Peka Terhadap Suara Allah

0
1973

Oleh: Paul Titihalawa

Akhir-akhir ini  kegerakan Doa atau kegerakan mendoakan para calon pemimpin bangsa telah menjadi “Trend Topic” di lingkungan gereja.

Dalam euforia politik, tanpa disadari oleh sebagian anak Tuhan, mereka telah bersikap seolah – olah tidak ada lagi batasan yang tegas antara gereja dan politik.

Bahkan ada fakta tegas bahwa salah satu bentuk dukungan real anak – anak Tuhan  untuk seseorang yang dianggap layak menjadi pemimpin dalam masyarakat global ialah melakukan selebrasi doa untuk orang itu.

Menariknya, suasana kegerakan doa seperti ini terkesan lebih semarak dan populer jika dibandingkan dengan suatu kegerakan doa bagi kegiatan penginjilan atau pelayanan yang adalah entitas dari identitas gereja

Sampai pada tataran ini tidak ada yang keliru, tapi akan menjadi keliru ketika kita “salah kaprah” dalam berdoa, karena tidak peka terhadap suara Allah.

Orang yang peka terhadap suara Allah sangat memahami bahwa:

Berdoa ialah memohon kepada Allah, dan membiarkan kehendak-Nya terjadi didalam kehidupan seseorang/kelompok.

Berdoa bukanlah memohon kepada Allah agar Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak kita.

Tidak salah jika kita mendoakan seseorang karena secara logis orang itu telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang hebat baiknya, tetapi nyatanya Allah mengijinkan Firaun yang  “Terbukti Jahat” sebagai pemimpin Mesir yang pada waktu itu menjadi satu-satunya  negara superpower di dunia.

Tidak salah kita memilih seseorang sebagai pemimpin karena mata kita adalah saksi hidup bahwa orang itu layak dan terbukti menjadi pemimpin, tapi nyatanya Allah lebih memilih Daud, karena apa yang dilihat Allah “berbeda” dengan apa yang dilihat manusia.

Kita sudah punya pengalaman mendoakan dan mendukung seseorang untuk dicalonkan menjadi pemimpin karena memang ia telah terbukti melakukan yang terbaik untuk rakyat, dan tatkala mendoakannya, kita sangat yakin jika dia pasti akan terpilih, tapi nyatanya Allah tidak lagi mengijinkan dia menjadi pemimpin bagi kita.

Namun Ketika doa kita tidak dikabulkan Allah, baru kita berkilah bahwa belum saatnya dan kita harus menantikan waktu Tuhan.

Terkadang tanpa disadari kita bisa memperma-lukan Tuhan dengan gerakan-gerakan doa yang didasarkan pada “konsep doa” yang keliru dan “salah kaprah”.

Sesungguhnya jika kita “Peka Terhadap Suara Allah”, maka Kita harus mempercayai dan meyakini  cara kerja Allah yang terkadang “tidak selaras” dengan logika kita.

Memang Doa juga bermakna mengkomuni-kasikan atau menyampaikan isi hati dan kerinduan kita kepada Allah untuk tujuan tertentu dan didalamnya ada kesempatan untuk melakukan “tawar – menawar” dengan Allah, tapi yang terbaik bagi Allah itulah yang terbaik bagi kita.

Perlu dipahami bahwa insulinisasi gereja  ke dalam politik atau menyelaraskan politik ke dalam gereja adalah suatu kemustahilan.

Salah satu ciri anak Tuhan yang bijak dalam memposisikan dan merawat hubungan baik antara gereja dan politik ialah jauhilah doa -doa yang bersifat ceremonial dan terlihat serta terbaca hanya berpihak kepada seseorang dan mengabaikan orang lain, tapi Berdoalah Tanpa harus diketahui oleh siapapun, Siapa yang Sebenarnya Anda Doakan.

Doa tidak berbicara soal kalah atau menang, tapi jawaban doa berbicara tentang damai sejahtera Allah yang berdampak dan memampukan siapapun juga agar bisa menerima suatu kenyataan tanpa sakit hati.

Sifat doa adalah “netral”. Jika kita berdoa, berdoalah tanpa membuat orang lain kecewa, berdoalah tanpa membuat orang lain membenci kita, berdoalah tanpa membuat orang lain membenci Gereja Tuhan, Tapi Berdoalah agar semua lutut bertelut dan dan setiap lidah mengaku bahwa Yesuslah Tuhan.

Karena itu…..

jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu

(Matius 6 : 6),

Karena doa orang benar? Dengan yakin didoakan, besar kuasanya.

Terkadang Orang Yang Terbaik, bukan Orang Pilihan Kita dan Terkadang Kita Harus Menerima Seseorang yang Bukan Pilihan Kita, maka Jawabannya ialah Peka Terhadap Suara Allah itulah yang memampukan kita menerima suatu realitas.

Shalom!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here