Oleh: P. Adriyanto
“Saudara-saudara yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi, berasal dari Allah dan mengenal Allah.”
*1 Yohanes 4:7*
Kesaksian saya di bawah ini sebagai *tukang pecat orang,* bukan untuk membanggakan diri, tapi sebagai penyesalan atas *hilangnya kasih di dalam hati saya,* dan dengan demikian sesuai dengan perikop di atas, saya tidak berasal dari Allah dan tidak mengenal kasih Allah.
*Saya melakukannya hanya karena kesombongan saya dan ingin mencari popularitas pribadi* *Dalih yang selalu saya jadikan rasionalisasi untuk memerangi segala bentuk kejahatan dan menegakkan kebenaran telah membutakan hati saya selama puluhan tahun*
Kisah ini dimulai pada saat saya masih menjadi mahasiswa.
Saya mendapat bukti bahwa sebagian class-mate (teman kuliah saya) telah membeli soal-soal ujian dari staf administrasi. Dengan bukti yang ada, saya laporkan ke salah seorang dosen. Akibatnya banyak mahasiswa dan staf administrasi terkait dipecat dan saya dimusuhi oleh para pengurus beberapa organisasi mahasiswa yang anggotanya dipecat. Salah seorang di antara teman yang dipecat yang kebetulan seorganisasi dengan saya, sampai menodongkan pistol di kepala saya. Tidak terpikir oleh saya bahwa, saya telah mematikan masa depan mereka.
Pada tahun 1966, atas perintah Danrem di Malang, saya dan 3 rekan anggota ormas mahasiswa yang lain, kami diperbantukan di Front Pancasila yang bertugas untuk membersihkan instansi-instansi pemerintah dan perguruan tinggi dari anasir-anasir PKI, BAPERKI dan semua organisasi sayap/onderbouwnya. Banyak tokoh-tokoh mahasiswa dan aktivis mahasiswa dan dosen yang saya rekomendasikan untuk dipecat.
Pada tahun 1972, ketika saya ditugaskan di Proyek Bendungan & PLTA Karangkates di Jawa Timur, saya dan kolega saya Kepala Biro Operasi telah diperintah oleh Pemimpin Proyek untuk membubarkan SBLG (Serikat Buruh Listrik dan Gas) yang berkiblat ke PKI, di mana masih ada sisa anggota sekitar 200 orang yang belum ditindak.
Saya kumpulkan mereka di lapangan sepak bola dan dikawal oleh 7 anggota Brimob. Langkah selanjutnya, kami berdua secara rutin setiap hari harus menginterogasi mereka dan sebagian besar mereka kami rekomendasikan untuk dipecat. Banjir air mata, tapi sama sekali tidak menyentuh hati saya.
Selanjutnya, terutama pada saat saya dimutasikan sebagai Kepala Biro Logistik dan sebagai Ketua Panitia Pembelian, ada puluhan karyawan yang menjadi korban pemecatan saya karena melakukan penggelapan barang. Ada beberapa supplier yang saya usulkan untuk dicoret dan ada seorang anggota BPKP yang saya laporkan untuk dipecat karena minta suap dan memeras supplier. Bukan hanya itu, beberapa kolega saya yang bermain dengan supplier juga saya laporkan. Selama saya bertugas di proyek tersebut, saya sudah dua kali dicoba untuk di santet orang. Puji Tuhan, Ia masih melindungi saya.
Pada sekitar tahun 1976, saya dimutasikan ke Proyek Brantas Tengah di Kediri. Di sini saya menangkap basah Kepala Biro Logistik (dulu teman kuliah saya) yang memanipulasi/me-markup harga dengan bekerjasama dengan supplier; ada beberapa pengemudi dan mekanik yang saya berhentikan. Saya juga aktif mencari pencuri yang mencuri kawat BWG dalam jumlah besar, dan setelah saya temukan pencurinya, baru saya laporkan kepada kepolisian. Sekali lagi di proyek ini saya dan KaBiro HRD, nyaris jadi korban santet.
Pada tahun 1980, saya dimutasikan di BUMN, di samping saya melakukan usaha-usaha preventif terhadap praktek fraud, saya juga memecat seorang pengemudi ex preman yang mengancam memenggal kepala Dirut dan ditancapkan di pagar.
Tahun 1992 sampai sekitar 12 tahun, di perusahaan swasta, saya juga telah memberhentikan beberapa branch manager, sejumlah kepala urusan, dua orang manajer karena terlibat fraud dan HRD Director. Hampir setiap hari ruang kerja saya berubah seakan-akan seperti ruang sidang pengadilan (karena Audit Department juga berada di bawah koordinasi saya).
Saya tidak pernah sedikitpun berpikir, betapa menderitanya orang-orang beserta keluarganya yang kehilangan pekerjaan. Pokoknya main pecat saja, tanpa ada rasa kasih dan maaf bagi para pelaku. Harusnya saya juga meluangkan waktu untuk merancang sistem pencegahan terhadap fraud/ penyelewengan dan control system yang baik.
Saya telah kehilangan kasih Allah, padahal bila saya mengasihi Allah, saya juga harus mengasihi manusia. *”Perintah ini kita terima dari Dia:*
*”Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya”*
*1 Yohanes 4:21*
Pada tahun 2006, saya baru mulai membaca Alkitab dan saya baru tahu bahwa kita juga harus saling mengasihi dengan sungguh-sungguh sebab kasih menutup banyak sekali dosa.
*”Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”*
*1 Petrus 4: 8*
Di samping itu yang terpenting adalah di mata Tuhan, kasih adalah yang terutama.
*”Demikianlah tinggal ketiga hal ini yaitu iman, pengharapan dan kasih dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”*
*1 Korintus 13:13*
Apakah saya sudah terlambat untuk belajar bahasa kasih setelah berpuluh tahun saya menyadarinya? Semoga Tuhan mengampuni dosa saya.
Amin.