Kasihilah Musuhmu dan Berdoalah Bagi Mereka Yang Menganiaya Kamu

0
6699

 

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

“KAMU TELAH MENDENGAR FIRMAN : KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA DAN BENCILAH MUSUHMU. TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU KASIHILAH MUSUHMU DAN BERDOALAH BAGI MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU.” (Matius 5:43-44)

 

Kekuatan kepemimpinan Yesus bukan saja terletak pada gaya kepemimpinanNya, yaitu kepemimpinan yang melayani, yang mendatangi orang, bercakap, mengungkap empati, mencari solusi, menghibur dan menguatkan tetapi juga pada pelontaran gagasan cerdas bernas yang paradoks dengan kebiasaan standar. Yesus ingin menghadirkan paradigma berfikir yang beda, yang out of the box, yang benang merahnya tidak bisa diduga sebelumnya oleh pihak lain.

 

Tatkala Yesus makan bersama dengan orang berdosa, tatkala Ia menyembuhkan orang sakit pada hari Sabbat, tatkala Ia mau bertemu, mendengar curhat perempuan berdosa, tatkala Ia menegaskan bahwa tak ada hubungan matematik antara penyakit dan dosa, maka gagasan atau teologi Yesus berseberangan dengan pemikiran konvensional yang berlaku di zaman itu. Realitas paradoksal yang dihadirkan Yesus makin akumulatif dan itu semua menjadi amunisi yang kemudian membawa Yesus pada posisi dibenci orang banyak termasuk penguasa di zaman itu.

 

Dalam banyak hal Yesus telah menunjukkan kepeloporanNya, dari aspek sikap, tindakan dan pemikiran. Ia adalah pionir yang menjadi teladan dan referensi bagi pribadi dan komunitas lainnya. Dialah yang secara konsisten bertindak berdasarkan apa yang Ia katakan. Dialah yang sejatinya mewujudkan satunya kata dengan perbuatan.

 

Pernyataan Yesus sebagaimana direkam dalam Injil Matius yang di kutip di bagian awal tulisan ini secara jelas menampilkan pemikiran Yesus yang amat spesifik. Ia dengan sengaja membalikkan dan mengubah rumusan standar yang sudah hidup di zamannya. Jika biasanya diperintahkan untuk mengasihi sesama dan membenci musuh, Yesus malah mengubah rumusan standar itu dengan “mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya”

 

Pembalikan dan pengubahan ini penting sekali untuk memahami concern dan skala prioritas Yesus dalam menjalankan misiNya. Pengubahan itu membuktikan keberbedaan Yesus dengan nilai-nilai yang ada, dan wujud sikap paradoks yang telah menjadi ciri khas dari seorang Yesus.

 

Ungkapan Yesus ini pada saat Gereja sedang menjalani Minggu Pra Paskah memberi inspirasi bagi kita untuk meneruskan dan memberlanjutkan sikap kepeloporan Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya kita bukan hal mudah dan sederhana. Tetapi itulah perintah Yesus yang mesti kita lakukan. Tak ada pilihan lain.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here