Jadikanlah Dirimu sebagai Tanda Keagungan Allah

0
965

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Yosua 4:14-24

(14) Pada waktu itulah TUHAN membesarkan nama Yosua di mata seluruh orang Israel, sehingga mereka takut kepadanya, seperti mereka takut kepada Musa seumur hidupnya. (15) Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua, demikian: (16) “Perintahkanlah para imam pengangkat tabut hukum Allah itu supaya naik dari sungai Yordan.” (17) Maka Yosua memerintahkan kepada para imam itu, demikian: “Keluarlah dari sungai Yordan.” (18) Ketika para imam, pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu, keluar dari tengah-tengah sungai Yordan, dan baru saja kaki para imam itu dijejakkan di tanah yang kering, maka berbaliklah air sungai Yordan itu ke tempatnya dan mengalir seperti dahulu dengan meluap sepanjang tepinya. (19) Bangsa itu telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal sepuluh bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho. (20) Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. (21) Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: “Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? (22) maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! – (23) sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, (24) supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.”

 

Untuk kedua kalinya Allah menolong umat Israel menyeberangi air. Pertama kali ketika Israel dikejar oleh tentara Mesir setelah keluar dari tanah perbudakan. Musa mengangkat tangannya ke atas Laut Teberau lalu Tuhan mendatangkan angin Timur yang menguakkan laut tersebut sehingga terbelah menjadi dua. Orang Israel selamat menyeberang. Kedua kalinya Yoshua memimpin mereka memasuki tanah Kanaan. Mereka harus menyeberangi sungai Yordan.

Dalam menyeberangi sungai Yordan pertama-tama Tuhan memerintahkan para imam dan pengusung Tabut Perjanjian (yang berisi Hukum Sepuluh) terlebih dulu masuk ke dalam sungai. Ketika kaki mereka menyentuh sungai, aliran sungai itu terputus dan berhenti mengalir (pasal 3:14-17). Selama para imam dan pengusung Tabut perjanjian itu tetap tinggal dalam sungai selama itu pula sungai tetap terputus. Maka orang-orang Israel dapat menyeberangi sungai itu. Setelah semuanya menyeberang, Yoshua memerintahkan 12 orang (masing-masing mewakili ke-12 suku Israel) untuk mengambil 12 buah batu dari dasar sungai. Setelah itu Tuhan menyuruh para imam dan para pengusung tabut Perjanjian naik dan keluar dari sungai. Seketika itu juga air sungai mengalir kembali seperti biasa.

Batu-batu itu digunakan oleh Yoshua untuk mendirikan tugu peringatan sebagai tanda bagi generasi mereka nanti, bahwa Tuhan telah menolong mereka menyeberangi sungai Yordan. Tugu itu adalah tanda kemahakuasaan Tuhan atas ciptaannya. Biarlah semua bangsa tahu lalu menyembah-Nya. Selain sebagai tanda kemahakuasaan Tuhan, tugu Yoshua juga adalah tanda dari iman mereka. Tanpa iman mereka tidak mungkin mengalami peristiwa menakjubkan itu.

Tuhan Maha Penyelamat. Sungguh tepat Yoshua mengemban nama Yoshua yang berarti: Allah adalah keselamatan. Ia dapat menyelamatkan manusia dari penghalang hidupnya. Allah adalah Penyelamat bagi kita juga sekarang dan nanti. Ia adalah penyelamat terhadap perjuangan kita, termasuk masalah-masalah dan kebuntuan-kebuntuan yang dihadapi. Percaya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, niscaya jalan akan dibukakan. Orang yang tidak keluar dari masalahnya, ia tentu tidak memercayakan sepenuhnya keadaannya kepadaAllah. Atau, dia kurang yakin bahwa Allah dapat menolongnya.

Jadi, kuatkanlah iman dalam menghadapi semua tantangan dan masalah yang ada. Ambillah ‘batu’ dari dasar iman kita masing-masing. Itulah tanda bahwa Tuhan ada dan berkuasa menolong kita. Perlihatkan tanda itu kepada keluarga, anak-anak, cucu-cucu dan generasi selanjutnya supaya mereka tahu bahwa dalam perjuangan dan masalah yang kita hadapi, Tuhan berkuasa menolong kita.

Seorang bapak kecanduan alkohol. Ia terkenal sebagai pemabuk. Ia bertobat dan berhenti dari sikap buruknya itu. Pasalnya, ketika menghambur-hamburkan uang untuk untuk kenikmatannya itu, keluarganya terlantar. Suatu ketika anak jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Tapi karena penyakitnya sudah parah, nyawanya tidak tertolong lagi. Ayahnya menyesal dan frustrasi, karena merasa dialah penyebab semua itu.  Ia hidup tanpa arah. Sampai pada suatu waktu sahabat lamanya menemui dia dan menasihatinya. Tidak mempan. Tapi sahabatnya itu terus-menerus mendampinginya dan mendorongnya untuk berubah.

Puji Tuhan, sang bapak itu sadar. Ia lalu berusaha menjalani hidup barunya. Lama kelamaan hidupnya menjadi baik. Dia bisa mengurusi lagi keluarganya. Ia bersyukur karena merasa bahagia. Tuhan telah menolongnya melalui sahabat yang setia menasihatinya.

Perubahan sikapnya menjadi tanda bahwa Tuhan menolongnya. Dia terus menceritakan itu kepada teman-temannya. Dari dasar imannya, dia telah berhasil mengangkat “batu kepercayaan” sebagai tanda pertolongan Tuhan.

Sebagai umat Tuhan, kita seharusnya dapat memberikan tanda keagungan Tuhan yang dapat dikenali orang. Dan tanda itu adalah diri dan perbuatan kita sendiri. Tanda itu akan dilihat oleh orang dalam keluarga kita, oleh orang-orang dalam jemaat dan masyarakat kita. Adakah orang lain melihat keagungan Tuhan dalam diri kita? Atau jangan-jangan mereka hanya melihat sesuatu yang menghinakan Tuhan?

Banyak orang ketika berencana, mengucapkan janji iman. Ketika berhasil, melupakan janji itu. Ia berhasil tapi tidak ada tanda iman yang ditunjukkannya. Ingatlah, Allah sewaktu-waktu dapat saja membalikkan keadaan kita. Teruslah berjuang, Allah adalah penyelamat. Dia adalah jawaban hidup kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here