Mukjizat Tuhan

0
1649

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

Matius 14:13-21
(13) Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. (14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. (15) Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” (16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (17) Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” (18) Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.” (19) Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. (20) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. (21) Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang sudah sangat lazim dalam pendengaran kita. Dalam peristiwa itu Yesus bertindak secara penuh kuasa untuk memberi makan orang banyak yang sudah lapar. Namun demikian, ada sebagian orang yang menyangsikan kebenaran cerita itu. Menurut mereka, roti yang dimakan oleh orang banyak itu adalah bekal mereka sendiri. Mana mungkin roti yang lima ketul itu ditambah dua ekor ikan dapat digandakan untuk melayani orang banyak? Rasa sangsi telah membuat mereka tidak yakin bahwa Yesus dapat melakukan mukjizat.

Yesus memberi makan lima ribu orang. Cerita ini benar. Yesus betul-betul melakukan mukjizat. Dengan lima roti dan dua ikan Ia menolong orang-orang yang lapar. Yesus memberi mereka makan supaya terbebaskan dari rasa laparnya.

Cerita ini mau menjelaskan kepada kita bahwa Yesus berkuasa menolong orang-orang yang lapar. Ia tidak tega membiarkan orang-orang terus berada dalam kelaparannya. Apalagi dalam kondisi tertentu di mana mereka tidak dapat berbuat banyak, Ia akan bertindak bagi mereka.

Cerita ini juga mau mengajarkan bahwa gereja harus bertindak menolong orang-orang yang lapar. Termasuk juga di sini: menolong kaum lemah yang tidak berdaya. Tapi sayang, gereja seringkali terlambat untuk bertindak. Kenapa? Karena mereka berkata: Kami hanya punya lima roti dan dua ikan, terlalu kecil. Kami hanya punya duit segini, terlalu sedikit. Kami hanya punya kemampuan seperti ini, apalah artinya. Bagaimana mungkin kami bertindak bagi mereka? Karena merasa tidak mungkin, akhirnya gereja-gereja hanya melakukan hal-hal yang mungkin dalam pelayanan mereka. Mereka hanya melakukan hal-hal yang biasa-biasa saja.

Saudara-saudara, ingatlah bahwa dalam peristiwa di atas, Yesus melakukan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin! Orang-orang Kristen (gereja) harus yakin akan hal ini. Murid-murid memang hanya memiliki lima roti dan ikan yang sedikit itu. Mereka membawanya kepada Yesus. Artinya, mereka bergerak dari hal yang kecil namun mereka menggantungkan harapannya kepada Yesus dan membiarkan Yesus bekerja atas apa yang kecil itu. Maka yang kecil itu berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan orang banyak.

Mengapa banyak gereja mengalami kemandekan dalam pelayanan? Karena mereka hanya menilai ‘milik’ mereka yang kecil. Karena mereka terpaku pada medan pelayanan yang besar lalu merasa tidak berdaya. Mereka tidak memandang Yesus dalam iman bahwa Yesus dapat bekerja penuh kuasa bagi mereka. Mereka tidak datang kepada Yesus dan membiarkan Dia bekerja di antara mereka.

Mukjizat Tuhan dapat terjadi bilamana kita berada dalam semangat melayani orang lain. Kita membawa diri kita, milik kita kepada Tuhan dan membiarkan Dia bekerja bagi kita. Diri kita yang lemah, milik kita yang sedikit dapat menjadi sesuatu yang bermakna besar di tangan Tuhan.

Mukjizat terjadi bukan karena kehendak kita, tapi karena kehendak Tuhan. Mukjizat adalah hak prerogatif Tuhan. Jika Ia menghendaki terjadi, maka itu akan terjadi. Karena itu mukjizat adalah ‘hal yang luar biasa’. Mukjizat tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Mukjizat yang dikendalikan manusia bukan lagi mukjizat.

Banyak pelayan mengeksploitasi mukjizat untuk memuaskan keinginan mereka dan untuk mempopulerkan diri mereka. Dalam kasus seperti ini mereka sebenarnya tidak melakukan mukjizat. Mereka justru merendahkan derajat Tuhan menjadi Jin Aladin yang dapat mereka suruh menurut kehendak mereka. Tuhan tidak seperti itu. Ia bertindak menurut apa yang Dia kehendaki. Bukan menurut apa yang dikehendaki manusia.
Mukjizat Tuhan tidak dapat dijadikan rutinitas, seakan-akan dapat diulang-ulang menurut maunya manusia. Mukjizat Tuhan unik dan terjadi di luar sangkaan manusia. Terkadang Tuhan tidak mau melakukan mukjizat, karena Ia tidak mau kalau orang hanya terpesona dengan tindakan-Nya. Mukjizat, bagi Tuhan adalah untuk membuat orang percaya dan diselamatkan. Bukan hanya untuk menjadi kagum dan terpesona.

Kapan mukjizat Tuhan terjadi bagi kita? Kita tidak tahu. Biarkanlah Dia yang bekerja bagi kita. Jika Dia bekerja di antara kita, maka sekalipun kita hanya punya ‘sedikit’, Dia akan menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin bagi kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here