IN MEMORIUM PROF. DR. MUCHTAR PAKPAHAN
Oleh: Mangasi Sihombing*
Pertemuan saya dengan Prof. Muchtar Pakpahan hanya beberapa kali, mungkin tidak lebih dari 3-4 kali, itupun adalah perjumpaan di resepsi-resepsi diplomatik. Namun kontak dengan beliau sangat berkesan dan membuahkan hasil. Awalnya, saya mendampingi Dr. Payaman Simanjuntak, pejabat Eselon I di Kementerian Tenaga Kerja untuk menemui Dr, Etty, Ketua CNV alias organisasi Karyawan /Buruh Kristen Nederland di Amsterdam. Bpk. Dr. Payaman menjelaskan seluk-beluk kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai dunia perburuhan di tanah air. Dr. Etty menegaskan bahwa Dr. Muchtar Pakpahan dan organisasinya adalah mitra kerja CNV dan akan tetap melanjutkan kerjasama bilateral mereka. Beberapa waktu sesudah pertemuan, Dr. Etty berkunjung ke Indonesia. Sekembali dari Indonesia, Dr. Etty mengirimkan ke saya sebuah tulisan Dr. Muchtar Pakpahan sesuai pesan beliau. Tulisan itu adalah surat terbuka sepanjang 9 halaman yang ditujukan kepada Presiden Suharto berisi kritik terhadap berbagai kebijakan yang dinilai salah karena tidak berdasar hukum, dan karena itu agar Suharto untuk mundur dari jabatannya. Membaca surat itu, saya menyatakan kepada teman-teman di KBRI Den Haag, bahwa tak mungkin menghentikan Dr. Muchtar dari upaya menjatuhkan Presiden Suharto. Saya menduga surat terbuka itu merupakan inti dari disertasi doktoralnya di Universitas Indonesia.
Sekali waktu, Dr. Etty menelpon saya bahwa dia akan berkunjung kembali ke Jakarta sebagai turis, dan karena itu dia tidak memerlukan visa. Reaksi saya bahwa dia pasti akan bertemu dengan Dr. Muchtar membahas masalah perburuhan, jadi sebaiknya dia mengirim paspor ke KBRI utk dimintakan persetujuan visa ke Jakarta. Awalnya dia menolak, karena merasa tanpa visapun dia bisa ke Indonesia sesuai ketentuan keimigrasian Indonesia. Akhirnya dia mengirim paspor dan visa diberi dengan cepat. Sekembali dari Indonesia kami bertemu dengan Dr. Etty dimana dia menyatakan terimakasih dan beruntung sudah diberi visa sebelumnya. Dikemukakannya dia sudah sangat khawatir akan ditangkap di Indonesia. Di Jakarta, mereka berkumpul di Sarinah dalam rangka pertemuan dengan tokoh buruh dan wakil-wakil dari beberapa Kedubes Barat. Pertemuan dibubarkan oleh pemerintah. Begitu juga pertemuan yang lain batal karena dicegah penguasa. Dengan surat rekomendari dari Pak. Muchtar, dia ke Medan untuk bertemu pimpinan buruh setempat. Pihak Medan tak berani menerimanya sekalipun dia sudah tiba di tempat dan sebelumnya sudah dikonfirmasi kesediaan untuk menerimanya.
Pak Muchtar tidak hanya populer dikalangan politisi Belanda tapi juga publik termasuk sekolah-sekolah. Sekali waktu saya diundang ceramah di sebuah lembaga Kristen dan sesudah itu mengunjungi sekolah dasar. Saya dikonfrontir dengan berbagai pertanyaan, mengapa pak Muchtar dipenjarakan, bagaimana anak-anak dan istirinya bisa makan kalau dia ditahan. Dialog ini panjang. Mereka akhirnya berhenti setelah saya balik bertanya bahwa bukankah Tuhan akan memelihara anak-anaknya yang percaya? Tuhan akan selalu memelihara Muchtar, juga anak-anaknya, karena mereka adalah orang percaya seperti kita juga. Mari berdoa untuk mereka. Demikian ajakan saya. Anak-anak Belanda ini telah mengumpulkan donasi untuk anak-anak Muchtar.
