Oleh: Stefanus Widananta
Sedapat-dapatnya, kalau hal utu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.
Roma 12;18
Pertemuan antara Presiden Amerika, Trump dengan pemimpin Korea Utara di Singapura, semoga menjadi titik awal perdamaian dunia, walaupun biaya yang dikeluarkan untuk pertemuan tersebut luar biasa besarnya.
Pada umumnya, orang yang normal pasti menginginkan dunia yang damai, tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, tidak ada perselisihan, satu sama lain hidup berdampingan dengan harmonis.
Namun, ternyata tidak mudah mewujudkan dunia yang damai, justru yang kita lihat dan kita rasakan adalah sekat-sekat yang makin nyata antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya.
Perbedaan lebih diutamakan dari pada kesamaan.
Rasul Paulus menganjurkan kita untuk sedapat-dapatnya hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang dan formula untuk hidup damai adalah hidup dalam kasih.
Bagaimana hidup dalam kasih itu? Jangan pura-pura baik, saling mengasihi sebagai saudara, saling mendahului dalam memberi hormat, menolong orang yang kekurangan, kesusahan, berkati orang yang menganiaya kita, memiliki empati terhadap orang lain, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan kebaikan, hendaklah kamu sehati sepikir, itulah bentuk “kasih” yang diajarkan Tuhan Yesus.
Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”.
Bahkan bila kita mau mempersembahkan persembahan tetapi kita masih memiliki perselisihan dengan saudara kita, Yesus memerintahkan kita untuk pergi berdamai dahulu dengan saudara kita, baru kita kembali mempersembahkan persembahan.
Ketika masih banyak orang belum mampu menghayati hakekat perdamaian, sebagai murid Kristus, kita harus belajar untuk menerapkan kasih, untuk hidup dalam kasih dengan semua orang dan kita adalah orang yang berbahagia, seperti yang Yesus katakan.
Tuhan Yesus memberkati.