_”Quidquid erit, superanda omnis fortuna ferendo est. Apapun yang terjadi apabila itu dipanggul dengan sabar maka semuanya akan dapat dilewati”._
Menghidupi kehidupan dunia yang sedang mengalami berbagai perubahan dengan amat dinamik, menyentuh hampir keseluruhan aspek, menghadirkan turbulensi yang amat kuat dan mendebarkan. Hidup manusia modern, zaman now, mau tidak mau, suka tidak suka, kini banyak dipengaruhi secara amat kuat dengan berbagai berita dan gambar yang ada di medsos. Seorang anak kecil enam tahunan, seorang nenek delapan puluh tahunan “menikmati” luapan-luapan berita, gambar, meme dsb yanng berhamburan memenuhi medsos yang secara tak sadar sejatinya meracuni otak dan pikiran oleh karena konten hoax yang memprovokasi Sara bisa muncul berulang-ulang di medsos itu.
Gambar, foto, jargon, foto-foto spanduk atau banner, ujaran non simpatik, ujaran kebencian, video yang isinya kampanye politik, syiar agama yg di dalamnya ada tafsir dan judgement terhadap berbagai agama, cerita dan foto perang dari LN yang berbasis etnik dan religi setiap saat bisa muncul di medsos dan memberikan gambar buruk seputar relasi antar manusia pada level nasional, regional dan internasional.
Gadget bisa menjadi segala-galanya di zaman ini, makhluk teknologi ini kini menjadi sebuah “power” atau bahkan “berhala dan mammon” baru bagi manusia modern. Realitas ini pada satu sisi bisa menguntungkan para pengusaha/industri namun pada sisi lain punya dampak besar bagi kemanusiaan dan juga dalam konteks relasi manusia dengan sang Transenden. Sebagai contoh misalnya, pada komunitas Kristen, generasi muda yang membawa Kitab Suci/Alkitab cetak dalam ibadah sudah mulai menurun jumlahnya. Dari segi praktis mereka, generasi ini lebih suka membawa gadget apalagi di dalamnya banyak sekali didapatkan aplikasi Alkitab. Mereka para anak muda ini tidak lagi berfikir tentang “dimensi sakral” dari Alkitab (Cetak) kekhusukan dalam ibadah, tetapi aspek “praktis” dan “modern” lebih dikedepankan.
Kondisi sebagaimana yang dilakukan generasi muda kristiani itu mendapat penguatan yang sangat signifikan oleh karena pimpinan umat sudah ada yang hanya menggunakan laptop atau gadget dalam melayankan khotbah kepada umat. Penggunaan laptop, power point, LCD oleh pimpinan umat dalam mrnyampaikan khotbah ibadah Minggu makin mengubah suasana ibadah dari yang khusuk, kontemplatif cenderung menjadi suasana seminar bahkan “talkshow”.
Hal yang amat mendasar dalam hubungan perkembangan IT dengan ibadah umat di rumah ibadah (misalnya Gereja) adalah jangan sampai penggunaan IT itu mereduksi dan atau menghilangkan hakikat dan makna ibadah dari segi teologis. Sejalan dengan itu harus juga dikaji dengan baik apakah penyampaian pesan Kitab Suci melalui multi media (dalam ibadah di gedung Gereja) mampu meningkatkan spiritualitas umat. Agama-agama di Indonesia harus terus menerus mengkaji sejauh mana perkembangan multi media mampu meningkatkan kualitas spiritualitas umat beragama.
Para pionir yang membidani lahirnya telepon seluler tentu tidak sepenuhnya menyadari dampak besar telepon seluler bagi perkembangan peradaban umat manusia. Lahirnya HP tak bisa dipisahkan dari apa yang biasa disebut “revolusi seluler” yang terjadi tahun 1979 di Jepang ketika perusahaan telekomunikasi Jepang Nippon Telegraph and Telephone (NTT) menyediakan layanan seluler pertama didunia sesudah melakukan uji coba selama 4 tahun. Kegiatan itu kemudian dilanjutkan tahun 1983 di Amerika Utara dan kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia tahun 1984.
Menarik untuk mencatat hasil kajian seorang peneliti tentang pengaruh dan dampak ponsel dalam kehidupan sehari-hari.Dari banyak pengaruh, sang peneliti melihat ada orang-orang yang _kecanduan ponsel_. Peningkatan penggunaan ponsel telah menyebabkan terjadinya kecanduan ponsel. Menurut psikiater kecanduan ponsel tidak berbeda dengan jenis-jenis kecanduan lainnya seperti obat. Kecanduan ini menyebabkan banyak orang amat tergantung pada ponselnya.
Derita yang dialami manusia modern bukan hanya derita fisik, luka tubuh, luka tak pernah sembuh karena DM, luka yang benar-benar luka baik yang bisa sembuh oleh betadine maupun luka besar yang memerlukan obat-obat lebih lengkap dan disertai perban. Derita manusia modern juga dipenuhi oleh luka non fisik yang penetrasinya lebih dahsyat ketimbang luka fisik.
Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menyatakan bahwa apapun yang terjadi jika dipanggul dengan *sabar* akan dapat dilewati. Derita yang dialami manusia modern banyak sekali luka batin, luka hati, luka di bagian terdalam dari kedirian manusia. Luka karena kena PHP, karena pisah ranjang dan cerai, luka karena di diskriminasi, luka karena soal ideologi dan politik, luka karena hubungan anak-orang tua menjadi hubungan permusuhan, luka karena KDRT, luka karena kekerasan seksual, luka karena politik identitas makin mengemuka, dan berbagai luka lainnya.
Kita semua menjalani hidup ini dengan tubuh dan hati yang terluka, ada luka yang masih bisa disembuhkan tapi ada luka yang tak mungkin lagi sembuh. Kita mesti merangkul dan mendekap luka itu dengan sabar, iklas dan tawakal, kita rawat luka itu dan kita nikmati sebagai bagian dari sejarah hidup kita. Sebagai orang beriman kepada Kuasa Transenden, maka kita yakin Tuhan tidak akan membiarkan kita meniti jalan tertatih-tatih dengan luka menganga; Dia akan memapah bahkan menggendong kita dalam kasihNya menuju terminal yang penghabisan.
Selamat berjuang. God bless.
*Weinata Sairin*