_”Beatus qui obstacula superare potuit. Berbahagialah dia yang dapat mengatasi halangan-halangan”._
Hidup yang kita hidupi di ruang-ruang kehidupan tidak selalu dan tidak melulu sebuah kehidupan yang tenang, aman, nyaman dan menyenangkan. Para cerdik cendekia menyatakan dengan bahasa yang agak powerfull tentang “a struggle of life”. Ya kehidupan itu adalah sebuah *pergulatan*, sebuah pergumulan, ada pertarungan di dalamnya, ada tarik menarik di dalamnya. Dan itulah sebuah kehidupan, sebuah medan, area yang Tuhan sediakan bagi setiap umat ciptaanNya untuk mengekspresikan karyanya di sepanjang kehidupan.
Ada berbagai bentuk pergulatan hidup dan berbeda-beda juga bobotnya. Setiap orang menerimanya dengan caranya sendiri, dan memahaminya dari perspektif, cara pandang yang ia miliki. Hal yang menarik adalah adanya pandangan bahwa kehidupan itu adalah sebuah perjalanan ziarah, sebuah kembara, sebuah pengembaraan. Para penyair atau filsuf biasanya memaknai hidup dari angle seperti itu.
Rosni Idham, seorang penyair melantunkan narasi tentang hal itu dalam puisi pendeknya berjudul “Pengaduan” :
“Tuhan,
Atas izinMu
Akan kuteruskan pengembaraan ini
Walau terseok-seok
Terus dan terus melangkah merajut puing
Walau hati terasa berkeping”
Meulaboh, 1 Maret 2005
(Sumber : “Ziarah Ombak”, D. Kemalawati dkk., Lapena, Banda Aceh, 2005)
Memaknai hidup sebagai pengembaraan dan atau ziarah adalah sebuah penyadaran bahwa hidup ini adalah sementara, bukan sesuatu yang abadi, yang sudah _arrive_, yang sudah tiba di terminal yang penghabisan. Dalam konteks hidup sebagai kembara atau ziarah, maka hidup dimaknai sebagai ruang pencarian, wilayah yang didalamnya manusia berupaya mengenali berbagai hal diseputar dirinya.
Rosni Idham, sang penyair, dalam puisinya ia “mengadu” kepada Tuhan bahwa ia akan terus melakukan pengembaraan walau terseok-seok, banyak kendala, banyak problema. Ia akan terus melangkah merajut puing, walau hati berkeping. Hidup yang hancur menjadi puing, akan ia teruskan walau realitas kedirian yang berkeping-keping. Tekad dan komitmen seperti yang diungkap sang penyair itu amat penting agar manusia tidak terpenjara oleh kendala dan problema yang dihadapinya, tetapi tetap tegar dan kukuh dalam menjalani kehidupan.
Dalam perjalanan hidup banyak sekali halangan yang kita hadapi. Halangan dalam mencapai cita-cita, halangan untuk menjadi pemimpin, halangan untuk naik pangkat, halangan karena praktik diskriminasi sara, halangan untuk beribadah, halangan untuk menikah. Baru-baru ini malah terdapat halangan dalam pengibaran bendera di Belu NTT, namun halangan itu dapat diatasi oleh seorang anak remaja yang dengan sangat heroik memanjat tiang bendera setinggi 20 meter sehingga upacara bendera di Belu dalam rangka peringatan Hut Kemerdekaan RI tetap dapat terselenggara dengan baik.
Kita mampu mengatasi halangan dan kendala yang kita alami dalam hidup kita, jika kita punya tekad, mencari solusi dan memohon kekuatan dan pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita optimis dan tidak menyerah kepada halangan dan kendala sehingga kita akan menjadi pemenang dalam pergulatan hidup.
Selamat berjuang. God bless.
*Weinata Sairin*