Bersyukur dan Berterima-kasih

0
4918

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Kolose 1:3-14

(3) Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, (4) karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, (5) oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, (6) yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya. (7) Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. (8) Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh. (9) Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, (10) sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, (11) dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, (12) dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. (13) Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; (14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.

 

Mengapa Kekristenan ada. Pertanyaan ini harus dijawab mulai dengan kata ‘karena’. Jadi, kita ada karena apa?

Karena Tuhan! “Karena di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalalm Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kolose 1:16-18a).

Kita ada bukan karena tokoh-tokoh atau para pendiri komunitas-komunitas Kristen. Siapa pun yang dianggap penggerak awal terbentuknya suatu kelompok atau jemaat, dia hanyalah ‘utusan’ Tuhan. Lalu bagaimana kedudukan para pendiri dalam kehadiran suatu jemaat. Mereka adalah alat yang dipakai Tuhan dalam proses awal pertumbuhan jemaat. Berbahagialah mereka yang telah dipakai Tuhan untuk terlibat dalam kehadiran jemaat-jemaat-Nya. Maka seperti Maria yang diperkenankan Allah melahirkan Yesus, selayaknya mereka memuji-muji Tuhan (Lukas 1:46-55).

Untuk apa persekutuan (Kekristenan) ini ada? Pertanyaan kedua ini harus dijawab mulai dengan kata ‘untuk’. Untuk apa Kekristenan ada?

Untuk Tuhan! Pada bagian akhir Kolose 1:16 dikatakan, “… dan untuk Dia.” Jadi, Kekristenan ada untuk Tuhan. Tujuan kita bukan pada diri kita (jemaat) tapi pada Tuhan. Dengan demikian segala bentuk aktifitas dan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang Kristen (jemaat-jemaat Kristen), semuanya untuk Tuhan.

Mungkin ada yang menjawab pertanyaan kedua ini dengan jawaban: untuk keselamatan kita. Ingat: jangan dulu bicara keselamatan kita kalau belum punya komitmen bahwa diri dan hidup saya adalah untuk Tuhan. Acap kali kita terlalu lemah dalam bidang ini. Kita kurang komit berbuat untuk Tuhan. Kita lebih banyak menuntut apa yang harus Tuhan perbuat bagi kita. Setiap saat kita harus mengingat bahwa jemaat ini, kita ini, adalah untuk Tuhan. Firman yang diberitakan, teguran yang diberikan, pelaksanaan pengajaran dalam jemaat bermaksud agar kita diarahkan kepada Tuhan. Perkara keselamatan itu hak Tuhan. Dia yang akan menilai bagaimana kita membawa diri kita untuknya.

Bagaimana caranya hidup untuk Tuhan? Hiduplah dalam iman. Iman yang bagaimana? Iman yang disertai kasih atau perbuatan (ayat 4). Jika dalam iman kita yakin Tuhan menhendaki kita jangan marah-marah, jangan mencuri, jangan membunuh, jangan membenci dan lain sebagainya, ya, jangan dilakukan! Orang beriman kog nyolong. Orang beriman kog suka memendam amarah, aneh kan? Barangkali ada yang mau mengatakan, dia suka marah-amarah itu memang sifatnya. Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa kita tidak sepenuhnya hidup untuk Tuhan. Karena hidup untuk Tuhan berarti Tuhan berkuasa mengubahkan sikap dan perilkau kita. Tentu, dengan catatan, jika kita sendiri bersedia untuk diubahkan.

Apa sasaran dari semua ini? supaya damai sejahtera Tuhan dinyatakan. Damai di dunia ini memiliki banyak konsep (misalnya, banyak harta, sukses dan yang lainnya) tapi itu sering tidak mengarahkan kita pada Tuhan sepenuhnya. Orang Kristen boleh kaya, sukses dan seterusnya., tapi hidupnya harus berserah kepada Tuhan.

Hidup dalam damai sejahtera Tuhan, adalah hidup dalam pola-kebaikan Tuhan dan atas dasar iman kepada-Nya. Dengan kata lain, taburkanlah damai dalam kebenaran Tuhan dalam seluruh area kehidupan kita.

Kita bersyukur, karena Tuhan terus memelihara gereja-gereja sejak pertumbuhan awalnya. Kita berterima kasih karena Tuhan terus berkenan atas kehadiran jemaa-jemaat di muka bumi ini. Maka, mari pertebal iman dan penyerahan kepada Tuhan dengan cara terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Jika ada pembangunan, mari ikhlaskan diri kita untuk maskimal terlibat di dalamnya. Tujuannya tentu tidak lain supaya kita mempunyai wadah yang memadai untuk beribadah dan memuliakan Tuhan. Prinsip partisipasi kita adalah melakukan semua itu bukan untuk diri kita melainkan untuk Tuhan.

Jika diminta untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Terimalah dalam tanggung jawab agar kesinambungan pelayanan Tuhan terus berlanjut. Kalau bukan kita, siapa lagi? Bukankah ini juga untuk Tuhan, maka berikanlah baktimu! Jangan ragu, Tuhan berkuasa memimpin kita!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here