Oleh: P. Adriyanto
“Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat”
*Matius 5:37*
Saya bukan pemerhati perilaku manusia (behaviorist), tapi secara kebetulan saya suka menonton berita di TV. Pada hari Jumat yang lalu TVOne memberitakan ada 78 Kepala Daerah yang terlibat pencucian uang, di antaranya ada bupati perempuan yang ketika diwawancarai oleh para wartawan seusai diperiksa di KPK, selalu menebar senyum seakan-akan tidak mempunyai kesalahan apa-apa. Bahkan si ibu bupati ini menyatakan bahwa hartanya didapat dari bisnisnya karena dia memiliki pertambangan dan perkebunan. Dia. memiliki ratusan tas bermerk karena katanya hobi.
Memang banyak tokoh-tokoh pejabat, anggota DPR dan pengusaha kaya yang berpretensi sebagai selebriti yang murah senyum dan melambai-lambaikan tangan ketika datang dan pulang dari gedung KPK. Ini nampaknya sudah merupakan standar perilaku untuk menutupi dosa mereka.
Kepura-puraan berakar dari kebohongan. Para koruptor dan pendosa lain, terpaksa hidup dalam kepura-puraan, pura-pura hidup bahagia, pura-pura menjadi orang kaya, pura-pura anti korupsi, padahal sebenarnya hidupnya tidak tenang, selalu was-was bila kejahatannya terbongkar.
Kebohongan/kepura-puraan adalah dosa yang dibenci Tuhan. Sebagai konsekuensi dari perbuatan bohong, maka akan mendatangkan murka Allah.
*”Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.”*
*Amsal 19:9*
(baca juga kisah Ananias dan Safira – Kis 5:1~11).
Kita harus menjadi manusia baru yang harus mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri kita.
*”Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menangggalkan manusia lama serta kelakuannya.”*
*Kolose 3: 9*
Kita harus menjadi kita apa adanya, jangan sok pintar, sok suci, sok berkuasa dan sok kaya yang mencerminkan kemunafikan.
Amin.