Kawasan Migas Segitiga Maluku
(Bagian Ketiga)
Penulis : Jeannie Latumahina
Ambon 29 Januari 2022
Sebagaimana yang selama ini saya tuliskan sejak awal, merupakan bentuk usaha dalam memberikan pemahaman umum kepada masyarakat yang tentunya tidak berupa detail-detail khusus sebagaimana para ahli dibidang khususnya masing-masing. Karena semua yang saya tuliskan semata bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang merupakan amanat undang-undang untuk setiap warga negara.
Demikian juga mengenai kekayaan mineral, minyak dan gas di kawasan Maluku yang dalam hal ini terjadi sebagai akibat pada kekhususan letak geografis kawasan oleh sebab pertemuan empat lempeng tektonik dunia satu-satunya yang berdampak pada daratan dan kelautan kawasan Maluku, yaitu Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.
Baik dimulai pada daratan, dalam hal ini Papua pulau terbesar Indonesia yang selama ribuan atau mungkin jutaan tahun lalu terjadi secara perlahan muncul ke atas permukaan. Telah dibuktikan dengan adanya fosil-fosil kerang laut (nautilius) yang berserakan di atas puncak Es gunung Jayawijaya. Tentunya terjadi bukan karena ada orang yang tidak waras kemudian menyebarkan fosil-fosil kerang laut tersebut di puncak es.
Pergerakan kerak bumi ke atas ini diperlihatkan bagaimana bentuk pegunungan Jayawijaya yang membentang dari ujung barat Papua, hingga timur Papua New Gunia berupa patahan-patahan tajam dan curam di atas permukaan bumi. Maka di sepanjang pegunungan Jayawijaya memiliki potensi besar adanya kekayaan mineral luar biasa. Terbukti dengan hasil penambangan Freeport di salah satu titik pegunungan tersebut. Yaitu terjadi akibat dari pergesekan kerak bumi sehingga menghasilkan emas dan tembaga. Di ketinggian 3.000 meter permukaan laut. Ini baru di satu titik pegunungan Jayawijaya. Dapat kita bayangkan potensi kekayaan mineral yang terkandung di sepanjang pegunungan yang membentang tersebut.
Baik dilanjutkan dengan potensi kekayaan Migas di kawasan perairan Maluku, diluar posisi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) sebagaimana pada artikel sebelumnya.
Untuk hal ini baik merujuk pada hasil dari rekomendasi Pusat Survei Geologi dari Kementrian ESDM, yaitu terdapat 36 Wilayah Kerja Migas dan tiga perempat (3/4) dari Wilayah Kerja Migas berada di kawasan Maluku. Tentunya ini mengalahkan jumlah sumber-sumber potensi kekayaan migas di wilayah barat dan tengah Indonesia yang ada selama ini.
Ada terdapat 25 Blok Migas di perairan Maluku, menjadi ironi jika kondisi sekarang kawasan Maluku malah berada pada empat besar provinsi termiskin secara nasional. Tentunya hal demikian bisa terjadi karena selama ini pemerintah masih melihat kawasan barat sebagai sumber terbesar kekayaan, dan belum melihat adanya potensi sangat besar di wilayah timur Indonesia.
Kesalahan tepatnya keterlambatan kebijakan dari sudut pandang dalam melihat potensi-potensi alam, sehingga kebijakan pembangunan masih pada fokus sisi kawasan barat. Belum melihat jauh kepada masa depan Indonesia. Sehingga ekplorasi potensi alam berpusat pada kawasan barat Indonesia.
Maka baiklah melihat dan berpijak pada masa depan kawasan timur setelah dimulainya pembangunan infrastruktur kawasan wilayah timur. Apa saja kendala dalam memanfaatkan semua potensi kekayaan alam yang ada.
Pertama tentu pada sisi geologis, pembiayaan, tehnologi dan sumberdaya manusia pendukung dalam mengimplementasikan strategi pembangunan wilayah. Tentunya dalam hal ini juga tergantung kepada penguasa kebijakan baik pusat juga daerah. Sungguh diperlukan sosok pemimpin yang mampu dengan sungguh mengenal arah pergerakan pengembangan wilayah kawasan Timur Indonesia.
Dalam istilah ringkasnya pemimpin masa depan Maluku harus sungguh memahami SWOT Maluku, yaitu secara tegas dan benar paham pada Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) segala hal menyangkut kawasan Maluku. Dengan tujuan mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat Maluku dalam visi misi kedepan.
Struktur geologis tempat pertemuan empat lempeng tektonik dunia di kawasan Timur membuat jauh lebih berat pengerjaannya dibanding kawasan Barat Indonesia, jelas struktur geologis yang sangat dinamis di pusat ring of fire tidak dapat begitu saja diterapkan untuk lingkungan geologis yang sudah stabil. Ini sungguh perlu dipahami dalam setiap langkah pergerakan dalam membangun kawasan Timur, selain sosio budaya masyarakat Maluku.
Dengan langkah kebijakan pengembangan wilayah yang tepat mulai dari sekarang, sungguh perlu yakin bahwa di kemudian hari wilayah Timur akan menjadi kawasan metropolis dunia. Sebagaimana ungkapan di Timur Matahari Terbit untuk Indonesia Jaya.
(bersambung… *Strategi Pengembangan Kawasan Maluku*)
Ambon , 29 Januari 2022