Pdt. Weinata Sairin:”Difficilia quae pulchra. Apa yang sulit dicapai itu selalu indah”.

0
1340

Dalam menyemarakkan peringatan proklamasi kemerdekaan bangsa, tanggal 17 Agustus, banyak sekali acara perlombaan, pesta rakyat yang digelar. Acara kegiatan itu biasanya memang diselenggarakan untuk rakyat agar mereka menghayati dan selalu mengingat pentingnya hari kemerdekaan, sekaligus mereka mengalami sukacita dalam memperingati hari yang bersejarah itu.

Di berbagai level pemerintahan acara peringatan itu dilakukan, pada saat itu juga kreativitas para seniman “lokal” mendapat ruang; mereka membuat gapura dengan desain bahkan gambar yang bagus, mereka membuat _mural_ dan berbagai kreativitas bernuansa seni lainnya. Ada banyak dan beragam jenis perlombaan yang diadakan oleh organisasi, institusi termasuk lembaga pemerintahan. Ada lomba menulis esai, menulis puisi, membaca puisi; ada lomba balap karung, memakan kerupuk, maraton dan berbagai macam lomba lainnya yang hampir setiap tahun dilaksanakan rutin oleh pemda setempat. Salah satu lomba yang amat populer yang dilakukan dalam peringatan 17 Agustus adalah apa yang dikenal dengan nama “panjat pinang”.

Lomba ini diikuti oleh beberapa orang yang memanjat pohon pinang yang telah disiapkan panitia lomba. Pohon pinang yang telah dikuliti lalu diberi pelumas/oli sehingga pohon itu licin sekali dan sukar memanjatnya. Diujung pohon itu digantungkan berbagai macam barang sebagai hadiah misalnya handuk, kemeja, kain sarung, terkadang alat dapur yang ringan. Tentu benda-benda hadiah itu disesuaikan dengan dana panitia yang tersedia.

Hadiah-hadiah itu tidak bisa diperoleh dengan memanjat pohon pinang seorang diri. Perlu 3 atau 4 orang yang memanjat pohon itu agar si pemanjat dapat berdiri di punggung temannya sehingga ia tidak mengenai batang pohon pinang yang licin. Biasanya butuh waktu minimal satu jam seorang pemanjat dengan bantuan kawan-kawannya itu bisa mengambil semua hadiah yang ada dipuncak pohon pinang itu. Para penonton menikmati lomba itu karena biasanya pada tahap awal ketika pohon masih amat licin seorang pemanjat meluncur dari atas pohon itu hingga sampai kebawah dan tak sanggup memanjat lagi. Mereka para pemanjat itu kelihatan amat bersukacita sesudah mereka mampu mengambil hadiah di puncak pohon pinang itu.

Ada banyak hal yang kita alami dalam hidup ini yang membutuhkan perjuangan dan pengurbanan, baik dalam menempuh studi maupun dalam menggapai karir. Kita bisa saja bersedih, menjerit, menangis, berteriak dalam proses-proses seperti itu, bahkan protes tertulis kepada orang atau lembaga yang kita anggap tidak membantu perjuangan kita.

Tapi satu hal yang kita garis bawahi bahwa apa yang sulit dicapai itu selalu indah (pada akhirnya). Kita berkeringat, terengah-engah, tertatih-tatih melangkah, megap-megap dan sesak nafas, terseok-seok dalam menggapai cita dan karya, tapi diujung semua itu ada bahagia yang tiada mampu kita uraikan dalam kata-kata. Disitulah sebagai umat beragama kita berdoa penuh syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan perkenanNya kita bisa berhasil dalam kehidupan ini.

Pepatah yang dikutip diawal bagian ini mengingatkan bahwa “apa yang sulit dicapai itu selalu indah”. Kemudahan dalam mencapai sesuatu memang kurang memberi pembelajaran bagi kita; kesulitan dan perjuangan dalam mencapai sesuatu sejatinya memberi edukasi yang amat penting bagi kita. Kesulitan membuat kita makin saleh dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mari berjalan terus menuju terminal akhir dengan memohon penyertaan Tuhan.

Selamat Berjuang. God bless

Weinata Sairin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here