Pdt. Weinata Sairin: Cermat Menapaki Kehidupan

0
1021

 

 

“Remember, no human condition is ever permanent. Then you will not be overjoyed in good fortune nor too scornful in misfortune (Socrates).

 

Manusia hidup dalam ruang dan waktu. Ia mengukir karya terbaik, ia melakukan sesuatu. Ia hidup dalam sebuah konteks sejarah tertentu. Ia menghidupi sejarah, ia menenun dan merajut sejarah, mencipta sejarah dan bahkan mengendalikan sejarah. Manusia menikmati hari-hari kehidupannya dengan sukacita dan pengharapan. Hidup ini tidak pernah berjalan konstant, ada saatnya kita berada pada level “puncak” pada saat yang lain kita bisa juga pada posisi “dibawah”. Ritme kehidupan seperti ini mesti kita fahami sebagai bagian sah dari sebuah perjalanan hidup. Yang mesti dikembangkan dalam merespons ritme kehidupan seperti itu adalah sikap dewasa, sikap kebesaran jiwa sehingga realitas itu tidak berdampak negatif bagi kehidupan pribadi.

 

Dunia yang kita hidupi memang sebuah dunia yang selalu bergerak, tidak permanen dan konstan. Pribadi yang kaya wisdom, ada kebesaran jiwa, humble, tidak mempertahankan jabatan, mau turun kebawah adalah hal yang penting dimiliki untuk menjawab perubahan yang selalu terjadi dalam kehidupan. Kebesaran jiwa, sikap mau ‘merendah’ atau ‘mengosongkan diri’ (Yun. _kenosis_) sangat perlu di kedepankan.

 

Ada kisah tentang Albert Schweitzer yang cukup menarik untuk menjadi bahan rujukan tentang kebesaran jiwa. Ketika Albert mengunjungi Amerika tahun 1949 seorang mantan muridnya di Sekolah Minggu Strasbourgh menjumpai dia di stasiun KA Cleveland. Sang Mantan malah mengajak Albert ke restoran untuk menikmati sarapan. Sebuah kue yang dibuat secara khusus dihidangkan untuk sarapan mereka berdua. Meja juga ditata dengan rapi seingga terlihat sebagai sebuah pesta. Pada saat kue akan dipotong, Albert mengambil sebuah pisau. Ia berdiri dan berhenti sejenak untuk menghitung jumlah orang yang hadir disana. Ternyata yang hadir disana ada 9 orang; tetapi Albert mengiris kue itu menjadi 10 potong. “Aku akan memberikan satu potong kue ini untuk gadis muda yang tadi dengan ramah sudah melayani kita”. Ia membawa potongan kue yang kesepuluh yang ia berikan kemudian kepada murid Sekolah Minggunya itu.

 

Kebesaran jiwa Albert yang menjadikan dia bersikap seperti itu. Ia sadar bahwa kehidupan akan selalu berubah. Satu saat ia menjadi murid pada saat yang lain ia bisa tumbuh menjadi seorang yang amat populer sebagai pemimpin dunia. Menghadapi perubahan itu seseorang harus siap merendah, menjadi sama dengan yang lain, melayani satu sama lain. Albert seorang yang punya nama besar mau lakukan itu bagi seorang yang dulu menjadi murid Sekolah Minggu nya.

 

Kebesaran jiwa berdekatan dengan sikap rendah hati, _humble_. Rendah hati selalu berbicara tentang orang lain, rendah hati tidak menjadikan diri sendiri sebagai fokus, tetapi mengangkat dan memberi ruang bagi orang lain. Tahun 1784 Thomas Jefferson diangkat sebagai seorang Dubes untuk Prancis menggantikan Benyamin Franklin yang sudah demikian lama mengabdi dan mendedikasikan dirinya bagi tugas duta besar. Jefferson suatu saat diperkenalkan kepada Perdana Menteri Prancis dan ia bertanya kepada Thomas :”Benarkah anda menggantikan Benyamin Franklin?” “Ya benar, aku menempati tempatnya, tetapi tidak seorangpun yang akan mampu menggantikannya” jawab Thomas.

 

Ajaran setiap agama telah memberikan panduan bagi para penganutnya agar tetap tegar, beriman teguh, dalam berhadapan dengan realitas perubahan. Perubahan bisa terjadi, jabatan bisa berubah, dari yang ‘diatas’ menjadi ‘dibawah’. Namun iman itu konstan dan permanen tak bisa kerdil dan atau redup apalagi beralih. Socrates memberi penegasan yang amat cerdas dan bernas bagi kita yang menghidupi angin perubahan. Mari hadapi perubahan dengan kekuatan religius agar kita tidak terjerembab dan terjerumus didunia lain. Segala sesuatu ada waktunya, ada waktu diatas, ada waktu dibawah, ada waktu berkibar ada waktu tak punya bendera, ada waktu memerintah ada waktu diperintah. Kita hidup dalam _kronos_ dan dalam _kairos_ menoreh karya terbaik bagi Allah dan manusia dipentas sejarah.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

*Weinata Sairin.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here