Pdt. Weinata Sairin: “Sebab sesungguhnya Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi dan tidak akan timbul lagi dalam hati”. (Yesaya 65 :17).

0
1419

Pdt. Weinata Sairin: “Sebab sesungguhnya Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi dan tidak akan timbul lagi dalam hati”. (Yesaya 65 :17).

 

Hal yang amat signifikan dan interesan dari Allah, Pencipta dan Pengendali Sejarah adalah bahwa Ia selalu membawa umat pilihanNya menuju pada perspektif masa depan, masa yang baru, era yang baru. Ia, Kuasa Transenden itu tidak membiarkan umat pilihanNya terjerembab dalam penjara kekinian yang membelenggu kehidupan mereka sehingga mereka tak mampu menatap kedepan. Ia mengajak umat untuk memahami bahwa hidup itu tidak selalu berakhir dan selesai di era kekinian, tapi senantiasa terbuka lahirnya sebuah masa depan, perspektif keakanan yang menguak harapan baru.

 

Sejarah umat Israel sebagai umat pilihan Allah diwarnai oleh skema yang hampir selalu mengalami pengulangan. Dalam Kitab Hakim-hakim misalnya pengulangan skema : Israel memberontak-Allah menghukum-Israel menjerit mohon ampun-Allah mengampuni. Itulah gambaran tentang pembangkangan umat Israel dan “kedegilan” umat pilihan terhadap Allah yang berulang di demonstrasikan di depan publik di zamannya. Dan kondisi itu nyaris selalu happy end karena Allah mengampuni mereka, menebus mereka.

 

Kitab Yesaya 49 ini yang dalam studi Perjanjian Lama ternasuk dalam Yesaya II/Deutero Yesaya dan ditulis lk th 540 SM sebenarnya memotret kehidupan umat Israel pada bagian akhir zaman Pembuangan. Oleh karena itu Kitab Yesaya II terfokus pada janji Allah untuk membebaskan umat Israel dari posisinya sebagai umat yang dibuang dan memasuki era baru dalam hidup mereka. Allah yang digambarkan dalam Yesaya adalah Allah yang mulia, memiliki power dan kuasa penuh atas alam dan sejarah, berbeda dengan dewa-dewa yang hanya memiliki “kuasa semu”. Allah ini amat concern dengan derita yang di alami umat Israel sehingga Ia dengan cara dan kuasaNya serta sesuai dengan kairosNya akan memberikan pembebasan bagi Israel.

 

Ayat yang dikutip dibagian awal tulisan ini memberikan gambaran yang eksplisit dan definitif tentang kesiapaan Allah. Ia mengasihi umat pilihanNya. Bukan kasih yang verbalistik apalagi platonis, tetapi the real love yang mewujud dalam tindakan, dalam action. Ia mendeclare bahwa langit baru dan bumi baru akan diciptakan. Israel bukan sekadar “dipindah” secara “bedol desa” dari lokus pembuangan ke tanah airnya, tapi langit baru dan bumi baru secara sengaja *dicipta* bagi Israel. Sebuah tatanan dunia baru disiapkan bagi umat pilihan. Bukan hanya dimensi fisical yang disentuh Allah tapi juga aspek non fisik. Ia katakan hal-hal yang dulu *tidak diingat* lagi dan tidak timbul lagi dalam hati. Ya pemberontakan Israel, “ujaran kebencian” Israel tehadap Allah sudah dilupakan agar pembaruan itu terjadi sepenuhnya tanpa “dendam”, tanpa memori dan akar pahit mesti di file dalam grand file Sang Kuasa Transenden.

 

Lesson learn dari bacaan ini memberi inspirasi sekaligus penguatan baru bagi kita yang kini hidup ditengah hempasan dan turbulensi dunia. Allah yang kita panggil Bapa dalam Yesus Kristus menciptakan langit baru dan bumi baru bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Kita adalah ciptaan baru (2 Kor 5 : 17) oleh dan didalam Dia.

 

Kebaruan kita terjadi karena kuasa dan anugerahNya; kebaruan itu sudah mulai terjadi kini dan disini di civitas terrena, dan akan mencapai puncaknya di civitas dei dalam tatanan baru yang mengalami restorasi. Itulah sebabnya  umat dan komunitas kristiani sebagai ciptaan baru sejatinya harus mewujudkan sikap etik yang baru yang tidak terkontaminasi oleh virus dunia sekuler. Mari wujudkan hati yang baru, etik baru yang unggul dan kredibel di degup dunia yang sedang menyongsong _parousia_.

 

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless.

 

Weinata Sairin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here