Oleh: Stefanus Widananta
Kata Izebel, isterinya, kepadanya: “Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel?”
1 Raja-raja 21;7a
Belum lama ini seorang perwira menengah militer di daerah, menampar seorang kepala desa setempat karena tersinggung disepelekan dan berakibat dicopotnya dia dari posisinya.
Kekuasaan memang menjadi incaran banyak orang, sesuatu yang diperjuangkan, diperebutkan kalau perlu saling menjatuhkan dan memakai cara-cara apapun untuk memperolehnya.
Tidak jarang juga, orang menggunakan cara-cara mistis untuk memperoleh jabatan tertentu.
Dan kalau sudah berkuasa, orang sering menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya sendiri, sewenang-wenang terhadap orang di bawahnya.
Izebel berkata begitu kepada suaminya, Ahab, karena Ahab sedang gusar kepada Nabot, yang tidak mau menjual kebun anggurnya kepadanya.
Lalu Izebel, dengan kekuasaan suaminya, dengan licik dan keji, merencanakan membunuh Nabot, demi memuaskan keinginan suaminya.
Kisah Daud dengan Batsyeba juga demikian, Daud menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan Uria, suami Batsyeba, agar dia bisa memiliki Batsyeba.
Alkitab menggambarkan kisah tragis yang akan dialami Izebel, anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel.
Demikian juga yang dilakukan Daud itu jahat di mata Tuhan, demikian firman Tuhan.
Untuk itulah, kalau Tuhan ijinkan kita memiliki kekuasaan baik di perusahaan maupun di pemerintahan, lakukanlah tugas kita sebaik-baiknya dan jangan memiliki keinginan yang menuruti hawa nafsu kita.
Yakobus mengingatkan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa dan apabika dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut”
Jangan menggunakan kekuasaan untuk memuaskan ambisi kita, tetapi gunakanlah untuk memuliakan Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.