Jakarta, 31 Januari 2018 –
Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) dan Fintech Australia hari ini turut ambil bagian dalam Indonesia-Australia Digital Forum, sebagai kegiatan besar tekfin untuk membangun hubungan Indonesia-Australia lebih jauh. Konferensi tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia di Indonesia untuk membuka area kerjasama baru dan membangun momentum bagi terhubungnya jejaring komersial Australia dengan ekosistem ekonomi digital Indonesia yang dinamis dan bertumbuh pesat.
Para pelaku usaha tekfin serta pejabat regulator memaparkan pandangan serta analisa mereka mengenai perkembangan industri tekfin, evolusi ekosistem tekfin Indonesia dan Australia, serta harapan terhadap kolaborasi eksosistem tekfin di masa depan. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Simon Cant (Founding Partner of FinTech Australia), Dr. Iskandar Simorangkir, SE, MA (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI), Fitri Hadi (Direktur
Inovasi Keuangan Digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Karaniya Dharmasaputra (Sekretaris Umum, Asosiasi Fintech Indonesia), serta M. Ajisatria Suleiman (Direktur Eksekutif Kebijakan Publik, Asosiasi Fintech Indonesia).
Pada tanggal 1 Desember 2017 lalu, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan Fintech Australia telah meresmikan kerjasama untuk mendorong pertukaran sumber daya manusia, keahlian, teknologi, serta kesempatan untuk berinvestasi di antara kedua pasar tekfin yang sedang berkembang pesat. Perjanjian tersebut menjadi tahap penting bagi perkembangan dan pertumbuhan industri tekfin secara timbal balik di kedua negara.
Sebagai kelanjutan kerjasama tersebut, kedua asosiasi telah berkomitmen untuk berkolaborasi, mencari solusi untuk masalah kritis, dan mendukung industri tekfin Indonesia dalam mendorong perkembangan ekonomi di Indonesia, yang mencakup pertumbuhan dan peningkatan kapasitas para pemain pasar pembangunan infrastruktur dan sistem keuangan yang aman dan dapat dipercaya, perlindungan konsumen, advokasi kebijakan yang dapat mendukung perkembangan pesat teknologi keuangan, serta terus mempromosikan inklusi keuangan bagi masyarakat.
“Kami antusias untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekosistem tekfin di Indonesia. Kami percaya kolaborasi antara kedua asosiasi dapat mendukung kemajuan tekfin yang begitu pesat dan gelombang kebangkitan wirausaha di bidang tekfin yang begitu besar di Indonesia,” jelas Simon Cant. Selama lebih dari dua dekade terakhir, Pemerintah Australia telah mendukung perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya untuk mencapai stabilitas keuangan serta inklusi keuangan bagi masyarakat.
Pada kesempatan ini, Asosiasi Fintech Australia mengumumkan empat pemenang program beasiswa, yang terdiri dari DOKU, M-SAKU, Connector.id, dan Privy Identitsa International. Mereka memenangkan beasiswa berupa perjalanan kunjungan selama dua minggu ke Australia untuk bertemu dengan pelaku industri dan investor yang dapat mendukung perkembangan usaha mereka masing-masing. Program tersebut merupakan bagian dari program penghargaan Australia Awards, yang memberi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pengalaman serta jejaring di pasar Australia. Tahun inii merupakan tahun pertama penyelenggaraan program tersebut yang ditujukan bagi perusahaan tekfin di Indonesia.
Bentuk nyata kolaborasi kedua asosiasi diwujudkan lewat penyelenggaraan sesi “Expert Gym” sebagai bagian dari rangkaian acara Indonesia-Australia Digital Forum. Sesi ini merupakan seminar rutin bagi para anggota Asosiasi Fintech Indonesia yang mengangkat topik-topik relevan dengan isu terkini dunia tekfin dengan narasumber terkemuka, sekaligus sebagai ajang berbagi praktik cerdas, dan kesempatan untuk berjejaring dan berkolaborasi. Topik yang diangkat kali ini adalah “Digital KYC: Global Trends and Local Challenge” dan “RegTech for Financial Inclusion” yang menghadirkan para pakar dan pelaku usaha tekfin dari Indonesia dan Australia.
Selain itu, Asosiasi Fintech Indonesia dan Australia juga akan bekerja sama dalam Fintech Space, yang yang merupakan co-working space khusus tekfin yang pertama di Indonesia. Sebagai platform kolaborasi, industri tekfin dari kedua pihak dapat bertukar gagasan dan solusi untuk melahirkan inovasi-inovasi baru yang dapat mempercepat pertumbuhan industri tekfin.
Ari Awan, Wakil Sekretaris Umum AFTECH mengatakan, “Kerjasama ini semakin mempertegas potensi besar industri tekfin Indonesia yang sudah diakui oleh negara lain. AFTECH telah secara konsisten mendorong semangat kolaborasi dan kami bangga semangat ini tidak hanya dapat diimplemetasikan antar pemangku kepentingan di dalam negeri namun juga bisa ditingkatkan sampai ke tingkatinternasional. Kami percaya, kolaborasi ini merupakan bentuk hubungan jangka panjang antara Indonesia dan Australia untuk saling mendukung stabilitas dan ketahanan sistem keuangan di Indonesia, serta mencapai peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.”
