Pertumbuhan Iman dan Perbuatan vs Tipe Kepribadian Sebagai Quitters, Campers & Climbers.

0
2058

Oleh: P. Adriyanto

*_”Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah: kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan keinginan Kristus.”_*

*_Efesus 4:9_*

Pertumbuhan iman itu bagaikan pohon buah-buahan. Pada mulanya adalah biji, kemudian timbul akar, bertumbuh sebagai pohon dan berbuah. Demikian juga iman yang disertai perbuatan kita. Namun sayang, banyak orang yang kadar imannya semakin bertambah kerdil, ada yang eratik/naik-turun tergantung pada situasi yang dihadapi, dan ada pula yang statis yang merasa cukup mengenal Kristus, dibaptis dan ke gereja tanpa mau bertumbuh ke level yang lebih tinggi.

Itulah sebabnya, Tuhan membiarkan umatnya menghadapi pencobaan dan pengujian untuk:

✓ membuat kita lebih dekat dengan-Nya

(Mazmur 107:12~13)

✓ mengetahui isi hati kita, apakah kita tetap setia kepada-Nya walau menghadapi kesesakan, penderitaan dan berbagai pencobaan lainnya.

*”TUHAN, Allahmu mencobai kamu untuk mengetahui apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”*

*Ulangan 13: 3*

✓ kita dapat menjadi bejana yang lebih baik dan lebih berguna.

*”Apakah bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang Periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”*

*Yeremia 18:4*

Dalam bidang *behavioral science/ilmu perilaku,* kita kenal apa yang dinamakan kecerdasan untuk

mengatasi kesulitan/bahaya dan mengubahnya menjadi keberhasilan yang disebut *adversity quotient, AO* yang dikemukakan oleh

Dr. Paul G.Stoltz.

Kecerdasan untuk mengatasi bahaya dan ancaman akan menyebabkan seseorang menjadi produktif, kreatif dan kompetitif.

Dalam bukunya *Adversity Quotient,* Stoltz menganalogikan kepribadian manusia dengan pendaki gunung. Ada tiga jenis kepribadian:

# *Quitters* yakni orang yang mudah menyerah. Melihat tingginya gunung, baru mencapai kaki gunung sudah menyerahkan.

Sama dengan orang-orang yang begitu melihat bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan bila ingin menjadi orang percaya (belajar Alkitab/agama sebagai persyaratan untuk dibaptis, harus mengasihi sesama, harus rajin membaca Alkitab, harus mengaku dosa, dan lain-lain), maka mereka menyerah, batal jadi pengikut Kristus.

# *Campers* yakni orang-orang yang cepat puas (terjebak pada comfort zone/zona kenyamanan. Mereka baru mendaki lereng gunung, mereka sudah merasa nyaman dan ingin relaks dengan memasang tenda untuk beristirahat.

Demikian juga, banyak orang yang sudah dibaptis merasa sudah cukup  karena dapat menyandang predikat sebagai anak Tuhan. Selanjutnya beribadah di gereja, tapi jarang membaca Alkitab dan berdoa.

# *Climbers,* orang-orang ini terus berusaha mendaki sampai ke puncak.

Banyak anak-anak Tuhan yang terus berusaha mencapai level yang lebih tinggi yakni berusaha untuk lebih intim dengan Kristus, lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan semua perintah-Nya terutama dalam mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia, tekun dalam berdoa dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Agar kita dapat naik kelas ke level yang lebih tinggi, kita harus selalu:

✓ memuliakan nama Tuhan dan mengucap syukur – Mazmur 50:23

✓ mengakui dosa-dosa yang telah kita perbuat – Mazmur 32:5

✓ menanti-nantikan Tuhan dengan terus berlari-  Yesaya  40:31

✓ berpegang pada Firman sebagai pedoman hidup kita –

Roma 10:17

✓ bersedia menjadi saksi/utusan Kristus – Roma 10: 15

✓ terus berlatih dalam beribadat –

1 Timotius 4: 7~81

Sebagai orang beriman, kita jangan sampai drop out atau sering tidak naik kelas. Mari kita terus berjuang untuk menjadi anak Allah.

Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here