“It’s not what happens to you, but how you react to it that matters” (Epictetus)
Hidup manusia sangat indah, _amazing_ dan terkadang mendebarkan. Hidup manusia bahkan dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang hampir setiap saat hadir mewarnai kehidupan. Hal yang membanggakan adalah bahwa manusia bukan saja _hadir_ ditengah beragam peristiwa, ia berada pada pusaran peristiwa bahkan ia sendiri yang ikut mengendalikan dan melahirkan peristiwa. Hal yang mesti diupayakan adalah agar peristiwa yang dilahirkan oleh manusia adalah peristiwa-peristiwa positif konstruktif yang memiliki makna bagi kemaslahatan orang banyak, dan bukan yang sebaliknya.
Dalam konteks percepatan informasi di era digital sekarang, manusia dikerumuni dan diserbu oleh puluhan bahkan ratusan berita setiap hari, yang menginformasikan banyak sekali tentang peristiwa yang terjadi diseluruh sudut dunia, dari pedalaman hutan hingga ke kota-kota besar dan modern. Ada banyak peristiwa yang di informasikan baik positif maupun negatif. Ada berita tntang binatang yang diberi minum miras, ada sosok yang diduga korupsi dan sedang dalam proses hukum tetapi selalu mengeluarkan jurus-jurus baru yang cenderung dimaknai untuk melarikan diri dari proses yang terjadi dan atau melawan hukum.
Ada berita-berita politik dan bernuansa sara yang konon secara sengaja dibuat sebagai bagian dari upaya untuk menjatuhkan lawan politik karena kontennya yang sering membunyikan seputar pembunuhan karakter orang-orang tertentu. Sebagian masyarakat kita bahkan yang dianggap terdidik sekalipun tidak mampu membaca berita berita di medsos secara kritis, dan menelannya mentah-mentah dalam mindset tertentu sehingga menimbulkan distorsi. Misalnya ada berita di medsos yang menyatakan bahwa sebuah lembaga keagamaan melakukan kerjasama dengan KPK. Lalu ada pembaca berita itu yang dengan gampang menyimpulkan bahwa lembaga tersebut tahu diri sebagai lembaga yang penuh dengan koruptor, sehingga lembaga itu perlu menggandeng KPK. Pernyataan tersebut tentu saja menimbulkan rasa tersingung dan kemarahan dari banyak orang yang bekerja di lembaga itu.
Pernyataan naif dan gegabah seperti itu yang juga dishare di medsos tentu saja amat melukai mereka yang pernah duduk di lembaga itu yang tahu persis kondisi keuangan lembaga keagamaan yang selalu defisit dan mengalami kesulitan untuk mendanai biaya overhead. Dalam konteks seperti itu tak pernah di dapatkan adanya korupsi di lembaga itu.
Itu salah satu masalah yang muncul jika para pengguna medsos tidak memahami apa hakikat medsos itu dan bagaimana secara elegan dan bijak kita mengirim informasi dan memberi respons terhadap konten postingan yang kita terima dari berbagai sumber.
Diwaktu mendatang jika kita tidak mau mengekang diri, dan menjawab postingan itu tanpa menggunakan pikiran dan akal sehat maka medsos itu bisa menjadi instrumen yang amat definitif dalam menghancurkan kebersamaan kita baik dalam keluarga maupun dalam komunitas yang lebih luas.
Selama kita hidup kita akan terus berhadapan dengan berbagai peristiwa dalam kehidupan kita. Banyak cara orang dalam menghadapi peristiwa (terutama yang negatif) yang hadir dalam kehidupannya. Ada yang tegar menghadapinya dan merampungkan peristiwa itu melalui berbagai cara hingga selesai. Ada yang melarikan diri dari peristiwa dan tak mau bertanggungjawab. Ada juga yang trauma dan amat pesimistis dalam menghadapi sebuah peristiwa dan itu mempengaruhi kepribadian seseorang.
Sebagai umat beragama kita diajarkan untuk tegar dan tidak melarikan diri dari kenyataan hidup yang bagaimanapun pahitnya. Epictetus memberikan pernyataan yang bernas untuk membahani kita. Menurut dia yang penting.kita simak dan cermati itu bukan *apa yang terjadi pada diri kita* tetapi pada apa dan bagaimana kita bereaksi dan memaknai sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Pernyataan Epictetus amat penting bagi kita agar kita cepat menafsir dan memaknai setiap.peristiwa yang kita hadapi dan bukannya kita tenggelam serta terpenjara oleh peristiwa itu. Kita harus tenang, cakap dan berhikmat sehigga kita mampu bereaksi dengan tepat dan cepat.
Selamat berjuang. God bless.
*Weinata Sairin*