Oleh: P. Adriyanto
*_”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”_*
*_Ibrani 13:8_*
Banyak orang yang tidak mempedulikan kata *konsistensi,*mereka menganggap sikap konsistensi adalah sikap yang tidak penting.
Mau bukti? Banyak orang berganti pasangan (baik yang masih berpacaran maupun yang sudah menikah), banyak orang jujur yang akhirnya tergoda untuk korupsi, banyak orang yang berganti keyakinan/agama, banyak orang yang ingkar janji/tidak punya integritas, dan masih banyak contoh-contoh lain, di mana sikap dan perilaku manusia sering berubah-ubah. Perubahan sikap ini dianggap suatu yang biasa-biasa saja.
Secara tidak sadar, banyak orang dihinggapi oleh *cognitive dissonance/disonansi kognitif*yakni rasa tidak nyaman karena sikap dan perilaku yang tidak konsisten yang mendorong orang untuk mengambil langkah untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Contoh, rasa tidak nyaman akibat perasaan berdosa dan kekayaan dari korupsi.
Sebenarnya apa arti konsistensi itu?. Konsistensi adalah keajegan, persistensi atau keselarasan antara sikap yang satu dengan sikap yang lain dan antara sikap dan perilaku. Dalam konteks tertentu, konsistensi juga berarti taat azaz.
Kristus adalah panutan bagi kita untuk selalu bersikap konsisten, karena Dia selalu sama, dulu, sekarang dan untuk selama-lamanya.
Dengan iman, kita harus berjuang agar kita senantiasa konsisten, taat azaz dan patuh terhadap ajaran-ajaran Tuhan sesuai firman-Nya. Kepatuhan kepada Tuhan adalah merupakan kewajiban kita.
*”Berpeganglah kepada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.”*
*Pengkhotbah 12:13*
Kita secara konsisten harus menaati perintah-perintah-Nya dengan segenap hati dan dalam segala hal.
Bagi kita, tidak sulit untuk menaati Kristus secara konsisten, jika kita mengasihi-Nya sebagaimana Dia juga sangat mengasihi kita.
*”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan mematuhi segala perintah-Ku.”*
*Yohanes 14:15*
Yesus juga berfirman bila kita secara konsisten memegang perintah-Nya dan melakukannya, maka berarti kita mengasihi-Nya. Dan barangsiapa mengasihi-Nya, maka Bapa juga akan akan mengasihi kita (Yohanes 14:21).
Kepatuhan timbul bila kita konsisten membangunnya di atas landasan yang kokoh (baca 1 Korintus 3:11~14).
Amin.