Kemudian saya bertugas kembali di Kemlu, Jakarta. Menlu Belanda, Hans van Mierlo berkunjung ke Jakarta. Kemlu sudah wanti-wanti dia akan minta bertemu dengan pak Muchtar yang sedang opname di rumah sakit Cikini. Niatnya itu baru disampaikan di Jakarta setelah bertemu dengan Menlu Ali Alatas. Kemlu menugaskan seorang staf untuk mendampingi van Mierlo bertemu pak Muchtar di rumah sakit. Namun untuk pak Muchtar pertemuan ini hanya empat mata dan meminta staf tersebut untuk membiarkan mereka berdua saja.
Pada tahap gerakan buruh sangat aktif turun berdemo, sejumlah perusahaan asing menutup usahanya di Indonesia. Bahkan wakil-wakil perusahaan Jepang menemui Menlu Hassan Wirajudha mengenai iklim investasi yang tidak menguntungkan ini. Dalam satu kesempatan resepsi diplomatik saya menyampaikan komplein kepada pak Muchtar bahwa seringnya aksi demo telah menyulitkan ekonomi Indonesia. Saya tunjuk kasus Sumatra Utara yang tidak lagi diminati turis karena sering aksi demo. Beliau menegaskan bahwa tak ada niat buruh untuk mengganggu turisme. Saya menunjuk kepada kasus korban jiwa pada demo di Medan yang mengkhawatirkan keamanan juga bagi para turis. Kami tak merancang ada korban tukas beliau. Saya setuju pendapat itu, tapi saya tekankan aksi buruh bisa ditunggangi oleh pihak lain. Karena itu saya kemukakan, seandainya saya dalam posisinya beliau, maka saya akan melihat waktu yang tepat bagi aksi demo, jangan terus-menerus turun ke jalan sehingga bisa merugikan semua pihak termasuk buruh yang bisa kehilangan pekerjaan.
Dalam kesempatan itu juga saya menyampaikan pandangan agar tokoh masyarakat sensitif terhadap keadaan. Saya tunjuk pada pendapat yang pernah saya dengar bahwa dalam persoalan kepemimpinan HKBP pak Muchtar dianggap memihak kepada salah satu kubu. Beliau membantah keras, menegaskan bahwa dia netral sama sekali. Saya kemukakan bahwa warga melihat pak Muchtar duduk dalam satu mobil dengan pimpinan HKBP, dan warga menafsirkan itu keberpihakan.
Satu ketika waktu pulang dari kantor, saya mendengar wawancara radio dengan pak Muchtar. Waktu itu ada demonstrasi mahasiswa di Jakarta, dan demo direncanakan untuk terus pada hari-hari berikut. Wartawan menanyakan berapa banyak buruh yang akan dibawa turun ke jalan oleh pak Muchtar. Saya kaget mendengar bahwa beliau menolak ikut demo, karena demo akan mengganggu dunia usaha, pabrik-pabrik bisa terkendala bahkan pabrik milik asing bisa angkat kaki dari Indonesia. Sang wartawan mengatakan bahwa pak Muchtar sudah menghianati mahasiswa dan demokrasi. Beliau menolak penilaian itu, beliau menegaskan akan mengatur langkah-langkah dan waktu yang tepat untuk beraksi. Merasa bahagia, saya ngakak sendiri di mobil mendengar wawancara tersebut.
Tuhan telah memanggil anaknya, Muchtar Pakpahan kembali ke pangkuan-NYA. Mari meneruskan perjuangan beliau demi bangsa kita tercinta ini.
Jakarta 23 Maret 2021.
*Mangasi Sihombing adalah aktivis dan pengamat politik.