Oleh: P. Adriyanto
“Latihan badan terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”
*1 Timotius 4:8*
Pelatihan (training) dalam bidang apapun pasti bertujuan untuk mencapai sesuatu dengan sukses. Para karyawan, olahragawan perlu pelatihan agar karyawan dapat menjadi
*high achiever* dan para olahragawan dapat menjadi *champion*dalam cabang olah raga. masing-masing.
Pada bulan Mei 2005, saya dirawat di rumah sakit selama 30 hari, karena terpeleset di kamar mandi dan jatuh duduk. Akibatnya ruas tulang belakang saya yang ke lima, retak dan ring yang hancur menjepit syaraf. Saya lumpuh total dan mulai hari ke 25 sampai sebulan lagi saya harus difisioterapi dan latihan berjalan. Puji Tuhan pada bulan ke tiga saya sudah dapat berjalan tanpa tongkat.
Latihan apapun manfaatnya tidak kekal, terlebih para olahragawan tidak dapat selamanya bisa mempertahankan gelar juaranya.
Saya banyak melatih karyawan dan mengajar di program S1 dan S2, banyak anak didik saya yang berhasil menjadi eksekutif yang handal dan beberapa ex mahasiswa saya dapat meraih gelar doktor belasan tahun yang lalu, namun suatu ketika mereka juga akan pensiun.
Saya sendiri setelah sembuh selama 9 tahun, pinggang saya kambuh kembali sehingga tidak mampu berjalan agak jauh terlebih menaiki anak tangga.
Setelah saya menjadi tua, saya sangat sadar bahwa latihan iman berupa peribadatan memang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita saat ini maupun kehidupan yang akan datang.
Ibadah itu meliputi tekad hidup untuk Tuhan, selalu berusaha bersekutu dengan Tuhan (1 Korintus 1:9), bertobat dan mengalami kelahiran baru, menjalankan semua perintah-Nya, menjadi anak Tuhan dan tinggal di dalam Tuhan.
Kita harus ingat firman di bawah ini:
*”Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering. “*
*Yohanes 15:6*
Rasul Paulus menyatakan bahwa ibadah itu juga mengandung janji Tuhan yakni keselamatan dari segala dosa. Karena kita dikasihi-Nya, maka Tuhan berjanji untuk berada di tengah-tengah kita (Kolose 1:27).
Kita juga diselamatkan oleh *kasih karunia-Nya* yakni belas kasihan Tuhan yang sebenarnya kita tidak pantas menerimanya (Efesus 2:8,9).
Kita harus terus belajar bagaimana mematuhi Tuhan dan menaati-Nya dengan segenap hati, kita harus terus belajar untuk berserah kepada-Nya dan menjadikan kehendak-Nya di dalam kehidupan kita.
Amin.