Jangan Memberhalakan Harta di Bumi

0
1540

 

 

Oleh: Pdt Martunas P. Manullang

 

Selamat siang dan salam damai sejahtera bagi kita semua. 

 

Inilah pesan dari firman Tuhan, ayat renungan hari ini yang tertulis pada Matius 6:19: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”.

 

Di sini Yesus menyampaikan pengajaran-Nya dengan membuat perbandingan tentang dua macam harta.

 

Perbandingan tentang ketahanan, nilai dan pengaruhnya langsung kepada manusia dalam kehidupan.

 

Selain harta di bumi (ay.19) ada juga harta di sorga (ay. 20). Yesus menyuruh kita untuk mengumpulkan harta di sorga.

 

Harta di bumi: bersifat sementara, dapat rusak, dapat berkurang/turun nilainya atau harganya dan bisa hilang (dicuri orang).

 

Pengaruhnya bagi orang yang yang memilikinya: Menimbulkan rasa kuatir dan cemas, rasa tidak tenang dan waswas, egois, rendah kepedulian terhadap sesama, sombong atau angkuh, sadis dan kejam, dan lain sebagainya.

 

Harta di sorga, bersifat abadi, tidak dapat rusak, tidak dapat dicuri orang.

 

Pengaruhnya bagi orang yang memilikinya, merasa tenang, nyaman, damai, bersemangat dalam hidup, tabah, kuat, tahan menderita, bersabar, sangat peduli terhadap sesama, berjiwa penolong, rela berkorban, suka memberi, tidak takut melakukan kebenaran, disukai banyak orang, dan lain-lain yang bersifat baik.

 

Yesus menyampaikan suatu pernyataan yang mengejutkan : “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (ay.21).

 

Walaupun Yesus melarang orang untuk tidak mengumpulkan harta di bumi, ini tidak berarti bahwa kita dilarang mempunyai harta milik, menabung demi kebutuhan masa depan, menghargai-mensyukuri-dan menikmati pemberian dan berkat-berkat-Nya yang banyak itu kepada kita. Justru sangat baik kalau kita menjadi berkat bagi sesama. Berbagi berkat dengan sesama.

 

Lalu apa yang salah?

 

Kalau orang sudah memiliki banyak harta atau kekayaan yang berlimpah, hal itu akan memengaruhi dia untuk berpikir, merasa dan bertindak yang salah.

Kesalahan apa?

Pertama, perhatiannya tertuju dan terikat (terpaku) pada dunia ini saja dan segala hal-hal duniawi.

 

Kedua, dia akan menggantungkan dirinya atau bersandar pada harta kekayaannya, sehingga dia lupa siapa dirinya dan apa tujuan hidupnya.

 

Ketiga, dia akan kehilangan hidupnya sendiri.

 

Mengapa?

 

Karena di mana hartanya, pasti di sanalah hatinya.

 

Apa artinya ajaran ini bagi kita yang hidup saat ini? Atau mungkin lebih tepat kalau kita bertanya:

Bagaimana dengan “harta dan kekayaan” yang kita miliki saat ini?

 

Marilah kita “memakai dan menggunakannya” dengan “berbuat sesuatu atau banyak hal” di dunia ini, selagi kita hidup, yang dampaknya bersifat abadi atau kekal.

Kita tidak boleh menjadikan “harta” sebagai tujuan hidup yang teratas/terutama. Jangan memberhalakan harta yang bersifat fana. Tetapi kita harus terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran Allah.

 

Marilah kita mengingat satu hal, HUKUM YANG TERUTAMA: Mengasihi Tuhan Allah,  dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan; dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (bnd. Mat. 22:37-39).

 

Bagaimana pengertian kita terhadap “hukum yang terutama” ini, terutama bagaimana kita “menjabarkan dan melaksanakannya secara konsisten dan berkelanjutan”, baik dalam pemikiran tetapi terutama pun dalam karya atau tindakan kita, setiap hari. Mempersembahkan harta milik, tubuh, jiwa dan hidup bagi Tuhan dengan melayani sesama manusia, termasuk makhluk ciptaan lainnya dan alam semesta.

 

Selamat beraktivitas di hari ini, Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 

Pdt Martunas P. Manullang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here