miskin di hadapan Allah” sebelum kita sibuk bergiat menolong mereka yang “miskin dalam harta”.
Sebab tidak jarang godaan yang terbesar adalah sikap “menjual” orang miskin hanya demi kebesaran kita, dengan kata lain mengeksplotasi kemiskinan untuk kepentingan kita.
Tuhan Yesus memberkati.