Mengenai potensi industri tekfin di Indonesia, Ajisatria Suleiman menjelaskan, “Peluang pertumbuhan industri tekfin di Indonesia yang masih terbuka lebar. Sejak tahun 2015, pertumbuhan industri tekfin di Indonesia terjadi sangat pesat, dimana saat ini kami mencatat terdapat sekitar 205 perusahaan tekfin yang bergerak aktif (per Desember 2017).”
“Dari sisi teknologi, mayoritas teknologi yang digunakan oleh perusahaan tekfin adalah mobile, API dengan lembaga keuangan, komputasi awan, analisa big data, dan online-to-offline (O2O). Adanya pertukaran teknologi yang dihasilkan dari kolaborasi ini akan dapat mendorong perkembangan lingkungan usaha yang menguntungkan, sekaligus mendorong inklusi keuangan, baik untuk dunia usaha maupun individual,” jelasnya.
Indonesia berkembang sebagai pusat tekfin dan usaha rintisan (start-up) ke-2 terbesar di wilayah Asia Tenggara, yang ditandai dengan adanya 53 proyek investasi di industri tekfin yang diprediksi akan selesai di tahun 20171 dan total investasi senilai US$3 miliar yang dikucurkan untuk mendukung perusahaan tahap awal (early stage) dan start-up hingga tahun ini.
Di saat yang bersamaan, Australia saat ini memiliki industri tekfin yang sangat aktif dengan pertumbuhan jumlah perusahaan dari 100 perusahaan di tahun 2014 menjadi hampir 600 perusahaan saat ini. Start-up di Australia didominasi oleh tekfin dengan satu dari lima pendiri start-up mengincar industri ini.
Tentang Asosiasi FinTech Indonesia
Asosiasi FinTech Indonesia adalah asosiasi/wadah yang menghimpun perusahaan/institusi para pelaku sektor jasa keuangan yang menggunakan kemajuan teknologi dalam menjalankan usahanya. Asosiasi FinTech Indonesia diluncurkan secara resmi di hadapan publik pada September 2015 dan resmi terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM RI sebagai badan hukum perkumpulan pada Maret 2016. Asosiasi Fintech mulai membuka keanggotaannya kepada publik pada Mei 2016, kini didukung 103 perusahaan start-up Fintech dan 21 institusi keuangan.
Ajisatria Suleiman, Direktur Eksekutif Kebijakan Publik Asosiasi FinTech Indonesia:
• Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) mengapresiasi dukungan Asosiasi FinTech Australia dalam mendorong kolaborasi pertukaran informasi mulai dari teknologi, regulasi hingga sumber daya manusia (SDM)
• Melanjutkan penandatanganan kerjasama pada Desember 2017 lalu, sepanjang dua bulan terakhir, AFTECH bersama FinTech Australia telah menyelenggarakan berbagai insiatif untuk merealisasikan kerjasama tersebut.
• Salah satu bentuk nyata kerjasama ini adalah melalui pembuatan FinTech Space, sebuah co-working space khusus untuk pelaku usaha tekfin yang didukung penuh oleh Union Space. Nantinya FinTech Space akan dilengkapi dengan desk Australia untuk membangun kolaborasi antara pelaku usaha tekfin dari kedua negara.
• Selain itu, pada acara Indonesia – Australia Digital Forum, anggota AFTECH mendapatkan kesempatan untuk bertukar informasi dengan pakar tekfin dari Australia dan pelaku usaha internasional lainnya terkait digital KYC. Digital KYC merupakan isu yang sangat relevan mengingat hampir seluruh pelaku usaha tekfin di Indonesia masih merasakan tantangan untuk mengimplementasikan digital KYC di Indonesia.
• Baru-baru ini, empat pelaku usaha (developer) dari Indonesia juga mendapatkan beasiswa untuk pergi ke Australia dan mendapatkan kesempatan untuk bertukar informasi dan memperluas akses.
Simon Cant, Founding Partner FinTech Australia
• Kerjasama AFTECH dengan FinTech Australia ditujukkan agar pelaku usaha bisa lebih mengenal pasar di kedua negara.
• Di tingkat yang lebih tinggi, kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia sangat baik dan membuka potensi besar untuk industri tekfin juga.
• Kedepannya, FinTech Australia berkomitmen untuk meneruskan inisiatif yang baik ini.
• Industri tekfin di Australia tumbuh pesat, dari 100 perusahaan tekfin di tahun 2015, saat ini jumlahnya mencapai 600 perusahaan tahun lalu.
• Australia memiliki sistem keuangan yang sudah mapan, mulai dari layanan (seperti manajemen aset, AI, pembayaran real time) hingga regulasi. Ilmu dan pengalaman sejalan dengan hal ini tentu bisa dibawa dan dibagikan ke Indonesia.
• FinTech Australia melihat potensi besar yang ditawarkan oleh Indonesia. Seperti Cina yang saat ini memimpin dalam hal sistem layanan pembayaran mobile, dengan masih banyaknya masyarakat yang masuk ke dalam kategori unbanked maka Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan layanan tekfin dan menawarkan solusi untuk membantu kelompok masyarakat tersebut.
Ari Awan, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi FinTech Indonesia
• Indonesia dan Australia memiliki karakteristik pasar yang jauh berbeda. Jika masyarakat Indonesia masih banyak yang masuk ke dalam kategori unbanked, Australia justru overbanked.
• Untuk itu, masing-masing negara dapat menawarkan kesempatan untuk bertukar pengalaman dan informasi dalam upaya mendorong pertumbuhan industri fintech di negara masing-masing.